Titik (نقطة / noqtah) dalam bahasa Arab sangat menentukan kebenaran bacaan. Kekurangan, kelebihan atau tertukar titik tidak hanya bikin bacaan jadi kacau, bahkan bisa mengubah maknanya. Seumpama kata الرحيم / ar-rahim (yang berarti "pemurah"). Bila tertukar dengan الرجيم / ar-rajim, berubah artinya jadi "terkutuk". Bayangkan, berbeda sekali.
Demikian sebaliknya. Faqbalha (فاقبلها) artinya "maka terimalah si dia." Bila kata itu tertulis faqtulha (فاقتلها), maka maknanya berubah menjadi "maka bunuhlah si dia". Duuuh.
Mushaf Al-Qur’an yang "gundul" tanpa syakal dan noqtah bisa menimbulkan bacaan yang simpang siur terlebih bagi kalangan awam bahasa Arab. Banyak yang salah baca gara-gara ini. Contoh, ayat
يزيد فى الخلق ما يشاء
Artinya "Allah menambahkan pada ciptaan-Nya (الخلق /al-khalqi) apa yang Dia kehendaki" terbaca الحلق/al-halqi tanpa titik “ha” yang artinya mencukur. Yang seharusnya arti kata itu adalah "mencipta" berubah jadi "mencukur". Padahal hanya dibedakan sebuah titik di atas satu jenis huruf kembar (ha dan kha). Astaghfirullah.
Yang keliru baca, ternyata, bukan hanya awam. Seorang cendekiawan salah pula membaca Hadis yang sedang ditelitinya:
المؤمن كيس فطــن
Artinya, "Seorang mukmin adalah wadah kecerdikan." Karena keawaman, ia membaca فطن / "fithan" dengan قطن /quthn. Coba kita lihat: fithan artinya "kecerdikan", sedangkan quthn artinya "kapas". Hehe... Sejak kapan mukmin jadi ".... wadah kapas"?
Karena minus pengetahuan nahwu, sharaf, dan tajwid, kasus salah baca bisa merembet ke salah tulis. Sejarah mencatat, orang-orang Eropa di Abad Pertengahan banyak memanfaatkan saat-saat kebangkitan dan semangat modernisasi mereka untuk menelaah warisan kebudayaan Islam. Dalam salah satu buku astronomi (الكتب الفلكية), mereka menemukan kata:
النـُــــجوم الفـُـــــرود
/annujumul furud
(bintang-bintang terpencil). Namun mereka membaca huruf “fa” dengan huruf “qaf” sehingga bacaan itu berubah menjadi: النجوم القرود/annujumul qurud yang mereka terjemahkan "stars of monkey" alias "bintang-bintang monyet." Padahal, mana ada bintang monyet. Gara-gara salah titik, bacaan jadi keliru dan artinya jadi menyimpang.
Bukan tidak pernah terjadi salah baca-tulis seperti ini ditemukan pada Musabaqah Kaligrafi di Indonesia. Tapi, ya sudah, yang penting kita baca lagi yuk pelajaran nahwu, sharaf, dan tajwidnya biar kita tambah berhati-hati dan enggak salah membaca dan menulis seperti itu tadi.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Anjuran Berbakti kepada Orang Tua dalam Islam
2
Lolos Semifinal Piala Asia U-23, Timnas Indonesia Menuju Olimpiade Paris 2024
3
Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Kathah Cara Kangge Sedekah
4
Biografi Syekh Mutawalli asy-Sya’rawi: Mufassir Terkemuka Akhir Abad 20
5
Tertarik dengan Islam Sejak 2019, Revaldo Putuskan Masuk Islam di Masjid An-Nahdlah PBNU
6
Pasaran Syawal di Pesantren Cipulus, Ajang Silaturahmi Ribuan Santri Jawa Barat
Terkini
Lihat Semua