Fragmen

56 Tahun Kopri PMII: Latar Pendirian dan Gerakannya untuk Pemberdayaan Perempuan

Ahad, 26 November 2023 | 11:00 WIB

56 Tahun Kopri PMII: Latar Pendirian dan Gerakannya untuk Pemberdayaan Perempuan

Logo Harlah Ke-56 Kopri PMII.

Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Putri (KOPRI) merayakan Hari Lahir yang ke-56 tahun pada Sabtu, 25 November 2023. Sejarah mencatat bahwa KOPRI dibentuk pada 25 November 1967 di Semarang dengan status badan semi otonom. Pembentukan tersebut sebagai bentuk kelanjutan atas dilaksanakannya Training Kursus Keputrian di Jakarta pada tanggal 16 Februari 1966 yang melahirkan Panca Norma Kopri. Hal ini sebagaimana ditulis Ai Rahmayanti dalam buku Histiografi KOPRI Telaah Genealogi PMII-NU.


Lahirnya Kopri dilatarbelakangi oleh dua faktor, yakni faktor internal dan eksternal. Secara internal, perkembangan kuantitas dan kualitas menimbulkan keinginan untuk mendirikan Kopri sebagai otonom di PMII. Keinginan tersebut merupakan bentuk keteguhan perempuan yang merasa mampu dalam menentukan kebijakan tanpa mengekor kepada laki-laki.


Orientasi pemikiran sahabat-sahabat pendiri pada masa itu ingin meningkatkan partisipasi perempuan serta pengembangan wilayah-wilayah sosial kemasyarakatan. 


Kebutuhan internal di atas ditopang oleh faktor eksternal. Kehadiran Kopri juga sebagai bentuk merespons kondisi sosial masyarakat yang menempatkan perempuan sebagai manusia inferior; perempuan menjadi korban yang paling banyak dari ketidakadilan gender.


Oleh karena itu, Ai mencatat dalam buku yang sama, bahwa sahabat-sahabat PMII pada masa itu membentuk Kopri sebagai sebuah gerakan dan alat perjuangan yang sesuai dengan mandat AD ART; badan semi otonom adalah badan tersendiri yang dibentuk pada setiap tingkatan kepengurusan PMII yang menangani persoalan perempuan di PMII dan isu perempuan secara umum.


Kopri sebagai organisasi perempuan tidak hanya terfokus pada ketidakdilan gender, melainkan juga mendorong pemberdayaan perempuan. KOPRI mendorong perempuan untuk berperan aktif seluas-luasnya di ranah publik. Selain itu, kehadiran Kopri juga untuk mewujudkan kemandirian perempuan dalam berpikir maupun bersikap dalam menjawab persoalan-persoalan publik. (Hasil-Hasil Muspimnas PMII Tahun 2022 di Tulungagung, h.305). 


Menurut hasil Muspimnas tahun 2022, Kopri telah merumuskan tujuh strategi gerakan sebagai wujud bentuk perubahan dalam wacana-wacana baru dan menjawab permasalahan-permasalahan perempuan baik secara internal maupun eksternal. Berikut adalah tujuh strategi gerakan Kopri (Hasil-Hasil Muspimnas PMII Tahun 2022 di Tulungagung, h.316-320).

  1. Gerakan sosial-budaya. Hasil yang akan dicapai dalam gerakan ini adalah advokasi kebijakan publik yang tidak berpihak kepada perempuan maupun kelompok marjinal lainnya; 
  2. Gerakan politik. Penguasaan leading sector oleh kader-kader perempuan PMII adalah output yang akan dicapai dalam proses gerakan politik;
  3. Gerakan sains dan teknologi. Kader KOPRI didorong untuk dapat menciptakan produk sains dan teknologi serta dapat memasuki sektor-sektor sains berperan aktif dalam media sosial dalam rangka pengawalan gerkan dan teknologi dalam ranah gerakan;
  4. Gerakan ekonomi, output yang akan dicapai oleh kader KOPRI dapat mengambil peran besar dalam kemajuan perekonomian Indonesia 2030 dengan menyiapkan perempuan-perempuan kuat dalam bidang ekonomi dan ranah gerakan;
  5. Gerakan mengadvokasi korban kekerasan seksual, output yang dicapai oleh kader KOPRI yakni dapat berperan aktif dalam pencegahan dan penanganan kasus kekerasan seksual; 
  6. Gerakan agama, gerakan ini mendorong Kader KOPRI menjadi kader yang bertakwa kepada Allah swt dan mengimplementasikan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah untuk kemaslahatan bersama; dan
  7. Gerakan profesionalitas. Gerakan ini mendorong kader KOPRI agar bisa memiliki sikap profesional dalam menjalankan aktifitas atau pekerjaan di segala lini sektor.


Dalam perkembangannya, Kopri dari masa ke masa telah dipimpin oleh 27 perempuan, yakni sebagai berikut: 

  1. Mahmudah Nahrowi (1967- 1968)
  2. Tien Hartini (1968-1970)
  3. Ismi Maryam (1970)
  4. Zalzilah Rahman (1971)
  5. Siti Fatimah (1972)
  6. Abidah Hamid (1973)
  7. Wus’ah Suralaga (1973 – 1977)
  8. Choirunnisa Yafishsham (1977)
  9. Fadilah Suralaga (1977 – 1981)
  10. Ida Farida (1981)
  11. Lilis Nurul Husna (1981- 1984)
  12. Iis Kholila (1985-1988)
  13. Iraini Suaida (1988) 
  14. Khofifah Indar Parawansa (1988 -1991) 
  15. Ulha Soraya (1991)
  16. Jauharoh Haddad (1991-1994) 
  17. Diana Mutiah (1994-1997) 
  18. Luluk Nur Hamidah (1997-2000) 
  19. Umi Wahyuni (2000 – 2003)
  20. Efri Nasution (2003)
  21. Wiwin Winarti (2003-2005) 
  22. Ai’ Maryati Shalihah (2005-2007) 
  23. Eem Marzu Hiz (2008-2010)
  24. Irma Muthoharoh (2010-2013) 
  25. Ai Rahmayanti (2014-2016) 
  26. Septi Rahmawati (2017-2021)
  27. Maya Muizatil Lutfillah (2019-2024).


Kopri saat ini tersebar di 230 cabang dan 28 PKC se-Indonesia. Hal tersebut menjadi kekuatan sekaligus tantangan dalam terus mendorong pemberdayaan dan kemandirian perempuan PMII agar Kopri mampu terus melahirkan perempuan-perempuan yang berperan aktif dalam membangun peradaban yang maju, adil, dan aman.