Dukungan Pesantren Tremas saat Awal NU Berdiri
NU Online · Kamis, 13 Februari 2020 | 22:00 WIB
Ajie Najmuddin
Kontributor
Terkait dengan dukungan Tremas kepada NU, beberapa sumber banyak menyebutkan bentuk dukungan ini dilakukan tak berselang lama setelah berdirinya NU tahun 1926, yang di antaranya dicontohkan langsung oleh sang pengasuh pondok (kala itu), Kiai Dimyati Tremas.
Salah satu sumber yang menerangkan hal tersebut yakni buku biografi KH A Wahid Hasyim yang ditulis KH Aboebakar Atjeh yang menyebutkan, Kiai Dimyati (pertama kali) hadir di kegiatan NU, pada tahun 1930 ketika dihelat Muktamar ke-5 di Pekalongan Jawa Tengah.
Namun dukungan tersebut sebetulnya telah muncul lebih awal, yang dibuktikan pada keterangan yang tertulis di "Wara-Wara Saking NU Surabaya Nerangaken Al Masaa'il Al Muqarrarat ing Kongres NO kang Kaping Kalih", nama wakil Kiai Mas Dimyati Tremas tercatat (No. 23) sebagai utusan dari Pacitan di Muktamar ke-2 NU di Surabaya pada tahun 1927.
Keterangan ini dapat melengkapi sekaligus menegaskan kembali, bagaimana hubungan yang dibangun antara NU dan Tremas, juga relasi antara Kiai Dimyati dengan para tokoh pendiri NU seperti Kiai Hasyim Asy'ari dan Kiai Wahab Chasbullah.
Besar kemungkinan pada tahun 1926, utusan dari Tremas juga sudah ikut di Muktamar NU, namun belum bisa dipastikan karena terbatasnya sumber yang menerangkan nama-nama utusan di Muktamar NU yang pertama.
Dukungan dari Kiai Dimyati (melalui wakilnya) ini, menjadi teladan para santrinya, termasuk mereka yang sudah kembali ke kampung halamannya masing-masing untuk berkiprah di NU.
Semisal di Surakarta dan sekitarnya, para santri dan kiai alumni Pesantren Tremas, di antaranya Kiai Raden Adnan, dan Kiai Dimyati Abdul Karim. Kemudian di Boyolali ada Kiai Shoimuri Siradj, Kiai Abdullah, dan lainnya menjadi motor penggerak NU di wilayah tersebut, dan dilanjutkan oleh generasi berikutnya hingga kini.
Terlebih, tiga tahun berikutnya, Kiai Dimyati sendiri hadir secara langsung pada perhelatan Muktamar NU di Pekalongan. Juga di beberapa perhelatan Muktamar berikutnya. Maka, semakin mantaplah mereka dalam ber-NU!
Penulis: Ajie Najmuddin
Editor: Abdullah Alawi
Â
Terpopuler
1
Idul Adha Berpotensi Tak Sama, Ketinggian Hilal Dzulhijjah 1446 H di Indonesia dan Arab Berbeda
2
Khutbah Jumat: Menggali Hikmah Ibadah Haji dan Kurban
3
Pemerintah Tetapkan Idul Adha 1446 H Jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025 M
4
Khutbah Jumat: Menggapai Pahala Haji Meskipun Belum Berkesempatan ke Tanah Suci
5
Hilal Terlihat, PBNU Ikhbarkan Idul Adha 1446 H Jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025
6
Niat Puasa Dzulhijjah, Raih Keutamaannya
Terkini
Lihat Semua