Fragmen

Dukungan Pesantren Tremas saat Awal NU Berdiri

Kam, 13 Februari 2020 | 22:00 WIB

Dukungan Pesantren Tremas saat Awal NU Berdiri

Salah satu pesantren tua di Jawa, Pesantren Tremas merupakan pendukung NU sejak awal berdiri

Keterkaitan Pesantren Tremas Pacitan dengan Nahdlatul Ulama (NU) sering diulas di beberapa artikel. Baik ketika proses awal berdirinya NU maupun dinamika yang terjadi saat NU menjelma menjadi partai politik di tahun 1952.

Terkait dengan dukungan Tremas kepada NU, beberapa sumber banyak menyebutkan bentuk dukungan ini dilakukan tak berselang lama setelah berdirinya NU tahun 1926, yang di antaranya dicontohkan langsung oleh sang pengasuh pondok (kala itu), Kiai Dimyati Tremas.

Salah satu sumber yang menerangkan hal tersebut yakni buku biografi KH A Wahid Hasyim yang ditulis KH Aboebakar Atjeh yang menyebutkan, Kiai Dimyati (pertama kali) hadir di kegiatan NU, pada tahun 1930 ketika dihelat Muktamar ke-5 di Pekalongan Jawa Tengah.

Namun dukungan tersebut sebetulnya telah muncul lebih awal, yang dibuktikan pada keterangan yang tertulis di "Wara-Wara Saking NU Surabaya Nerangaken Al Masaa'il Al Muqarrarat ing Kongres NO kang Kaping Kalih", nama wakil Kiai Mas Dimyati Tremas tercatat (No. 23) sebagai utusan dari Pacitan di Muktamar ke-2 NU di Surabaya pada tahun 1927.

Keterangan ini dapat melengkapi sekaligus menegaskan kembali, bagaimana hubungan yang dibangun antara NU dan Tremas, juga relasi antara Kiai Dimyati dengan para tokoh pendiri NU seperti Kiai Hasyim Asy'ari dan Kiai Wahab Chasbullah.

Besar kemungkinan pada tahun 1926, utusan dari Tremas juga sudah ikut di Muktamar NU, namun belum bisa dipastikan karena terbatasnya sumber yang menerangkan nama-nama utusan di Muktamar NU yang pertama.

Dukungan dari Kiai Dimyati (melalui wakilnya) ini, menjadi teladan para santrinya, termasuk mereka yang sudah kembali ke kampung halamannya masing-masing untuk berkiprah di NU.

Semisal di Surakarta dan sekitarnya, para santri dan kiai alumni Pesantren Tremas, di antaranya Kiai Raden Adnan, dan Kiai Dimyati Abdul Karim. Kemudian di Boyolali ada Kiai Shoimuri Siradj, Kiai Abdullah, dan lainnya menjadi motor penggerak NU di wilayah tersebut, dan dilanjutkan oleh generasi berikutnya hingga kini.

Terlebih, tiga tahun berikutnya, Kiai Dimyati sendiri hadir secara langsung pada perhelatan Muktamar NU di Pekalongan. Juga di beberapa perhelatan Muktamar berikutnya. Maka, semakin mantaplah mereka dalam ber-NU!

Penulis: Ajie Najmuddin
Editor: Abdullah Alawi