Fragmen

Lagu ‘Joko Tingkir Ngombe Dawet’ Memang Tak Pantas, Mbah Hasyim dan Gus Dur adalah Turunannya

Sen, 15 Agustus 2022 | 22:18 WIB

Lagu ‘Joko Tingkir Ngombe Dawet’ Memang Tak Pantas, Mbah Hasyim dan Gus Dur adalah Turunannya

Trio Tingkir (Percil, Deny Caknan, Sodiq New Monata)

Lagu ‘Joko Tingkir Ngombe Dawet’ ramai setelah menyebar di berbagai platform media sosial. Lagu yang mulanya dinyanyikan YouTuber asal Lampung, Tama Halu, pada awal 2021 lalu, belakangan menjadi viral dan menjadi trending musik di Youtube usai dinyanyikan ulang beberapa artis ternama, di antara, Trio Tingkir (Percil, Deny Caknan, Sodiq New Monata), Happy Asmara dan Yeni Inka. 

 

Lagu ini makin melejit setelah dijadikan latar berbagai video pargoy atau joget yang berseliweran di TikTok maupun Reels. 


Hanya saja popularitas lagu dangdut bergenre koplo bergaya parikan (mirip pantun) ini langsung menuai protes dari berbagai pihak, mulai Gus Muwafiq, akademisi UINSA, dan terakhir Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur.

 

Para pihak yang menyoal menilai lagu parikan "Joko Tingkir Ngombe Dawet" tidak mencerminkan kebudayaan, dan jauh dari kepantasan. 

 

Gus Muwaffiq bahkan merasa jengkel dengan pengarang lirik “Joko tingkir ngombe dawet, Jo dipikir marai mumet,” ini. Dia mengatakan, pengarang tidak mengetahui sejarah. Joko Tingkir, kata dia, bukanlah orang sembarang. Joko Tingkir adalah ulama besar yang menurunkan ulama-ulama di Jawa. 


Lalu siapakah sebenarnya Joko Tingkir tersebut? Merujuk catatan Kiai Ishomuddin Hadziq atau Gus Ishom, muhaqiq kumpulan karya Hadratussyekh KH Muhammad Hasyim Asy’ari, Joko Tingkir adalah kakek ke-3 dari KH Muhammad Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama. Itu berarti Gus Dur atau KH Abdurrahman Wahid adalah generasi ke-6. 

 

Nasab Joko Tingkir bertemu dengan Maulana Ishaq ayah Sunan Giri, salah satu Walisongo yang telah berjasa besar dalam mendakwahkan Islam di Nusantara.


Dalam tahqiq kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim oleh Gus Ishom tercatat silsilah Joko Tingkir sebagaimana berikut:


التعريف بالمؤلف. اسمه ونسبه: هو محمد هاشم، بن أشعري، بن عبد الواحد، بن عبد الحليم الملقب بفاعيران بناوا، ابن عبد الرحمن الملقب بجاكا تيعكير سلطان هادي ويجایا، بن عبد الله، بن عبد العزيز، بن عبد الفتاح، بن مولانا إسحق والد رادين عين اليقين المشهور بسوتن كبري، التبوإيرنجي الجنباني

 

Artinya, “Mengenal Penulis kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim. Nama dan nasabnya: beliau adalah (1) Muhammad Hasyim bin (2) Asy’ari, bin (3) Abdul Wahid, bin (4) Abdul Halim yang bergelar Pangeran Benowo, bin (5) Abdurrahman yang berjulukan Joko Tingkir dan bergelar Sultan Hadiwijoyo, bin (6) Abdullah, bin (7) Abdul Aziz, bin (9) Abdul Fatah, bin (10) Maulana Ishaq ayahnya Raden Ainul Yaqin yang terkenal dengan gelar Sunan Giri, Tebuireng Jombang. (Ishomuddin Hadziq, Tahqiq Adabul ‘Alim wal Muta’allim, [Jombang, Maktabatut Turatsil Islami: 1415], halaman 3).


Catatan ini secara gamblang menginformasikan bahwa Joko Tingkir yang juga punya panggilan Mas Karebet ini bukan sembarangan. Jalur nasab ke atas sampai kepada Maulana Ishaq ayah Sunan Giri, sedangkan jalur nasab ke bawah sampai pada Hadratussyekh KH Muhammad Hasyim Asy'ari, KH Abdul Wahid Hasyim dan Gus Dur. Tokoh-tokoh besar yang sangat dihormati oleh bangsa ini.


Bila kita baca data sejarah lebih lanjut, maka akan kita ketahui, Joko Tingkir adalah raja sekaligus pendiri kerajaan Pajang yang memerintah pada rentang tahun 1568 - 1582 dengan gelar Sultan Hadi Wijaya atau Adi Wijaya. Jasanya sangat besar dalam mendakwahkan Islam di bumi Nusantara. Pun demikian anak cucunya terus berkiprah sampai sekarang. 

 

Karenanya, pantaskah tokoh terhormat diparodikan secara tidak hormat sebagaimana yang terjadi sekarang? Wallâhul musta’an.


 

Ahmad Muntaha AM, Founder Aswaja Muda dan Redaktur Keislaman NU Online