Fragmen MENGENANG MISI HAJI PERTAMA (4-HABIS)

Peristiwa Monumental Bendera Merah Putih Berkibar di Arafah

Sab, 2 September 2017 | 00:02 WIB

Hampir satu bulan berlalu, sejak keberangkatan rombongan Misi Haji Pertama pada 26 September 1948. Beribu kilometer jarak yang mereka tempuh dan beberapa negeri telah mereka singgahi, hingga akhirnya rombongan yang berisi KHR Mohammad Adnan dari Solo sebagai ketua misi, Saleh Su’ady (sekretaris), H Syamsir Sutan Rajo Ameh (bendahara) dan Ismail Banda (anggota) tiba di Mina, Arab Saudi pada 15 Oktober 1948.

Seperti yang dipaparkan dalam buku Prof KHR Mohammad Adnan: Untuk Islam dan Indonesia (Abdul Basit Adnan, 2003), rombongan kemudian mendirikan kemah di Mina berdampingan dengan kemah-kemah jajaran Korps Diplomatik negara-negara Islam seperti Syiria, Lebanon, dan Pakistan.

Ditinjau dari kacamata sekarang, ini tampaknya biasa saja, tetapi di masa Republik Indonesia yang masih dalam tahap survival waktu itu, disejajarkan dengan negara lain yang sudah lama diakui sebagai negara berdaulat mempunyai arti tersendiri.

Tanggal 18 Oktober 1948 bertepatan dengan 8 Zulhijjah 1367 H, tibalah pada puncak acara ibadah haji. Rombongan misi menuju ke Arafah untuk melaksanakan wuquf. Di Padang Arafah, peristiwa monumental pun terjadi, saat rombongan misi memancangkan bendera Merah Putih.

Di Jabal Rahmah, ketua misi KHR Mohammad Adnan memimpin doa: Labbaik! Allahumma Labbaik! Ya, Allah! Kami datang ke hadapan-Mu, untuk memohon. Berikan kami, Bangsa Indonesia, kemenangan dalam menegakkan kemerdekaan. Agar kami dapat terlepas dari belenggu penjajahan untuk sekarang dan seterusnya!

Selama beberapa bulan berada di Mekkah dan negara lainnya, rombongan misi haji memanfaatkan waktu dan kesempatan sebaik-baiknya untuk melaksanakan tugas, dengan memberikan penerangan seluas-luasnya kepada bangsa lain, mengenai perjuangan bangsa Indonesia agar mendapat dukungan dari mereka.

Rombongan juga pergi ke Kairo Mesir untuk menemui para tokoh pejabat dan ulama, dengan maksud yang sama, mencari dukungan perjuangan bangsa Indonesia.

Mesir merupakan salah satu negeri pertama yang mengakui kemerdekaan bangsa Indonesia dengan kedatangan Konsul Jendral Mesir di Bombay, Mohammad Abdul Mun’im, pada 14 Maret 1947 di Yogyakarta. Di hadapan Presiden Sokarno dan Wakil Presiden Hatta, serta para menteri dan pejabat negara yang memenuhi ruangan depan Istana Presiden di Yogyakarta, Mun’im menyampaikan keputusan Liga Arab bahwa negara Timur Tengah mengakui kedaulatan Negara Republik Indonesia.

Tak lupa, selama dalam kunjungan ke negara-negara tersebut, mereka melakukan perjuangan rohani, dengan mendatangi beberapa tempat yang mustajabah, untuk memanjatkan doa sehingga diharapkan rahmat Allah SWT turun untuk membantu suksesnya perjuangan bangsa.

Pulang ke Tanah Air
Setelah 13 hari berada di Kairo, rombongan Misi Haji I RI akhirnya meninggalkan Mesir untuk pulang ke Tanah Air. Kisah pun tak berhenti sampai di sini. Perjalanan pulang mesti dilalui dengan susah payah, antara lain pesawat yang mereka tumpangi mesti tertahan di Thailand selama satu bulan.

Kemudian tiba di Tanah Air, rombongan mesti ikut hijrah ke pedalaman Sumatera, tepatnya di daerah Guguk. Empat bulan lamanya, Adnan bersama rombongan lain tinggal di desa yang letaknya 25 km dari Bukittingi Sumatera Barat itu.

Sementara itu, di kediaman Adnan di Kauman Surakarta, para keluarga harap-harap cemas menantikan kedatangannya. Hampir setiap hari, diadakan tadarus dan pembacaan Ratib Hadad, juga doa untuk keselamatan Kiai Adnan yang dipimpin KH Djunaidi (ayah H Mahbub Djunaidi). Selama Adnan pergi untuk Misi Haji, dia pula yang menggantikan tugas untuk menjadi imam shalat Maghrib dan Isya di Langgar.

Setelah berbulan-bulan lamanya menunaikan tugas sebagai Ketua Misi Haji I, Kiai Adnan akhirnya tiba di Kota Surakarta dengan selamat. Begitu pula dengan anggota rombongan lainnya. (Ajie Najmuddin)