Fragmen

Peristiwa-peristiwa Penting NU di Bulan April

Ahad, 19 April 2020 | 21:00 WIB

Peristiwa-peristiwa Penting NU di Bulan April

Berbagai peristiwa penting NU ada di bulan April

Ada beberapa peristiwa penting NU di bulan ini. Berikut ini rangkuman peristiwa yang disusun berdasarkan tanggal yang dioleh dari berbagai sumber dari berbagai tahun. 

Menurut Ensiklopedia NU, sekitar bulan April-Mei 1942 Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, Rais Akbar Nahdlatul Ulama pada waktu itu ditahan Jepang dan di Jombang, lalu dipindahkan ke Mojokerto selama 4 bulan. Saat itu dia berusia 70 tahun. Sayang sekali, Ensiklopedia NU tidak menyebutkan tanggalnya. Kemudian Hadratussyekh dibebaskan atas usaha para kiai dan rakyat banyak.
 
Pada bulan April pula, NU berubah menjadi partai setelah muktamar NU di Palembang pada tahun 1952. 

Pada 3 April 1952, Kabinet Wilopo terbentuk. Unsur dari NU tidak satu pun berada di dalamnya.

Pada 4 April 1937 AGH Sanusi Baco lahir. Ia merupakan salah seorang tokoh NU yang lahir dari Indonesia timur, yakni dari Sulawesi Selatan. Ia tak hanya dikenal di tingkat lokal, tapi juga nasional. Ia menjadi salah seorang sahabat Gus Dur dalam perjalanan saat sama-sama hendak menuntut ilmu di Timur Tengah.    

Pada 6 April merupakan harlah salah satu lembaga NU, yakni Lembaga Kajian dan Pengambangan Sumber Daya Manusia atau dikenal dengan Lakpesdam NU. Lembaga ini lahir selepas muktamar NU ke-27 di Situbondo pada periode pertama KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjadi Ketua Umum PBNU.  

Pada 9 April sampai 1957 sampai 10 Juli 1959 kabinet Djuanda terbentuk. NU mendapatkan Waperdam II KH Idham Chalid, Menteri Perdagangan Prof. Soenarjo, tetapi 1958 digantikan Rahmat Muljomiseno, sementara Soenarjo menjadi Menteri Agraria, dan Menteru Urusan Kerja Sama Sipil Militer KH Wahib Wahab. 

Pada 10 April, tokoh NU dari Indonesia timur wafat, yakni H Muhyidin Arubusman. Ia lahir pada bulan April juga, yakni tanggal 24 tahun1951 di Ende, Nusa Tenggara Timur. Bang Muhsyidin, begitu ia disapa, pernah menjadi Sekretaris Jenderal PBNU periode 1999-2004 mendampingi Ketua Umum KH Hasyim Muzadi.
 
Pada masa mudanya ia merupakan seorang aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sampai menjadi ketua umum pada tahun 1981-1985, sebuah organisasi yang lahir di bulan April juga.  

Pada 14-16 April 1960, para pemuda dan mahasiswa NU mengadakan musyawarah di Sekolah Mu’allimat NU Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur, untuk merumuskan organisasi mahasiswa di kalangan NU. 

Pada 17 April 1960 hasil musyawarah anak muda NU berhasil melahirkan sebuah organisasi bernama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Jauh sebelumnya, organisasi ini berakar dari kongres ke-3 IPNU pada 27-31 Desember 1958 dengan pembentukan Departemen Perguruan Tinggi IPNU. Selanjutnya dalam Konferensi Besar IPNU 14-16 Maret 1960 di Kaliurang, Yogyakarta, yang memutuskan terbentuknya suatu wadah mahasiswa NU yang terpisah secara struktural dari IPNU-IPPNU. 

Di samping itu, terdapat beberapa organisasi lokal yang mewadahi mahasiswa NU seperti IMANU (Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama) di Jakarta (1955), Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) di Surakarta (1955), Persatuan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (PMNU), dan di banyak tempat lainnya. 

Pada 19 April 1953, KH Abdul Wahid Hasyim ayahanda KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), putra Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari wafat. Kiai Wahid meninggal dunia pada usia 39 tahun setelah mengalami kecelakaan di Bandung saat hendak menghadiri pertemuan NU di Sumedang, Jawa Barat. 

Kiai Wahid merupakan salah seorang tokoh NU yang turut serta dalam perumusan dasar-dasar negara republik Indonesia, yakni Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Ia pernah menjadi menteri agama tiga periode yakni pada Kabinet Hatta (1949-1950), Kabinet Natsir (1950-1951), dan Kabinet Sukiman (1951-1952). Atas jasa-jasanya, ia ditetapkan sebagai pahlawan nasional setelah wafatnya.   

Pada 23 April pemilu 1987. NU tidak lagi berpartai dan tidak berada di dalam Partai Persatuan Pembangunan. Pada waktu itu, terkenal dengan penggembosan yang dilakukan oleh tokoh tokoh NU.

Pada 24 April harlah Gerakan Pemuda Ansor dan Fatayat NU. 

GP Ansor lahir pada 10 Muharam 1353 H bertepatan dengan 24 April 1934 pada muktamar NU di Banyuwangi. Usia organisasi ini dihitung sejak lahirnya Ansor Nahdltoel Oelama (ANO). Ansor berasal dari bahasa Arab, artinya penolong, yang diusulkan KH Abdul Wahab Chasbullah, salah seorang pendiri NU.
 
Beberapa tahun sebelumnya, yakni pada 1931 cikal-bakal organisasi ini, terdapat wadah bernama Persatuan Pemuda Nahdlatoel Oelama (PPNO), kemudian pada 14 Desember 1932 berubah menjadi Pemoeda Nahdlatoel Oelama (PNO) sampa menjadi ANO tahun 1934. Dan sekarang menjadi Gerakan Pemuda Ansor.  

Fatayat berasal dari bahasa Arab, artinya pemudi. Organisasi ini lahir pada 7 Rajab 1369 H bertepatan dengan 24 April 1950. Organisasi ini dimulai ketika NU menyelenggarakan muktamar NU ke-15 di Surabaya. Waktu itu, para pemudi NU turut serta bergabung dengan para ibu NU yang telah berhasil mendirikan organisasi, Nahdlatul Ulama Muslimat atau sekarang dikenal sebagai Muslimat NU.  

Pada 24 April pula hari lahirnya salah seorang tokoh NU dari Indonesia timur, yakni Muhyidin Arubusman yang telah disebutkan pada bagian awal karena ia wafat di bulan ini juga, 10 April.

Pada 25 April 1980 salah seorang pendiri NU dan pejuang kemerdekaan, KH Bisri Syansuri tutup usia pada usia 94 tahun. Saat wafat, masih mengemban sebagai Rais Aam PBNU ketiga setelah KH Abdul Wahab Chasbullah dan Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari. Ia mengemban amanah itu sejak wafat Kiai Wahab pada tahun 1971. Ia dikenal sebagai ahli fiqih yang ketat serta perintis pesantren perempuan.   

Pada 27 April 1951 kabinet Sukiman terbentuk. KH Abdul Wahid Hasyim menjadi menteri agama kembali.
 
Penulis: Abdullah Alawi 
Editor: Fathoni Ahmad