Fragmen

Soekarno, Vivere Pericoloso dan Shalat Jumat

Jum, 9 Mei 2014 | 04:00 WIB

Sesaat setelah Rais Aam PBNU KH Abdul Wahab Chasbullah menyampaikan taushiyah, Presiden Soekarno memberikan amanat pada penutupan Muktamar NU di Solo, 28 Desember 1962. Seperti biasa, ceramah Bung Karno selalu menggebu-gebu dan sangat bersemangat. Waktu itu ia mengajak muktamirin untuk vivere pericoloso!<>

“Saya selalu anjurkan agar berani hidup nyerempet bahaya. Dalam bahasa asingnya vivere pericoloso,” kata Soekarno. “Jangan kita hidup baik sebagai bangsa maupun sebagai pemuda itu takut kepada bahaya,” katanya lagi.

“Apa yang benar, apa yang salah, ini yang benar itu saya jalankan, tidak peduli dengan rintangan apa, tidak peduli ada bahaya apa di muka saya itu.”

“Sebagaimana ditunjukkan oleh Nabi Muhammad SAW, pernahkan Nabi selamat, selamat, selamat, tidak! Jikalau perlu gempur! Jika perlu mari nyerempet kepada bahaya itu. Vivere pericoloso.”

Soekarno terus berpidato dan semakin bersemangat. Waktu itu hari Jum’at dan waktu sudah menunjukkan pukul 11.45 WIB. Para muktamirin sudah hendak bersiap-siap shalat Jum’at.

Tempo pidato Bung Karno mulai turun. “Tetapi jangan kita vivere pericoloso terhadap Tuhan. Janganlah kita nyerempet bahaya yang ditentukan oleh Tuhan,” katanya.

“Nah sekarang juga Saudara-saudari, jikalau Saudara-saudari… terus pidato, terus pidato… jam sudah menunjukkan jam 12 kurang seperempat, saya tidak berani vivere pericoloso terhadap Tuhan.” Lalu Bung Karno bersiap mengakhiri amanatnya. (A. Khoirul Anam)