Internasional

60 Tahun Tutup, Masjid Bersejarah Saudi Akhirnya Dibuka Usai Dipugar

Rab, 15 Januari 2020 | 16:30 WIB

60 Tahun Tutup, Masjid Bersejarah Saudi Akhirnya Dibuka Usai Dipugar

Otoritas Arab Saudi memugar sejumlah masjid bersejarah di seluruh wilayah Kerajaan. (Ilustrasi: SPA via Arab News)

Makkah, NU Online
Arab Saudi tengah melakukan pemugaran terhadap sejumlah masjid bersejarah di seluruh wilayah Kerajaan. Di antara masjid yang sudah dipugar dan dibuka kembali untuk jamaah adalah Masjid Jarir Al-Jabali serta Masjid Sulaiman di Taif, Masjid Al-Malad, Masjid Al-Atawilah, dan Masjid Al-Dhafir di Al-Baha. 

Ada dari masjid-masjid tersebut yang sebelumnya ditutup selama 40 hingga 60 tahun, namun akhirnya dibuka kembali untuk jamaah setelah selesai direnovasi. Demikian dilansir laman Arab News, Rabu (15/1).

Salah satu masjid yang dipugar adalah Masjid Jarir Al-Bajali. Masjid ini dibangun pada era sahabat Nabi Muhammad, Jarir bin Abdullah Al-Bajali. Oleh karenanya, masjid ini menjadi salah satu masjid tertua di wilayah Makkah.
 
Masjid Jarir Al-Bajali dibangun di atas lahan seluas 350 meter persegi bergaya arsitektur Al-Sarat, dimana menggunakan batu tidak beraturan dan langit-langitnya terbuat dari kayu juniper dan beton.
 
Di samping untuk shalat, Masjid Jarir Al-Bajali juga difungsikan sebagai tempat persidangan, tempat mengeluarkan fatwa, hingga tempat untuk menyelesaikan perselisihan dalam pernikahan. 
 
Sementara Masjid Sulaiman Taif memiliki luas 390 meter persegi. Diriwayatkan bahwa ketika selesai mengunjungi bibinya di Bani Saad, Nabi Muhammad dan para sahabatnya menginjak satu titik dan mengatakan bahwa di titik itulah Nabi Sulaiman telah berkemah. Titik itulah yang kini menjadi lokasi Masjid Sulaiman. Semula masjid ini menjadi pusat pendidikan di wilayah tersebut, namun kemudian ditinggalkan karena kurang terurus. 

Sementara Masjid Al-Malad yang terletak di Desa Al-Malad, Al-Baha hanya mampu menampung 34 jamaah. Masjid ini merupakan satu-satunya masjid di Desa Al-Malad. Ia tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menjadi pusat kegiatan belajar, khususnya Al-Qur’an, dan pusat pertemuan sosial.

Berbeda dengan Al-Malad, Masjid Al-Atawilah merupakan masjid yang cukup besar. Ia berdiri di atas lahan seluas 327 meter persegi dan mampu menampung hingga 130 jamaah. Banyak bangunan bersejarah di sini, di antaranya benteng Al-Othman, Damas, Al-Mashikha, dan Al-Atawilah, sebuah bangunan tua bersejarah di kawasan itu.

Kemudian ada Masjid Al-Dhafir yang juga sudah direnovasi. Luas masjid ini adalah 245 meter persegi dan bisa menampung 88 jamaah. Masjid ini juga berfungsi sebagai pusat pendidikan dan tempat pertemuan bagi orang-orang di sekitar wilayah. 
 
Proses renovasi di antaranya mengembalikan bagian-bagian yang merupakan ciri khas masjid-masjid bersejarah tersebut seperti khalwah, area shalat bawah tanah atau belakang pada ketinggian tertentu yang melindungi jamaah dari cuaca dingin. 

Proses renovasi juga melestarikan halaman, tempat penerimaan tamu, area wudhu dan sumur tradisional yang ada di sekitar masjid. Rencananya, ke depan akan ada 130 masjid bersejarah yang direnovasi. 

Untuk diketahui, selama beberapa dekade terakhir Saudi begitu gencar membangun masjid-masjid bergaya modern dan mengabaikan masjid bersejarah, bahkan terkadang menghancurkannya. 

Pewarta: Muchlishon
Editor: Fathoni Ahmad