Internasional

Di Hadapan Wapres AS, Katib 'Aam: Konflik Antaragama Bukan Cuma Masalah Islam

Sab, 19 Mei 2018 | 09:45 WIB

Di Hadapan Wapres AS, Katib 'Aam:  Konflik Antaragama Bukan Cuma Masalah Islam

KH Yayya C Staquf dan Mike Pence. (Foto: The Christian Post)

Jakarta, NU Online
Katib 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menceritakan, Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Mike Pence turut berkabung atas serangan teror yang terjadi di Indonesia dalam beberapa hari terakhir ini.

“Wapres menyatakan belasungkawa atas serangan teror yang baru saja terjadi,” kata Gus Yahya kepada NU Online, Sabtu (19/5), usai bertemu dengan Mike Pence di Gedung Putih.

Wapres Pence, imbuh Gus Yahya, berharap NU bisa memainkan peran yang lebih besar lagi dalam mempromosikan Islam yang rahmatan lil ‘alamin di dunia internasional.

“Wapres Pence menyatakan penghargaan setinggi-tingginya kepada NU,” jelasnya.

Dalam pertemuan tersebut, Pence juga menyampaikan bahwa pemerintah AS memastikan akan membuka diri dan mengupayakan kerjasama lebih lanjut dengan NU dan Indonesia. 

Sementara itu, kepada Wapres AS Mike Pence Gus Yahya menyampaikan bahwa konflik antaragama yang terjadi di dunia ini bukan hanya persoalan dunia Islam saja, akan tetapi ini persoalan seluruh umat manusia yang harus diselesaikan bersama.

“Seluruh umat manusia, baik Muslim maupun non-Muslim, harus bekerja sama untuk mencapai solusi dari masalah ini, karena ini adalah kepentingan dan tanggungjawab bersama seluruh umat manusia,” tegas Gus Yahya.  

Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Rembang ini menambahkan, kemerdekaan seseorang untuk memilih dan menjalankan agamanya harus dihormati dan dijamin agar nilai-nilai kemanusiaan tidak hilang. Di samping itu, hubungan antarpemeluk agama juga harus dibangun dengan baik.

Menurut Gus Yahya, saat ini dunia berada dalam era globalisasi. Apa yang terjadi di satu belahan dunia akan mempengaruhi belahan dunia lainnya. 

“Maka setiap golongan mayoritas (agama) dimana pun harus melindungi minoritas, agar sesama pemeluk agama mereka yang hidup sebagai minoritas di belahan dunia lain juga mendapatkan perlindungan dari kelompok mayoritas di tempat mereka,” jelasnya.

Tidak mayoritas absolut. Mungkin di negara ini, pemeluk agama A adalah  mayoritas, tapi di negara lain pemeluk agama tersebut bisa saja menjadi minoritas. Dengan demikian, umat Islam harus menyadari kalau mereka ingin saudara Muslimnya diperlakukan dengan baik dan adil dimana pun, maka mereka harus memperlakukan non-Muslim dengan baik dan adil dimana saja. 

“Demikian pula umat beragama lainnya,” lanjutnya.

Undangan ke Gedung Putih

Gus Yahya mengatakan, pertemuannya dengan Wapres AS Mike Pence tersebut terlaksana berkat Reverrand Johnie Moore, seorang pendeta Kristen Evangelis, dan Andrew Welther, seorang aktivis Katholik. Terutama setelah keduanya bertemu dengan Wapres Pence sebelumnya dan menceritakan kalau Gus Yahya sedang berada di AS. 

“Pertemuan itu diminta oleh Wapres Mike Pence. Saya sendiri tidak menyangka bahwa saat tiba di Washington DC Rabu malam, saya mendapat pesan dari staf Gedung Putih bahwa Wapres ingin bertemu saya,” ceritanya.

Di akhir perjamuan, Wapres Pence mengantarkan Gus Yahya melewati lorong-lorong Gedung Putih hingga ke halaman sebelum melepas tamunya itu. (Muchlishon)