Internasional

India Ubah Beberapa Nama Kota, Muslim India Khawatir ‘Warisannya’ Hilang

Rab, 24 April 2019 | 12:00 WIB

India Ubah Beberapa Nama Kota, Muslim India Khawatir ‘Warisannya’ Hilang

Ilustrasi: Bangunan bergaya Mughal di kota Allahabad, kini Prayagraj.

Allahabad, NU Online
Pada akhir tahun lalu, otoritas India mengubah nama kota Allahabad menjadi Prayagraj. Dalam bahasa Sansekerta, Prayagraj bermakna tempat untuk berkurban. Merujuk pada keyakinan agama Hindu, di tempat itu lah –di mana sungai Gangga dan Yamuna bertemu- Brahma melakukan persembahan pertamanya. 

Sementara nama Allahabad merupakan nama yang diberikan oleh Maharaja Mughal Akbar pada abad ke-16 silam. Dulu, kota ini merupakan pusat pemerintahan, budaya, dan militer Dinasti Mughal. Sebagaimana diketahui, pada abad 16 hingga 17 Dinasti Mughal menguasai sebagaian besar wilayah India dan Pakistan.

Warisan nama Allahabad diteruskan hingga masa kolonial Inggris dan setelah kemerdekaan India pada 1947. Allahabad tetap menjadi pusat pemerintahan di wilayah utara India itu. Baik Hindu, Islam, dan Kristen memiliki sejarah yang panjang di Allahabad.

Allahabad menjadi ‘kota suci’ bagi umat Hindu. Setiap 12 tahun sekali, umat Hindu berbondong-bondong datang ke kota itu untuk mengikuti festival Kumbh Mala. Puluhan juta pengikut Hindu hadir dalam kegiatan itu. Ritual ini disebut sebagai pertemuan keagamaan terbesar di dunia. Pada 2013 lalu, ada 100 juta peziara yang datang ke festival Kumbh Mala. 

Mengutip National Public Radio (NPR), Selasa (23/4), adalah Yogi Adyanath orang yang berada di balik pergantian nama kota Allahabad menjadi Prayagraj. Yogi adalah seorang pendeta Hindu dan juga Menteri Utama Uttar Pradesh, negara bagian terpada di dunia dengan populasi lebih dari 200 juta orang. Yogi juga adalah anggota terkemuka dari partai yang saat ini berkuasa di India, Partai Bharatiya Janata (Bharatiya Janata Party). 

Di bawah pemerintahan Yogi, negara bagian Uttar Pradesh mengganti beberapa nama tempat yang berbau Dinasti Mughal, menjadi nama yang berbau Hindu. Selain Allahabad menjadi Prayagraj, stasiun kereta api Mughalsarai Junction juga diganti namanya menjadi stasiun Deendayal Upadhyay –sesuai dengan nama politisi dan pemikir nasionalis Hindu, Faizabad diubah menjadi Ayodhya. Sementara pemerintahan BJP di Gujarat juga berkeinginan untuk mengubah nama Ahmadabad menjadi Karnavati.

Ada dugaan bahwa pergantian nama Allahabad menjadi Prayagraj dikarenakan motif politik. Pemerintahan BJP mengubah nama kota itu karena ingin mengambil hati penduduk yang sebagain besar beragama Hindu pada pemilihan umum (pemilu) India 2019. 

“Kami akan menyelenggarakan pemilihan umum pada tahun 2019 dan keputusan ini diambil untuk mengambil hati penduduk yang sebagian besar beragama Hindu," kata guru besar dan pengajar sejarah di Universitas Allahabad, Heramb Chaturvedi, diberitakan BBC.

Namun BJP menyangkal tuduhan itu. Partai yang memimpin pemerintahan nasional di New Delhi itu menegaskan, pergantian nama Allahabad menjadi Prayagraj tidak ada kaitannya dengan politik. Menurutnya, Prayagraj adalan ‘nama asli’ kota itu. Kemudian Dinasti Mughal mengganti nama itu menjadi Allahabad (bermakna tempat tinggal Allah). Jadi pergantian nama tersebut, dalih BJP, adalah upaya untuk memperbaiki sejarah. 

Klaim BJP tersebut tidak sepenuhnya benar. Menurut mantan wakil pimpinan Universitas Allahabad Profesor NR Farooqui, Prayagraj memang disebut dalam sejumlah naskah Hindu dan buku sejarah, namun hanya sebagai tempat tujuan ziarah bukan kota besar. Disebutkan bahwa Prayagraj tidak pernah menjadi sebuah kota yang luas.

“Tempat itu juga disebut di sejumlah naskah Hindu. Tetapi tidak pernah menjadi sebuah kota," jelasnya.

Baru pada 1574, kata Farooqui, Maharaja Akbar dari Dinasti Mughal menempatkan pondasi kota baru di wilayah tersebut dan menamakannya Allahabad. Raja Akbar kemudian membangun banteng besar di wilayah itu dan menjadikannya sebagai pusat pemerintahan Dinasti Mughal untuk menaklukkan wilayah India bagian utara.

Mayoritas penduduk Allahabad adalah umat Hindu. Sementara jumlah umat Islam di kota itu hanya sekitar 20 persen dari total populasi. Pergantian nama kota Allahabad membuat umat Islam India menjadi khawatir kalau ‘warisan mereka’ hilang.

"Pada dasarnya budaya dan ‘warisan kita’ dihilangkan,” kata Ashraf Ahmed (30), seorang Muslim pemilik bisnis IT yang tumbuh di Allahabad terkait dengan pergantian nama kota Allahabad menjadi Prayagraj, dilansir NPR.

Menurut Ahmed, saat ini umat Islam tengah menghadapi beberapa persoalan dengan pemerintah India sehingga hubungan keduanya agak tegang. Ahmed mengaku khawatir, penghapusan nama Allahabad akan menimbulkan dampak yang lebih jauh lagi seperti penghapusan sejarah, identitas, dan akhirnya hak-hak Muslim India. (Red: Muchlishon)