Internasional

Israel Berupaya Rombak Kurikulum, Ratusan Sekolah di Yerusalem Gelar Aksi Protes

Rab, 21 September 2022 | 06:30 WIB

Israel Berupaya Rombak Kurikulum, Ratusan Sekolah di Yerusalem Gelar Aksi Protes

Ilustrasi Kota Yerusalem Timur.

Yerusalem, NU Online

Ratusan sekolah di Yerusalem tutup sementara sebagai bagian dari aksi protes karena pemerintah kota Yerusalem sedang berupaya menyensor dan mengedit buku teks Palestina, serta memperkenalkan kurikulum Israel di ruang kelas. Aksi penolakan ini dipimpin oleh para orang tua murid.


Komite orang tua bersatu dan Pasukan Nasional dan Islam Palestina di Yerusalem menyerukan pemogokan penuh dan menuntut lembaga internasional untuk turun tangan melindungi pendidikan Palestina.


Ketua Komite Orangtua, Ziad al-Shamali (56 tahun) mengatakan bahwa jika upaya ini berhasil, Israel akan memiliki kendali atas pendidikan warga Palestina di Yerusalem.


“(Israel) akan memiliki kendali atas pendidikan 90 persen siswa kami di Yerusalem,” ungkap al-Shamali sebagaimana dikutip NU Online dari Aljazeera, Selasa (20/9/2022).


Menurutnya, di Yerusalem ada lebih dari 280 sekolah Palestina dengan jumlah siswa sekitar 115.000 orang mulai dari taman kanak-kanak hingga SLTA. Ia mengklaim bahwa sekitar 90-95 persen sekolah melakukan aksi pemogokan.


“(Israel) melakukan ini dengan dalih bahwa mereka memberikan izin sekolah swasta, dan bahwa mereka memberikan dana,” kata al-Shamali, yang tinggal di lingkungan al-Tur di Yerusalem Timur.


Ia menambahkan, sekolah-sekolah yang dikelola pemerintah kota untuk warga Palestina mulai mengajarkan versi kurikulum yang telah diubah. Sementara sekolah-sekolah baru yang sedang dibangun oleh pemerintah setempat dipaksa untuk mengajarkan kurikulum Israel.


“Yang mengkhawatirkan para orang tua adalah bahwa mereka terpojok antara kurikulum Palestina yang terdistorsi dan kurikulum Israel. Ada Israelisasi pendidikan Palestina yang sedang berlangsung,” ujar al-Shamali.


Saat ini, kata dia, pemerintah Yerusalem menambahkan konten pada kurikulum pendidikan seperti ‘Yossi adalah tetangga Muhammad’, tentang pemukiman, tentang koeksistensi. “Mereka telah bermain dengan buku teks untuk bahasa Arab, agama, sejarah, dan referensi nasional,” imbuhnya.


Al-Shamali mengatakan komite orangtua berencana akan terus memprotes jika tuntutannya itu tidak dipenuhi atau otoritas Israel mulai memaksakan untuk mengubah teks buku pelajaran.


“Kemungkinan kami akan melanjutkan pemogokan dan meningkatkannya. Kami juga akan melanjutkan protes kami di depan sekolah, dan kami akan meminta lembaga internasional untuk campur tangan,” tegasnya.


Sebelumnya, pada bulan Juli lalu otoritas Israel mencabut izin permanen untuk enam sekolah Palestina di Yerusalem. Pihak Israel mengklaim bahwa buku pelajaran yang digunakan di sekolah tersebut menghasut negara dan tentara Israel. Sekolah diberi izin untuk beroperasi selama satu tahun jika kurikulumnya diubah.


Pewarta: Aiz Luthfi

Editor: Fathoni Ahmad