Internasional

Konflik Prancis, Semua Pihak Harus Menahan Diri

Rab, 4 November 2020 | 13:30 WIB

Konflik Prancis, Semua Pihak Harus Menahan Diri

Ketua Lakpesdam NU Rumadi Ahmad mengatakan sikap menahan diri menjadi satu-satunya cara agar menurunkan ketegangan yang terjadi. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
Konflik agama yang terjadi di Prancis mendapat sorotan tajam dari berbagai negara di belahan dunia. Salah satu negara yang memprotes sikap Presiden Prancis Emmanuel Macron yang seolah melegalkan karikatur nabi Muhammad SAW tersebut adalah Indonesia. 

 

Menanggapi kejadian ini, Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) Nahdlatul Ulama (NU), Rumadi Ahmad meminta semua pihak untuk menahan diri. Kata dia, sikap tersebut menjadi satu-satunya cara agar menurunkan ketegangan yang terjadi. 

 

"Semua perlu menahan diri dan menurunkan ketegangan," kata Dr Rumadi Ahmad kepada NU Online, Rabu (4/11). 

 

Dia menambahkan, protes yang dilakukan oleh beberapa negara termasuk oleh Indonesia sudah sampai kepada Presiden Macron. Menurut Rumadi, motif Macron mengeluarkan pernyataan yang menyudutkan agama Islam semata untuk melindungi negara yang dipimpinnya. 

 

Tetapi dia menyayangkan pernyataan Macron telah menyudutkan Islam dan telah menyakiti umat Muslim dunia. Lakpesdam, kata Rumadi, mendorong agar Prancis belajar dari kejadian ini. Salah satunya dapat dilakukan dengan mulai membuka diri dan bersikap ramah kepada pemeluk agama yang ada.

 

"Dari kasus ini Perancis juga belajar, meski meski laizite (sekularisme) mengakar kuat namun paham laizite juga perlu membuka diri untuk lebih ramah dengan agama," tuturnya. 

 

Dosen Fakultas Syariah UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta ini mengungkapkan, sikap atau respons umat Muslim di beberapa negara tidak akan mengimbangi dosa yang telah dibuat oleh Macron. Harga yang harus dibayar terlampau mahal termasuk jika ada boikot produk Perancis di berbagai negara.

 

Selanjutnya, pihak yang harus bertanggung jawab atas masalah ini yaitu semua pihak dari semua lapisan masyarakat dunia. Pemimpin-pemimpin negara dan tokoh agama, katanya, bertanggung jawab untuk meredakan situasi. 


"Tapi menurut saya, Indonesia tidak perlu terseret terlalu jauh dalam persoalan ini. Aparat keamanan perlu mengantisipasi jika ada kelompok-kelompok yang melakukan aksi sepihak seperti sweeping dan lain-lain," tuturnya. 

 

Seperti kita ketahui, kejadian pemenggalan kepala oleh remaja Muslim kepada seorang guru di Prancis menyebabkan warga Prancis semakin menyudutkan agama Islam. Persoalan yang dilatarbelakangi ditampilkannya karikatur Nabi Muhammad SAW oleh guru tersebut memberikan dampak baru di Prancis. 

 

Beberapa warga Muslim di Prancis diintimidasi bahkan ditusuk oleh mereka yang diketahui benci kepada Muslim. Masalah ini diperparah dengan pidato Presiden Prancis Emmanuel Macron yang dinilai telah menyudutkan agama Islam.  

 

"Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis saat ini di seluruh dunia, kita tak hanya melihat hal ini di negara kita saja," kata Macron saat berpidato. 

 

Bagi Macron, pemenggalan guru sejarah tersebut merupakan serangan teroris Islam. Macron juga menuduh Muslim bersikap separatis. 

 

Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Kendi Setiawan