Internasional

Kuburan Massal Etnis Rohingya Kembali Ditemukan di Myanmar

Kam, 1 Februari 2018 | 16:27 WIB

Yangon, NU Online
Sedikit demi sedikit misteri tentang pembantaian etnis Rohingya oleh tentara Myanmar kembali terkuak. Pada Desember tahun lalu, ditemukan sebuah kuburan massal dengan 10 mayat warga Rohingya di dalamnya. Myanmar menuduh bahwa yang dibunuh tersebut adalah kelompok ekstremis Rohingya atau Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA), namun ARSA menampik hal itu dan menyebutkan bahwa 10 mayat yang ada dalam kuburan massal tersebut bukan lah kelompoknya.

Pada awal Februari tahun ini, dilaporkan ada lima kuburan massal yang berisi warga Rohingya. Mereka dibantai dan ditembaki terlebih dahulu sebelum dikubur secara massal di wilayah Rohingya di Myanmar. Diperkirakan ada 400 warga Rohingya dibantai tentara Burma. Demikian laporan Kantor Berita Associated Press, Kamis (1/2), seperti dilansir Aljazeera. 

Untuk menguatkan temuannya, Kantor berita tersebut menyertakan kesaksian daripada korban yang selamat, dan kerabat dari korban, serta rekaman ponsel. 

Dilaporkan bahwa salah satu pembantaian terjadi ketika warga Rohingya sedang bermain 'chinlone', olah raga lokal seperti sepak bola di desa Gu Dar Pyin. Saat mereka sedang bermain, tentara Burma menembaki mereka.

Sesaat kemudian, salah seorang korban yang hidup Noor Khadir menemukan enam temannya dikubur di dua kuburan massal terpisah. Dia mengatakan bahwa mayat korban hanya dapat dikenali melalui warna celana pendek mereka.

Baca juga: https://www.nu.or.id/post/read/85182/pemberontak-rohingya-sebut-10-mayat-di-kuburan-myanmar-bukan-anggotanya

Pembunuhan massal tersebut diyakini terjadi pada 27 Agustus tahun lalu. Korban yang selamat mengatakan kepada Kantor Associated Press bahwa tentara telah mencoba untuk menutupi bukti kekejaman tersebut.

Video yang didapat oleh kantor berita tersebut mengindikasikan adanya usaha menggunakan asam untuk menghilangkan mayat. Namun, sisa-sisa yang terkandung di dalam kuburan dangkal naik ke permukaan setelah hujan deras dan korban selamat dapat menunjukkan bukti.

Pembantaian tersebut terjadi pada September, namun pihak berwenang hanya mengakui mereka setelah ditemukannya kuburan massal pada Desember akhir tahun lalu. Bahkan, mereka mengklaim bahwa mereka yang telah meninggal adalah “teroris”. Hal ini langsung dibantah ARSA. 

Sejak Agustus 2017, lebih dari 655.000 orang Rohingya telah meninggalkan Myanmar dan mengungsi ke Bangladesh. (Red: Muchlishon Rochmat)