Internasional HAJI 2014

Mengenal Masjid Abu Darda’ di Makkah

Sel, 14 Oktober 2014 | 21:01 WIB

Makkah, NU Online
Sebagian Jama’ah Haji Kota Depok khususnya kloter 81 dan beberapa jama’ah lainnya melaksanakan shalat Jum’at di masjid sekitar hotel dengan beberapa alasan. Salah satunya di masjid Abu Darda’ yang berada tepat di belakang Hotel Danah Al-Dliyafah/E6, Raudlah beberapa waktu lalu.
<>
Masjid yang terdiri dari bangunan dua lantai ini bisa menampung sekitar 300 jama’ah, khusus laki-laki saja. Imam shalat berada di lantai satu, sementara lantai dua pada bagian depan dua shaf ada lubang sehingga jama’ah yang ada di lantai atas bisa melihat gerak-gerik imam/khatib secara langsung. 

Adapun tata cara ibadah sholat Jum’atnya mirip dengan  masjid di Indonesia pada umumnya. Tiga puluh menit menjelang khatib naik mimbar, muazzin mengumandangkan azan pertama. Lalu beberapa menit kemudian muazzin mengumandangkan azan kedua, dan khatib naik mimbar. 

Khutbah disampaikan sekitar 25 menit. Khutbah pertama 20 menit dan khutbah kedua 5 menit. Sedangkan masuk waktu solat Dzuhur di sini jam 12.08 WSA (Waktu Saudi Arabia).

Inti isi khutbahnya meliputi peningkatan Ibadah, menganjurkan sifat jujur, amanah, dalam setiap laku mukmin. Sambil membaca teks yang ditulis tangan dalam dua lembar kertas folio, khotib menyampaikannya dengan sangat baik dan fasih layaknya penceramah kondang. Hanya sayangnya khutbah disampaikan dalam bahasa Arab saja, sehingga untuk jama’ah Indonesia nampaknya menikmati dinginnya AC saja, tapi tidak menikmati sajian nasehat khotib yang bagus tersebut. 

Seandainya mereka memahami isi khutbahnya, mungkin mereka akan terkesima, lantaran isinya sangat menyentuh hati. Khutbah kedua hanya diisi dengan doa’-do’a yang panjang. Untuk mendo’akan kaum Muslimin khususnya yang tertindas di berbagai belahan dunia.

Imam sekaligus khatib tersebut melanjutkan shalat Jum’at dua raka’at. Dengan membaca surat Al-A’la pada raka’at pertama dan membaca surat Al-Ghasyiyah pada raka’at kedua. Kemudian imam menghadap jama’ah dengan membaca wirid dan zikir secara sirri, lalu diakhiri berjabat tangan dengan sebagian jama’ah yang ada di shaf paling depan. (mahfudz anwar/mukafi niam)