Internasional

NU Jerman Gemakan Manaqib Syekh Abdul Qadir al-Jilany Kali Pertama

Rab, 27 Januari 2021 | 03:00 WIB

Jakarta, NU Online
Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Jerman mengadakan pembacaan Manaqib Syekh Abdul Qadir al-Jilany pada Selasa (26/1) malam secara virtual. Acara yang diinisiasi Lembaga Dakwah (LD) PCINU Jerman ini diikuti warga NU yang tersebar seantero Jerman.

 

Meskipun dilakukan secara virtual, kesyahduan dan kekhusyukan dalam menyerapi pesan-pesan yang terkandung dalam sejarah hidup Syekh Abdul Qadir tetap bisa dirasakan oleh semua yang menghadiri majelis mulia tersebut.


Dalam sambutannya sebelum acara dimulai, Ustadz Hudan Jauhari yang menjadi penggagas acara sekaligus perwakilan LDPCINU Jerman mewanti-wanti agar yang hadir tidak salah niat. Pembacaan Manaqib Syekh Abdul Qadir, katanya, harus dilandasi dengan kecintaan dan kekaguman atas kesalehan dan keteladanan beliau.


Kemudian ditambah dengan doa agar barakah beliau menjadi wasilah (perantara) mengalirnya rahmat Allah SWT kepada semua manusia secara umum yang terdampak pandemi Covid-19, dan khususnya masyarakat Muslim di Indonesia yang sedang dilanda banyak musibah.


Gus Hudan, begitu ia biasa disapa, juga menjelaskan bahwa ia telah mendapatkan ijazah untuk pembacaan Manaqib ini dari kiainya sewaktu mondok di Langitan.


Hal senada disampaikan Rais Syuriah PCINU Jerman Kiai Syaeful Fatah. Ia menuturkan bahwa Para wali, termasuk Syekh Abdul Qadir, melakukan amalan-amalan yang senantiasa harus dipelajari dan dilestarikan.


Syekh Abdul Qadir, misalnya, selalu menjaga wudlunya, hingga wudlunya untuk shalat Isya' biasa digunakan juga untuk Shalat subuh keesokan harinya. Sepanjang malam, ulama bergelar Sultannya Para Wali jtu berzikir dan melakukan shalat sunnah yang sujudnya panjang-panjang.


Di sisi lain, Kiai Syaeful menginginkan agar tradisi pembacaan Manaqib dan tradisi pesantren-pesantren NU pada umumnya bisa terus digemakan di Barat, khususnya di Jerman.


Sementara Ketua PCINU Jerman M Rodlin Billah mengaku sangat senang dengan acara ini, lebih-lebih karena dipimpin langsung oleh orang yang telah menerima ijazah.


Nama Syekh Abdul Qadir al-Jilani, jelasnya, tidak lagi asing bagi sebagian besar Nahdliyyin. Namanya sering disebut dalam tawassul di hampir setiap prosesi tahlilan. Meski demikian, masih sedikit yang tahu kisah kesalehan beliau.


Bagi hampir semua yang hadir dalam majelis ini, membaca Manaqib adalah pengalaman pertama.


"Dan insyaallah tidak akan menjadi pengalaman terakhir karena Syiar Ahlussunnah wal Jamaah al-Nahdliyyah akan terus bergema di Jerman, dengan PCINU Jerman sebagai ujung tombaknya," pungkas Gus Oding, sapaan akrabnya.


Pewarta: Syakir NF
Editor: Muhammad Faizin