Internasional

Penyebab Teknologi Sulit Berkembang di Tengah peradaban Islam

Sen, 21 Februari 2022 | 09:30 WIB

Penyebab Teknologi Sulit Berkembang di Tengah peradaban Islam

Ilustrasi teknologi. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online
Pada masa kejayaan Islam dahulu, Muslim banyak memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap peradaban dunia, salah satunya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Perkembangan umat Islam turut mengilhami berbagai negara di penjuru dunia. Namun kini, Islam seolah tertinggal dalam pengembangan Iptek. 


Hal tersebut disampaikan oleh Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Turki Ahmad Munji saat mengisi Webinar Internasional Harlah 68 IPNU bertajuk “Islam dan Teknologi Masa Depan Peradaban Dunia”, Ahad (20/2/2022) malam. 


Dosen Tasawuf Universitas Marmara, Turki itu mengatakan bahwa sedikitnya terdapat tiga su’udzon atau prasangka buruk terhadap perkembangan teknologi yang menjadikan Iptek sulit berkembang di tengah peradaban Islam saat ini.


Pertama, menggeluti dunia teknologi kerap kali disalahpahami sebagai tindakan menghamba dan mengekor kepada dunia Barat. Padahal, jelas Munji, hikmah atau ilmu pada hakikatnya adalah milik umat Islam. Dan di mana saja ilmu itu ditemukan, maka ia boleh mengambilnya. 


“Misalnya, ketika Salman Al Farisi menciptakan strategi perang Khandaq. Perang Khandaq adalah strategi perang Persia berupa penggalian parit mengelilingi kota yang diambil oleh Rasulullah Saw dalam perang Ahzab,” terangnya.


Kedua, dianggap mendekati bid’ah. Mengikuti perkembangan Iptek tak jarang dikonotasikan sebagai sesuatu yang mendekati bid’ah. Padahal, sambung Munji, dalam sebuah hadits riwayat Muslim diterangkan ketika Rasulullah menyarankan kepada sekelompok kaum Madinah yang sedang mengawinkan pucuk kurma, dan ternyata berakibat gagal panen. Rasulullah kemudian bersabda: “Kalian lebih tahu tentang urusan dunia kalian”.


“Artinya apa, itu sebuah pesan yang perlu dikembangkan. Ini berarti kan bukan bid’ah juga,” ujar pria kelahiran Pemalang tersebut.


Ketiga, umat Islam yang bergelut dengan Iptek dianggap berlebihan mengejar dunia. Menengarai perkembangan teknologi sebagai bentuk cinta dunia, menurut Munji, justru berbanding terbalik dengan pesan pada sebuah hadits riwayat Tirmidzi. Hadits tersebut menyebutkan sebagian dari bukti kebaikan keislaman seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baginya.


“Sementara teknologi bukan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi kita. Sekarang, orang mengukur arah mudah sekali dengan smartphone, tidak perlu susah-susah. Sebagian dari ibadah kita sangat terbantu dengan teknologi,” paparnya.


Teknologi meningkatkan taraf hidup 


Ketua PCINU Jerman, Muhammad Rodlin Billah mengatakan, pentingnya pengembangan Iptek perlu menjadi perhatian bersama. Hal ini lantaran baik secara langsung atau tidak, pengembangan Iptek dapat memperbaiki taraf hidup orang banyak. 


Peneliti di Institut Teknologi Karlsruhe itu menyampaikan sebuah penelitian yang menyebut bahwa semakin besar Gross Domestic Product (GDP) yang dihabiskan suatu negara untuk penelitian dan pengembangan (Rnd), maka semakin besar pula pendapatan perkapita warga negaranya.


“Negara yang menghabiskan GDP dan memiliki rasio ilmuwan dan engineer yang banyak itu dominan negara maju. Kalau kita lihat negara yang menghabiskan persen GNP-nya sedikit demikian juga jumlah saintisnya sedikit,” ungkapnya.


Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Syamsul Arifin