Internasional

Peran Katib Aam PBNU Memuat Bhinneka Tunggal Ika dalam Resolusi Internasional

Sen, 5 Oktober 2020 | 02:35 WIB

Peran Katib Aam PBNU Memuat Bhinneka Tunggal Ika dalam Resolusi Internasional

Katib Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf bersama Presiden Uni Eropa Ursula von der Layen di Zagreb, Kroasia, 2019. (Foto: Dok Istimewa)

Jakarta, NU Online
Bhinneka Tunggal Ika merupakan nilai fundamental yang paling dubutuhkan untuk diterima sebagai consensus global saat ini. Almarhum KH Maimun Zubair, pada sekitar tiga tahun lalu mengungkapkan bahwa Indonesia harus mampu memberi teladan kepada dunia tentang Bhinneka Tunggal Ika.

 

Semboyan bangsa Indonesia itu dimasukkan ke dalam sebuah resolusi yang diterima secara aklamasi dalam Pertemuan Komite Eksekutif Centrist International (CDI) di Brussels, Belgia, pada Kamis (1/10) pekan lalu. Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menjadi perwakilan dari Indonesia.

 

Sebagai informasi, CDI adalah koalisi partai-partai politik internasional beranggotakan lebih dari 150 partai politik dari 70 negara di dunia. Salah satunya adalah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dari Indonesia. Kaukus Eropa dari parpol-parpol anggota CDI adalah EPP (European People’s Party) yang memenangkan pemilu Eropa yang baru lalu dan kini mengendalikan pemerintahan Uni Eropa.

 

Berikut ini bunyi paragraf terakhir dari resolusi Internasional yang telah disepakati itu, "Kami bertekad untuk membangun dan mewariskan kepada generasi mendatang sebuah peradaban global yang unsur-unsur pembentuknya mempertahankan karakteristik khas mereka. Untuk muncul dan berkembang, peradaban semacam itu harus menghormati persamaan hak dan martabat setiap manusia serta mewujudkan prinsip 'harmoni dan persatuan di tengah keberagaman', seperti yang tertuang dalam semboyan Uni Eropa (In varietate concordia) dan Republik Indonesia (Bhinneka Tunggal Ika)."

 

"We resolve to build and bequeath to future generations a global civilization whose constituent elements retain their distinctive characteristics. To emerge and flourish, such a civilization must respect the equal rights and dignity of every human being and embody the principle of ‘harmony and unity amid diversity’, as expressed in the mottos of the European Union (In varietate concordia) and the Republic of Indonesia (Bhinneka Tunggal Ika)."

 

Gus Yahya menuturkan bahwa sebelum Pertemuan Komite Eksekutif digelar, ia dihubungi sekaligus dimintai pandangan tentang hal-hal penting yang perlu diangkat. Komite Eksekutif bahkan langsung meminta Gus Yahya untuk menyusun rancangan resolusi tersebut.

 

"Dan alhamdulillah resolusi diterima secara aklamasi," kata Gus Yahya Ahad (4/10).

 

Ia menjelaskan bahwa resolusi untuk mempromosikan solidaritas dan saling menghormati di antara beragam masyarakat, budaya, dan bangsa di dunia itu diajukan sebagai usulan dari Komite Eksekutif CDI sendiri.

 

"Tapi setelah dinyatakan diterima, Sekretaris Jenderal CDI Antonio Isturiz White menyatakan ungkapan terima kasih kepada teman-teman kita dari Indonesia yang telah merancang resolusi ini," jelas saudara kandung dari Ketua Umum PP GP Ansor Gus Yaqut Cholil Qoumas ini. 

 

Gus Yahya melanjutkan, pernyataan itu langsung disambut ungkapan terima kasih yang sama secara berturut-turut dari perwakilan-perwakilan berbagai negara yang hadir.

 

"Ini adalah perkembangan yang luar biasa penting bahwa kita berada pada momentum ketika masyarakat internasional semakin merasa membutuhkan inspirasi keadaban dari Indonesia," lanjutnya.

 

Ditegaskan Gus Yahya bahwa resolusi internasional itu, memuat jejak nyata dari idealisme keadaban bangsa Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika. 

 

Lebih lanjut, Katib Aam PBNU yang menjadi Duta Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk CDI itu menjelaskan bahwa dunia dewasa ini sedang bergerak menuju hadirnya suatu peradaban global yang tunggal dan saling bercampur. 

 

"Hal itu bertujuan untuk menjamin koeksistensi damai dari berbagai keragaman yang ada, sekaligus memelihara stabilitas politik dan keamanan internasional, harus diupayakan terbentuknya suatu tata dunia yang dilandaskan pada aturan dan hukum," jelas kiai kelahiran Rembang, Jawa Tengah, pada 54 tahun yang lalu ini. 

 

Oleh sebab itu, kata Gus Yahya, jangan sampai dunia terjerumus ke dalam kekacauan hukum rimba. "Untuk itu diperlukan konsensus atas nilai-nilai keadaban bersama (shared civilizational values)," pungkasnya.

 

Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Kendi Setiawan