Internasional

Presenter TV Perempuan di Afganistan Wajib Pakai Cadar

Sel, 24 Mei 2022 | 13:15 WIB

Presenter TV Perempuan di Afganistan Wajib Pakai Cadar

Gadis Afganistan duduk di tengah kerumunan. (Foto: Reuters)

Jakarta, NU Online
Sejak kembali berkuasa sejak tahun lalu, Taliban semakin giat membuat peraturan pembatasan pada kehidupan perempuan. Dalam beberapa pekan terakhir Taliban memberlakukan peraturan, penggunaan burqa/cadar (penutup wajah) bagi seluruh perempuan Afghanistan. Aturan itu tak terkecuali bagi para pembawa berita TV.

 

Pembatasan teranyar bagi para pembawa berita TV itu disampaikan oleh Juru bicara Kementerian Penyebaran Kebaikan dan Pencegahan Kejahatan Taliban, Mohammad Sadeq Akif Mohajir, yang mengatakan bahwa mereka sudah menginformasikan aturan ini kepada perusahaan-perusahaan media di Afghanistan.

 

"Kemarin kami bertemu dengan pejabat-pejabat media. Mereka menerima anjuran ini dengan senang," ujar Mohajir dikutip NU Online dari Reuters, Selasa (4/5/2022).

 

Selain kewajiban burqa yang telah ditetapkan sebelumnya, ia menegaskan bahwa para perempuan yang berlalu-lalang di TV harus menjadi panutan dengan mengenakan penutup wajah.

 

“Wajib bagi semua perempuan terhormat Afghanistan untuk memakai burqa,” tegasnya.

 

Melansir BBC, sejak Ahad (22/5/2022), presenter dan pembawa acara TV di Afghanistan telah melakukan siaran dengan menggunakan cadar, sesuai dengan perintah Taliban.

 

Beberapa di antaranya, presenter dan pembawa berita di TOLOnews, Ariana Television, Shamshad TV dan 1TV. Mereka bertugas membawa acara maupun membacakan berita dan program-program lain dengan mengenakan jilbab dan cadar penutup wajah.

 

Farida Sial, salah satu presenter TOLOnews mengungkapkan, aturan penggunaan hijab bagi perempuan Afghanistan sama sekali tidak memberatkan, namun untuk aturan tutup wajah bagi pembawa berita TV itu cukup menyulitkan.

 

“Tidak apa-apa bahwa kami Muslim, kami mengenakan jilbab, kami menyembunyikan rambut kami, tetapi sangat sulit bagi seorang presenter untuk menutupi wajah mereka selama dua atau tiga jam berturut-turut dan berbicara seperti itu,” kata Farida.

 

Selain menyulitkan, menurutnya, aturan tersebut juga secara tidak langsung mengikis hak-hak perempuan dalam kehidupan sosial dan politik.

 

Sementara itu, seorang eksekutif senior TV mengatakan tak sedikit presenter wanita khawatir jika sewaktu-waktu Taliban menghentikan penayangan acara TV sepenuhnya.

 

"Mereka secara tidak langsung menerapkan tekanan kepada kami agar kami berhenti menayangkan acara di televisi," kata seorang eksekutif senior TV yang enggan disebutkan namanya itu.

 

Hal itu, tambah dia, tak sesuai dengan janji awal Taliban, yang menyebutkan bahwa mereka akan menghormati hak-hak perempuan.

 

Perlu diketahui, sebagian perempuan di Afghanistan sudah mengenakan hijab/jilbab penutup kepala, tetapi di daerah perkotaan, seperti Kabul, banyak dari mereka yang tidak menutupi wajahnya.

 

Hingga pada awal Mei, Kementerian Penyebaran Kebaikan dan Pencegahan Kejahatan Taliban mengumumkan, semua perempuan harus menutupi wajah mereka di tempat umum seraya mengindikasikan bahwa burka adalah busana tepat untuk mewujudkannya.

 

Barang siapa yang menolak mematuhi aturan ini, berisiko dikenai hukuman secara bertingkat.

 

Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Aiz Luthfi