Internasional

Soroti Negara Kaya, WHO Tegaskan Penimbunan Vaksin Bikin Pandemi Tak Akan Selesai

Sab, 30 Januari 2021 | 05:30 WIB

Soroti Negara Kaya, WHO Tegaskan Penimbunan Vaksin Bikin Pandemi Tak Akan Selesai

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah forum virtual. (Foto: AP Photo/Mark Schielbein)

Jakarta, NU Online

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, negara-negara kaya yang ribut soal pasokan vaksin Covid-19 harus ikut mempertimbangkan situasi di bagian dunia yang lebih miskin. WHO menegaskan, penimbunan vaksin membuat pandemi tak akan selesai.


Dikutip Reuters, para pejabat WHO mengungkapkan hal tersebut setelah Komisi Eropa mengatakan setuju rencana untuk mengendalikan ekspor vaksin dari Uni Eropa, termasuk Inggris, dengan alasan pemenuhan stok di dalam kawasan terlebih dahulu.


Uni Eropa, yang anggotanya jauh tertinggal dari Israel, Inggris, dan Amerika Serikat dalam meluncurkan vaksinasi, kini berjuang dalam mendapatkan pasokan akibat salah satunya karena hambatan produksi.

 


"Bila kita menimbun vaksin dan tak saling berbagi, akan ada tiga masalah besar. Pertama, saya bisa bilang, akan ada bencana kegagalan moral. Kedua, ini tetap membuat pandemi terus ada. Dan ketiga, pemulihan ekonomi global yang amat lambat," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus di Jenewa, Jumat (29/1).


"Jadi, itu pilihan kita dan saya harap kita akan memilih hal yang benar," katanya pada momen hampir setahun sejak dirinya mengumumkan darurat kesehatan global atas kemunculan Covid-19.


Pakar utama kedaruratan WHO, Mike Ryan mengatakan bahwa masyarakat harus memikirkan tenaga di garis terdepan seperti tenaga kesehatan, mulai dari dokter, perawat, hingga bidan.

 


Ryan juga mencela negara-negara yang "berebutan" ketika tenaga kesehatan di garda terdepan melawan pandemi di negara miskin "bahkan tidak memiliki akses ke hal yang remah-remahnya".


WHO mengatakan dunia perlu membuat diversifikasi rantai suplai dalam pembuatan vaksin Covid-19 dan mencari pemasok lainnya.


Badan Dunia itu pekan lalu telah mencapai kesepakatan dengan Pfizer/BioNTech atas 40 juta dosis vaksin corona dan harus mulai dibagikan ke negara dengan pendapatan menengah ke bawah dan miskin pada bulan depan di bawah program COVAX--mekanisme yang dirancang untuk menjamin ketersediaan akses vaksin Covid-19 di seluruh dunia secara cepat dan adil.

 


Kepala ilmuwan WHO, Soumya Swaminathan mengatakan, mereka berharap dapat memberikan daftar penggunaan darurat untuk vaksin AstraZeneca/Universitas Oxford dalam dua pekan mendatang.


Asisten Direktur WHO untuk urusan akses obat-obatan dan produk kesehatan, Mariangela Simao juga mengatakan kepada media bahwa Badan Dunia itu memiliki tim di China untuk memeriksa fasilitas vaksin.


Simao menyebut WHO telah mengadakan pertemuan dengan produsen vaksin Rusia pada Jumat lalu, dengan lebih banyak pertemuan yang akan datang karena mereka menunggu informasi lebih lanjut.


Pewarta: Fathoni Ahmad

Editor: Muchlishon