Kesehatan

Bersiwak: Kebiasaan Sehat Nabi saat Bangun Tidur

Rab, 20 Desember 2023 | 19:30 WIB

Bersiwak: Kebiasaan Sehat Nabi saat Bangun Tidur

Bersiwak. (Foto via klikdokter)

Banyak orang yang terbangun dari tidurnya saat malam hari. Sebagian di antara mereka makan karena lapar atau mencari air minum karena merasakan kehausan setelah berkeringat saat tidur. Sebagian lainnya justru ingin buang air kecil karena kedinginan. Setelah itu, orang yang bangun di malam hari ada yang beraktivitas hingga pagi, tetapi ada pula yang tidur kembali hingga bangun kedua kalinya sesuai dengan kebiasaan.


Apa yang dilakukan oleh Nabi ketika bangun tidur saat malam hari? Beliau tidak mengisi perutnya dengan makanan, melainkan justru bersiwak. Kebiasaan bersiwak merupakan prioritas saat nabi mengawali aktivitasnya di malam hari. Karena Nabi sudah terbiasa bangun malam, waktu setelah bangun tidur hingga menjelang subuh dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas positif seperti beribadah dengan berbagai bentuknya. 


Waktu malam hingga dini hari merupakan salah satu bagian dalam siklus jam biologis yang erat dengan pembuangan sampah-sampah sisa metabolisme tubuh. Di saat itulah, kebanyakan orang tidur nyenyak dan tubuh mengeluarkan berbagai racun dari mulut, kulit, nafas, maupun perut.


Apabila seseorang bangun tidur, aroma mulut berubah menjadi tidak sedap. Salah satu penyebabnya adalah adanya aktivitas bakteri di mulut yang melakukan proses pembusukan terhadap sisa-sisa makanan. Bakteri itu bersarang di plak gigi dan salah satunya dikenal sebagai Helicobacter pylori (Baskarados dkk, 2023, Effect of miswak chewing sticks on Oral Helicobacter Pylori under both fasting and non-fasting conditions – A preliminary cross-over randomized clinical trial, Journal of Herbal Medicine, Vol.39: halaman 1-7).


Mulut merupakan pintu gerbang utama masuknya infeksi ke lambung. Bakteri di mulut dapat turun ke lambung dan menyebabkan gangguan di lambung maupun usus. Oleh karena itu, kebersihan gigi dan mulut penting untuk dijaga. Nabi Muhammad menggunakan siwak untuk membersihkan giginya yang salah satunya berasal dari akar pohon arak (Salvadora persica). 


Dari sahabat Hudhaifah ra, Nabi saw bersabda: 


كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ يَشُوْصُ فَاهُ بِالسِوَاكِ


Artinya: "Adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika terbangun di malam hari, Beliau terus menggosok mulutnya dengan kayu siwak". (HR Bukhari dan Muslim)


Dalam riwayat yang lain juga disebutkan bahwa hal pertama yang dilakukan oleh Nabi saat bangun tidur sebelum mengerjakan hal lainnya adalah bersiwak.


Dari sahabat Ibnu ‘Umar :


كَانَ لَا يَنَامُ إِلَّا وَالسِّوَاكُ عِنْدَ رَأْسِهِ. فَإِذَا اسْتَيْقَظَ بَدَأَ باِلسِّوَاكِ


Artinya: "Beliau (nabi Muhammad) tidaklah tidur kecuali siwak ada di sisi kepala Beliau. Ketika bangun, Beliau bersiwak terlebih dahulu." (HR Muslim)


Karena nabi senantiasa shalat malam, maka Nabi juga bersiwak sebelum menunaikan shalat. Berdasarkan hadits-hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa Nabi tidak pernah luput dari siwak, ketika terbangun dari tidurnya, beraktivitas di malam hari, dan setiap menjelang shalat. 


Membersihkan gigi dengan siwak sudah disyariatkan dalam Islam dan merupakan sunnah Nabi. Oleh karena itu, kita disunnahkan untuk menggosok gigi baik dengan siwak maupun lainnya karena kita meneladani Nabi. Rasulullah sangat memperhatikan siwak hingga menjelang kewafatannya, Beliau tetap tidak meninggalkan bersiwak


Seperti dalam hadits riwayat Imam Bukhari yang artinya: "Dari ‘Aisyah radliyallahu ‘anha berkata: “Abdurrahman bin Abu Bakar masuk dan bersamanya kayu siwak yang digunakan untuk menggosok gigi, kemudian Rasulullah melihat ke arah kayu siwak milik Abdurrahman, lalu aku (Aisyah) berkata kepada Abdurrahman: ‘Berikan padaku siwakmu wahai Abdul Rahman.’ Jadi dia memberikannya kepadaku dan aku menggigitnya dengan ujung gigiku. Kemudian aku memberikannya kepada Rasulullah, dan beliau menggosok giginya dengan itu sambil bersandar di dadaku.


Hadits ini mengajarkan bahwa Nabi sangat memperhatikan praktik siwak sehingga boleh untuk menggunakan siwak orang lain atas izinnya. Nabi telah lama memperkenalkan siwak sebagai salah satu metode untuk merawat dan menjaga kesehatan gigi dan mulut yang praktis, bahkan bisa dilakukan untuk orang yang sedang sakit sehingga lebih sering terbaring di kamarnya. 


Di dalam Thibbun Nabawi, siwak memiliki 10 kebaikan yang terpuji yaitu dapat membersihkan mulut, membuat ridha Allah, membuat setan murka, disukai Allah dan para malaikat yang mencatat amal, dapat menguatkan gusi, menghilangkan lendir pada mulut dan tenggorokan, menyegarkan nafas, mengeluarkan cairan yang tidak bermanfaat, menguatkan mata, dan akhirnya dapat menghilangkan bau mulut (Al-Hafidz Adz-Dzahabi,Thibbun Nabawi, [Beirut, Dar Ihya’ul Ulum: 1990 M], halaman 74).


Menurut berbagai penelitian, siwak memiliki senyawa metabolit aktif yang dapat menghambat pembentukan plak di gigi dan mulut. Selain itu ekstrak Salvadora Persica memiliki efek antimikroba. Siwak juga memiliki daya hambat terhadap bakteri pada air liur seperti Eikenella corrodens, Prevotella intermedia, Capnocytophaga sputigena, Lactobacillus. Kandungan penting dalam kayu siwak yaitu alkaloid salvadorin dapat berefek antibakteri.


Apabila siwak dibandingkan dengan sikat gigi dan pasta, maka ada waktu-waktu tertentu yang lebih memungkinkan pembersihan gigi secara lebih praktis menggunakan siwak (Hisham dkk, 2022, Interpretation of Al-Nazafah Concept among Islamic Scholars and its Role in Curbing the Dangerous Epidemic COVID-19, International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences, 12(6): halaman 1939-1955). 


Seseorang yang bangun tidur dan tidak ingin ke kamar kecil dapat langsung bersiwak. Di musim dingin yang ekstrem, seseorang mungkin terhalang dari berkumur dengan air. Namun, dengan bersiwak dapat membersihkan gigi tanpa penggunaan air sebanyak yang diperlukan dengan sikat gigi biasa. Kepraktisan ini sangat bermanfaat terutama untuk lansia yang sering merasakan dingin apabila harus terkena air di malam hari dan berisiko untuk berlama-lama di kamar kecil.


Ketika masyarakat telah terbiasa menggunakan sikat gigi modern dan pasta gigi maka penggunaan siwak tetap memiliki nilai tambah. Misalnya bila sikat gigi dan pasta digunakan sebelum berwudhu, maka siwak bisa digunakan setelah berwudhu dan sebelum menunaikan shalat. Kombinasi ini sangat bermanfaat dan selaras karena siwak juga dapat digunakan tanpa media air.


Dengan menyediakan siwak di kamar tidur, waktu untuk berada di kamar kecil dapat dipersingkat. Risiko terhadap paparan air dingin juga dapat dikurangi dan kebersihan mulut tetap terjaga. Dengan manfaat siwak yang telah diuraikan beserta kepraktisannya, selayaknya umat Islam menggunakannya setiap bangun dari tidur. Penggunaannya juga dapat dilakukan di waktu-waktu lainnya sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. Wallahu a'lam bis shawab. 


Yuhansyah Nurfauzi, Apoteker dan peneliti farmasi