Kesehatan

Konsumsi Minuman Manis Berlebih Bisa Tingkatkan Risiko Kematian Dini

Sel, 27 Desember 2022 | 21:45 WIB

Konsumsi Minuman Manis Berlebih Bisa Tingkatkan Risiko Kematian Dini

Ilustrasi minuman manis. (Foto: iStock)

Jakarta, NU Online

Seiring dengan berkembangnya waktu, minuman manis kini semakin digandrungi masyarakat khususnya di kalangan anak muda. Berbagai macam jenis minuman manis dapat dengan mudahnya dijumpai di pasaran. Meskipun rasanya nikmat, tetapi jika diminum secara berlebihan dapat membahayakan kesehatan.


Dalam Kementerian Kesehatan menyebut berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh T.H Chan School of Public Health Universitas Harvard (Maret 2019) bahwa semakin banyak minuman bergula yang dikonsumsi seseorang, semakin besar pula risiko kematian dini bagi orang tersebut.


Penelitian tersebut berdasarkan data dari 37 ribu laki-laki, dan 80 ribu perempuan selama 30 tahun. Penelitian ini menunjukkan bahwa secara khusus minuman manis punya hubungan kuat dengan risiko kematian dini akibat penyakit kardiovaskuler, dan hubungan ringan dengan beberapa tipe kanker.


“Dibandingkan dengan orang yang minum kurang dari satu minuman manis per bulan, meminum minuman manis satu sampai empat porsi sebulan meningkatkan risiko sebanyak 1 persen. Minum dua hingga enam per minggu, risiko meningkat 6 persen. Satu sampai dua minuman manis per hari, risikonya 14 persen. Sedangkan untuk minum dua atau lebih, risikonya 21 persen,” ujar Peneliti Harvard’s Department of Nutrition, Vasanti Malik.


Sementara itu Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Maxi Rein Rondonuwu mengatakan bahwa konsumsi gula berlebih baik dari makanan atau minuman beresiko tinggi menyebabkan masalah kesehatan seperti gula darah tinggi, obesitas, dan diabetes melitus.


“Dalam kurun waktu lima tahun saja, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia. Berdasarkan data tahun 2013 menunjukkan prevalensi diabetes sebesar 1,5 permil meningkat pada tahun 2018 menjadi 2 permil. Demikian juga gagal ginjal kronis dari 2 permil menjadi 3,8 permil. Sementara stroke meningkat dari 7 permil menjadi 10,9 permil,” ujar Maxi seperti dilansir pada kemkes.go.id.


Lebih lanjut ia mengatakan bahwa hal tersebut akan meningkatkan beban pembiayaan kesehatan di Indonesia. Apalagi penyebab kematian terbanyak di Indonesia didominasi oleh penyakit tidak menular.


“Data Kemenkes juga menunjukkan bahwa 28,7 persen masyarakat Indonesia mengkonsumsi Gula Garam Lemak (GGL) melebihi batas yang dianjurkan. Di mana batasan konsumsi GGL sudah diatur dalam Permenkes No. 30 Tahun 2013 yang diperbaharui dengan Permenkes No. 63 Tahun 2015,” jelas Maxi.


Sementara itu berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018, 61,27 persen penduduk Indonesia usia 3 tahun ke atas mengkonsumsi minuman manis lebih dari 1 kali per hari. Lalu 30,22 persen orang mengkonsumsi minuman manis sebanyak 1-6 kali per minggu, dan 8,51 persen mengkonsumsi minuman manis kurang dari 3 kali per bulan.


“Patut menjadi perhatian adalah peningkatan prevalensi berat badan berlebih dan obesitas pada anak muda yang meningkat 2 kali lipat dalam 10 tahun terakhir. Data tahun 2015 menujukan prevalensi berat badan berlebih pada anak-anak usia 5-19 tahun dari 8,6 persen pada 2006 menjadi 15,4 persen pada 2016. Sementara prevalensi obesitas pada anak-anak usia 5-19 tahun dari 2,8 persen pada 2006 menjadi 6,1 persen pada 2016,” ungkap pria yang juga pernah menjabat sebagai Dirut RSUP Prof RD Kandouw Manado.


Maxi menyebut berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk mengendalikan Gula Garam Lemak (GGL). Di antaranya melalui Permenkes No. 30 Tahun 2013 yang diperbaharui dengan Permenkes No. 63 Tahun 2015 Tentang Pencantuman Informasi Gula, Garam, dan Lemak serta Pesan Kesehatan untuk Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji. Lalu Kebijakan cukai terhadap Minuman Berpemanis dalam Kemasan (MBDK) yang diatur dalam UU No. 39 Tahun  2007 Tentang Cukai.


“Kita minta masyarakat sadar untuk menjaga kesehatan diri dan keluarganya. Pola asuh yang benar akan mencegah anak-anak mengidap penyakit diabetes melitus, hipertensi, dan kolesterol di usia dewasa nanti,” tandas Maxi.


Kontributor: Malik Ibnu Zaman

Editor: Fathoni Ahmad