Kesehatan

Sering Gunakan Obat Antinyeri, Berdampak Buruk pada Organ Dalam

Sen, 14 November 2022 | 21:12 WIB

Sering Gunakan Obat Antinyeri, Berdampak Buruk pada Organ Dalam

Dokter spesialis anestesi, dr Said Shofwan, saat berbicara tentang obat anti nyeri pada Ahad (13/11/2022). (Foto: YouTube NU Online)

Jakarta, NU Online
Saat sakit menyerang, banyak masyarakat yang kemudian datang ke dokter atau ke apotik untuk mencari obat pereda rasa sakit. Sering atau terus-menerus menggunakan obat anti nyeri akan berdampak buruk pada organ dalam seseorang. Dokter spesialis anestesi, dr Said Shofwan, mengungkapkan risiko buruk penggunaan obat anti nyeri tersebut.


“Untuk obat-obat anti nyeri yang kita kenal dalam ilmu kedokteran dengan non-steroid anti inflammatory drugs ini adalah obat-obat yang berisiko untuk menimbulkan efek samping di antaranya adalah gangguan pada ginjal, lambung, dan gangguan pada fungsi hati,” tuturnya dalam YouTube NU Online, Ahad (13/11/2022).


Dokter Said menuturkan bahwa efek samping tersebut bisa terjadi ketika obat anti nyeri dikonsumsi dalam jangka cukup lama. Bisa dikatakan cukup lama jika sudah mencapai kira-kira seminggu.


Sedangkan keluhan nyeri kadang-kadang tidak mudah untuk diatasi. Ada yang dalam waktu singkat nyerinya langsung hilang sehingga tidak perlu mengonsumsi obat-obat tersebut dalam jangka waktu lama. Ada juga kondisi nyeri yang membutuhkan obat dalam jangka relatif lama.


Dokter Said mengatakan bahwa keluhan nyeri ini adalah keluhan yang sangat lazim dialami oleh manusia dalam berbagai usia, mulai dari muda sampai usia lanjut. Salah satu langkah yang diambil untuk meredakan nyeri yang diderita oleh seseorang adalah dengan mengkonsumsi obat anti nyeri atau yang biasa dikenal dengan analgetik.


“Analgetik adalah obat yang bekerja meredakan rasa nyeri yang diderita oleh pasien. Obat-obatan ini bisa didapatkan dengan mudah oleh masyarakat dibanding obat-obat seperti antibiotik yang harus dengan resep dokter, atau obat-obat yang dalam golongan narkotika yang juga termasuk bagian dari obat anti nyeri,” jelasnya.


Ia mengingatkan agar masyarakat waspada menggunakan obat-obat anti nyeri dalam jangka waktu yang lama, dan yang perlu diwaspadai lagi adalah karena obat ini bisa dibeli dengan bebas. Maka perlu memperhatikan indikasi penggunaan obat tersebut supaya tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan.


Dokter Said juga menuturkan bahwa mengkonsumsi obat-obatan tradisional bukan berarti lebih aman. Ada beberapa temuan obat tradisional yang terindikasi campuran dengan non-steroid anti inflammatory drugs yang dapat berisiko pada kerusakan ginjal.


Hal ini sering ditemui dalam praktik sehari-hari di rumah sakit, di mana pasien mengonsumsi obat anti nyeri atau jamu-jamuan dalam waktu yang lama. Apalagi jamu-jamuan yang ternyata secara ilegal mengandung obat-obatan non-steroid anti inflamatory drugs dalam dosis yang besar. Sehingga akan berujung pada kerusakan pada ginjal atau lambung yang cukup serius.


“Untuk itu, kita semua bisa memahami penggunaan obat-obatan anti nyeri yang sesuai dengan indikasi dan digunakan dalam jangka waktu yang tepat sehingga bisa terhindar dari efek samping yang tidak diinginkan,” tandasnya.


Hal senada juga disebutkan dalam jurnal sains dan kesehatan Darussalam yang penggunaan obat tradisional tidak boleh dikonsumsi sembarangan. Sama halnya seperti penggunaan obat kimia yang diproduksi oleh industri farmasi. Tetap ada dosis yang harus dipatuhi, seperti halnya resep dokter.


“Hal ini menepis anggapan bahwa obat tradisional tak memiliki efek samping. Efek samping obat tradisional relatif lebih kecil jika digunakan secara tepat, yang meliputi kebenaran bahan, ketepatan dosis, ketepatan waktu penggunaan, ketepatan cara penggunaan, ketepatan informasi, dan tanpa penyalahgunaan obat tradisional,” tulisnya.


Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori