Kesehatan

Soroti Kasus Fajri Pria Obesitas 300 Kg, LK PBNU Jelaskan Faktor Penyebab

Sel, 13 Juni 2023 | 10:15 WIB

Soroti Kasus Fajri Pria Obesitas 300 Kg, LK PBNU Jelaskan Faktor Penyebab

Muhammad Fajri (27) pengidap obesitas dengan bobot 300 kilogram dievakuasi dari RSUD Kota Tangerang menuju Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) di Jakarta Pusat, Jumat (9/6/2023) malam. (Foto: BPBD Kota Tangerang)

Jakarta, NU Online
Sosok Muhammad Fajri (27) viral di lini masa lantaran bobot tubuhnya nyaris 300 kilogram. Fajri yang merupakan warga Pedurenan, Karang Tengah, Tangerang, Banten itu mengalami obesitas dan membuat berat badannya mencapai 300 kilogram. 


Hal itu mengharuskan Fajri dievakuasi untuk mendapatkan penangan lebih lanjut. Namun, tubuh Fajri yang besar sempat menyulitkan proses evakuasi hingga dinding rumah terpaksa dijebol. 

 

Bobot tubuh Fajri yang berat membuat petugas Damkar dan Satpol PP setempat tidak mampu mengangkatnya. Proses pengangkatan tubuh Fajri akhirnya bisa dilakukan setelah menggunakan alat berat forklift


Dengan bobotnya yang mencapai 300 kilogram itu, Fajri terpaksa dievakuasi ke RSUD Kota Tanggerang pada Rabu, 7 Juni 2023 lalu. Namun, karena keterbatasan fasilitas, Fajri akhirnya dirujuk ke RSCM dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat demi mendapatkan perawatan lebih optimal. 

 

Evakuasi dilakukan menggunakan truk Damkar dan dua unit forklift untuk mengangkat dan menurunkan Fajri. Pemindahan pasien Fajri melibatkan puluhan petugas Damkar dan BPBD setempat.

 

Anggota Lembaga Kesehatan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LK PBNU) Fahmi Arif Tsani turut menyoroti kasus tersebut. Ia mengatakan, obesitas atau kelebihan berat badan bukanlah fenomena instan. Penimbunan lemak yang memicu obesitas merupakan proses yang terjadi dalam kurun waktu lama.


"Seperti yang sudah diketahui sesuai referensi dan literatur yang ada bahwasanya obesitas itu terjadi tidak secara instan, tetapi bertahap," kata Fahmi kepada NU Online, Senin (12/6/2023) malam.

 

Ia menerangkan, obesitas disebabkan oleh jumlah kalori atau energi yang masuk dalam tubuh seseorang jauh lebih besar dari jumlah energi expenditure atau yang dikeluarkan. Keadaan tersebut membuat seseorang mengalami surplus energi dalam bentuk glikogen dan lemak.


"Dan ini berlangsung tidak dalam satu-dua hari saja, tetapi sudah beberapa waktu lamanya. Akhirnya, terjadilah surplus energi atau surplus imbalance di mana terjadinya positif energi imbalance. Itu disimpan dalam bentuk kenaikan berat badan," papar dia. 


Kapan bisa dikatakan obesitas?

Ahli Gizi dari Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro itu menjelaskan, seseorang mengalami obesitas jika indeks masa tubuh atau body mass indeks (BMI) berada di atas angka 25. Sementara BMI normal berada di angka 18,5 hingga 22,9.


"Kalau secara teori jika proporsi tinggi badan dan berat badan tidak seimbang. Pemicunya adalah ketidakseimbangan energi masuk dengan energi keluar," ucap dia.


Adapun upaya preventif yang dapat dilakukan untuk mencegah kejadian obesitas adalah dengan menjaga keseimbangan energi. 


"Perhatikan adalah bagaimana membuat keseimbangan energi itu terjaga. Artinya, energy imbalance itu harus terjaga. Caranya adalah mengatur energi yang masuk berimbang dengan energi yang dikeluarkan," tutur Fahmi.


Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Kendi Setiawan