Lampung

Jadi Pengurus NU Tak Boleh Berpikir Untung-Rugi

Ahad, 20 Februari 2022 | 04:55 WIB

Jadi Pengurus NU Tak Boleh Berpikir Untung-Rugi

KH Muhayat saat peresmian Griya Tahfidz Plus NU di Kecamatan Banyumas, Pringsewu, Lampung, Sabtu (19/2/2022). (Foto: NU Online/Faizin)

Pringsewu, NU Online Lampung
“Barangsiapa yang mau mengurus NU akan aku anggap sebagai santriku. Siapa yang menjadi santriku akan kudoakan khusnul khatimah beserta anak-cucunya”. Inilah pesan pendiri Nahdlatul Ulama KH. Hasyim Asy’ari yang sangat masyhur dan selalu menjadi pegangan siapa saja yang mau berkhidmah di Nahdlatul Ulama. Yang dimaksud dengan mengurus NU dan dijadikan santri Kiai Hasyim adalah mereka yang ikhlas dalam berkhidmah di NU.


“Jadi kalau urusan NU jangan berpikir untung dan rugi,” kata KH Muhayat saat peresmian Griya Tahfidz Plus NU yang dibarengkan dengan peringatan Isra' Mi'raj di Kecamatan Banyumas, Pringsewu, Lampung


Menurut Pengasuh Pesantren Al-Falah Rumbia Lampung Tengah ini, siapa saja yang merawat NU dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan mencukupi rezeki dan memenuhi apa yang dicita-citakannya. Sehingga menurutnya siapa saja yang masih berhitung-hitung mengabdi di NU, maka bisa disimpulkan bahwa ia tidak totalitas dalam ber-NU.


Kiai alumni Pesantren Al-Falah Ploso, Kediri, Jawa Timur ini pun menyampaikan sebuah kisah nyata bagaimana merawat NU dengan berbagai kegiatan ke-NU-an penuh keikhlasan, mampu mendatangkan keberkahan. Kisah ini adalah tentang kegiatan Pendidikan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (PKPNU) yang dilaksanakan di salah satu pesantren di Lampung.

Dengan kegiatan NU ini ungkapnya, pesantren yang sudah lama vakum puluhan tahun setelah ditinggal wafat pengasuhnya di salah satu kabupaten di Lampung, bisa kembali berkembang dengan hadirnya para santri-santri baru.


“Baru pertama kali (PKPNU) digelar setengah tahun lalu (di pesantren ini), hari ini pendaftaran santri baru langsung memiliki 200 lebih santri,” ungkapnya.


Menurut Kiai Muhayat, PKPNU merupakan kegiatan yang memiliki keistimewaan dan bukan hanya sekedar pendidikan biasa dalam jamiyyah Nahdlatul Ulama. Para peserta yang hadir dan mengikuti PKPNU bukanlah kader NU biasa namun mereka merupakan ‘tamu istimewa’. Mereka adalah para santri KH Hasyim Asy’ari yang mampu menjadi wasilah keberkahan tempat penyelenggaraan kegiatan.


“Karena saya yakin ketika baiat wali kutuban (dalam PKPNU) itu, Mbah Hasyim datang dan di situlah yang membuat pondok yang dulunya vakum, jadi hidup lagi,” tambahnya.


Maka menurutnya, program pengaderan di NU harus didukung dan diikuti khususnya bagi mereka yang berkhidmah menjadi pengurus di struktur NU di setiap tingkatannya. Pengaderan ini menurutnya bisa menjadikan militansi dalam berkhidmah di NU semakin kuat dan semakin menjadikan para kader lebih ikhlas tanpa pamrih saat berkhidmah di NU.