Ekosistem Gambut dan Mangrove Punya Nilai Ekonomis-Ekologis
Senin, 21 Juni 2021 | 01:15 WIB
Dari segi ekologi, ekosistem mangrove dapat menyimpan cadangan air dan karbon dengan jumlah yang sangat besar. (Foto: himasfer.lk.ipb.ac.id)
Aru Lego Triono
Kontributor
Jakarta, NU Online
Sekretaris Tim Restorasi Gambut dan Mangrove Daerah (TRGMD) Provinsi Kalimantan Barat Rossie Wiedya Nusantara menyebutkan, ekosistem gambut dan mangrove mempunyai nilai ekonomis sekaligus ekologis.
Hal tersebut disampaikan dalam Sosialisasi Restorasi Gambut dan Rehabilitasi Mangrove Provinsi Kalimantan Barat yang ditayangkan di kanal Youtube Badan Restorasi Gambut dan Rehabilitasi Mangrove (BRGM), belum lama ini.
Dari segi ekonomi, lahan basah termasuk gambut dan mangrove mampu menyediakan berbagai produk baik sayur maupun nonsayur. Bahkan, keduanya dapat memberikan jasa lingkungan. Sementara dari segi ekologi, ekosistem gambut dan mangrove dapat menyimpan cadangan air dan karbon dengan jumlah yang sangat besar.
"Ekosistem ini juga dapat menyuplai air pada saat musim kemarau dan mengendalikan air pada saat musim hujan, serta yang tidak kalah penting adalah sebagai habitat bagi keanekaragaman hayati flora dan fauna yang langka," tutur Akademisi Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura, Kalimantan Barat ini.
Meski begitu, ia menekankan perlunya kerja sama dan dukungan semua pihak baik pemerintah daerah hingga kelompok masyarakat sipil, termasuk organisasi kemasyarakatan dan keagamaan, untuk sama-sama bekerja dalam hal restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove. Hal tersebut sebagaimana mandat yang selalu ditekankan BRGM RI.
"Sejalan dengan salah satu tujuan TRGMD yaitu pelaksanaan sosialisasi restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove, maka diperlukan kerja sama yang baik dengan melibatkan para pemangku kepentingan seperti pemerintah, akademisi, masyarakat, lembaga adat, kelompok masyarakat sipil, dan perusahaan," tutur Rossie.
Ia lantas menyebutkan berbagai potensi luas lahan dan upaya-upaya restorasi yang telah dilakukan di Kalimantan Barat pada 2021 dari Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) seluas 38.460 hektar. Pembangunan Infrastruktur Pembasahan Gambut (PIPG) pun telah dilakukan. Mulai sekat kanal dan sumur bor (R1), revegetasi (R2), hingga revitalisasi sumber mata pencaharian masyarakat (R3).
"Kegiatan R1 berupa pembasahan. Di antaranya pembagunan sekat kanal sebanyak 237 unit, pemeliharaan sekat kanal sebanyak 632 unit, dan pemeliharaan sumur bor sebanyak 491 unit yang dibangun sejak 2017 hingga 2020," terang Rossie.
"Sementara kegiatan R2, berupa pemeliharaan revegetasi di Kabupaten Mempawah seluas 25 hektar dan Kabupaten Sambas 50 hektar. Kegiatan R3 atau revitalisasi ekonomi masyarakat pada lima KHG di Kabupaten Kuburaya," imbuhnya.
Karena itu, menurut Rossie, program sosialisasi dirasa sangat penting dalam rangka mempercepat penyelesaian target restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove di Kalimantan Barat pada tahun 2021.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Arus Komunikasi di Indonesia Terdampak Badai Magnet Kuat yang Terjang Bumi
2
PBNU Nonaktifkan Pengurus di Semua Tingkatan yang Jadi Peserta Aktif Pilkada 2024
3
Pergunu: Literasi di Medsos Perlu Diimbangi Narasi Positif tentang Pesantren
4
Kopdarnas 7 AIS Nusantara Berdayakan Peran Santri di Era Digital
5
Cerita Muhammad, Santri Programmer yang Raih Beasiswa Global dari Oracle
6
BWI Kelola Wakaf untuk Bantu Realisasi Program Pemerintah
Terkini
Lihat Semua