Lingkungan

Guru Besar IPB: Kerusakan Gambut adalah Persoalan Global

Ahad, 10 Mei 2020 | 12:45 WIB

Guru Besar IPB: Kerusakan Gambut adalah Persoalan Global

Guru Besar Fakultas Kehutanan Insitut Pertanian Bogor (IPB) Profesor Bambang Hero Saharjo (Foto: Rivpo.id)

Jakarta, NU Online
Guru Besar Fakultas Kehutanan Insitut Pertanian Bogor (IPB) Profesor Bambang Hero Saharjo menegaskan bahwa kerusakan lahan gambut adalah persoalan global. Akan ada kejadian besar jika lahan gambut tersebut mengalami kerusakan akibat kebakaan lahan yang dapat berdampak buruk terhadap permukaan bumi dalam skala internasional. 

Kerusakan itu menurutnya menyentuh permukaan lahan gambut atau yang disebutnya dengan istilah surface fire. Kejadian ini, kata dia, tentu berpengaruh terhadap kondisi kawasan dan lahan yang menunjukan keadaan tidak ramah lingkungan misalnya karena asapnya yang tebal atau titik api gambut yang susah dipadamkan. 

Sehingga keadaan masyarakat semakin mengkhawatirkan terutama terkait kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitaran lahan gambut. Kebakaran lahan gambut juga mengakibatkan berbagai kondisi yang tidak stabil misalnya transportasi udara dan perputaran ekonomi yang tak berjalan.  

“Persoalan gambut bukan hanya persoalan nasional tapi masalah internasional Kemungkinan itu terjadi karna ada sentuhan dari kanal, Ketika kanal tidak dikerjakan dengan baik terjadilah proses pengeringan," kata Profesor Bambang Hero Saharjo.
 
Profesor Bambang mengungkapkan bahwa kebakaran gambut cenderung memakan lahan di permukaan. Namun, kebakaran lahan gambut tetap berdampak buruk untuk kehidupann manusia dan mahkluk hidup yang berada pada habitat gambut. 

Menurut Bambang, selain karena masalah kanalisasi terdapaat faktor lain mengapa kebakaran lahan gambut masih terjadi di Indonesia. Misalnya tidak dilakukannya pengelolaan air gambut, terjadi konflik sengketa lahan dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang tidak mumpuni dalam mengurus lahan gambut. 
 
“Karena abai terhadap water management maka tidak terjadi early warning dan early detection system. Selain itu masih adanya konflik atau sengketa lahan dengan masyarakat serta SDM yang tidak memiliki kemampuan minimal,” tuturnya. 

Selanjutnya, penyebab kebakaran gambut tidak mudah dikendalikan antara lain karena sarana dan prasana yang belum memadai,  lokasi kebakaran yang sulit terjangkau, cuaca yang tak mendukung, terjadi di bahan bakar yang tinggi, tidak tersedianya sumber air, dan tidak terdapat sarana transportasi. 

Ketika tejadi hal seperti itu, Profesor Bambang mengimbau kepada masyarakat untuk bersama-sama mengaktifkan fungsi kanal bloking, meningkatkan tinggi muka air tanah dan memastikan sumber bor serta memastikan early warning system bekerja. 

“Bisa juga dengan memastikan menara pengawas ada di lokasi kejadian tentu dilengkapi dengan teropong. Menyiapkan sarpas pengendalian kebakaran dan  menyiapkan personel,” ujarnya. 

Langkah lain misalnya, mlakukan patroli dengan pasukan yang terbatas,  melakukan patroli udara melalui drone. Dan memasang papan petunjuk pelaporan lengkap serta melaporkan segera bila kebakaran yang terjadi tidak terkendalikan.
 
Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Kendi Setiawan