Lingkungan

Program BRG di Pulantani Kalsel Tingkatkan Produktivitas Anyaman Purun

Ahad, 29 November 2020 | 13:10 WIB

Jakarta, NU Online
Program Badan Restorasi Gambut (BRG) RI di Desa Pulantani Kecamatan Haur Gading Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Provinsi Kalimantan Selatan mampu meningkatkan produktivitas usaha warga. Melalui bimbingan Fasilitator Desa (Fasdes) DPG masyarakat Desa Pulantani mulai bangkit mengembangkan usaha kerajinan tangan yang menjadi kearifan lokal di Kalimantan Selatan yaitu anyaman purun. 

 

Anyaman purun yang mereka buat dikembangkan lagi menjadi aksesoris yang memiliki nilai jual tinggi di pasar seperti tas, sendal hotel, bakul, tikar, tempat pensil dan lain sebagainya. Program Desa Peduli Gambut (DPG) yang diterapkan BRG di Desa Pulantani sejak tahun 2018 nampaknya telah membawa banyak perubahan bagi Desa Pulantani terutama dalam bidang wirausaha. Hal itu dapat dibuktikan dari menjamurnya pengusaha anyaman purun yang berhasil memasarkan sampai ke luar Desa Pulantani. 

 

Kepala Desa Pulantani Ibnu Ataillah mengatakan, sebelum ada program BRG, hanya ada beberapa masyarakat saja yang mengembangkan anyaman purun. Tidak hanya itu, jenis usaha ini tidak terkelola dengan baik sehingga tidak berkontribusi terhadap keungan desa dan rumah tangga masyarakat. 

 

Namun, kata dia, berkat hadirnya program DPG yang dipelopori BRG RI desanya kini mulai bangkit. Anyaman purun karya masyarakatnya pun kian diminati khal layak luas. Manajemen kelompok usaha yang rapih juga telah menyebabkan masyarakat di Desa Pulantani terbantu. Keuangan mereka bisa bertambah secara signifikan berkat hasil penjualan anyaman purun yang mereka buat. 

 

“Untuk menunjang potensi itu kami mengadakan pelatihan yang diambil dari Anggaran Dana Desa (ADD) meliputi kegiatan pelatihan masterplace, tujuannya agar pelaku usaha anyaman purun belajar berjualan di Medsos, sebagai media pemasaran. Kini mereka juga banyak belajar dengan banyak lembaga,” ujarnya kepada NU Online, Ahad (29/11). 
 

Ibnu menjelaskan, usaha anyaman purun di Desa Pulantani terbukti memberikan manfaat nyata bagi kehidupan masyarakat desa terutama kelompok perempuan. Anyaman purun yang diproduksi menjadi tas dan aksesoris unik lainnya mampu menambah uang bulan rumah tangga warganya. 

 

“Karena program ini juga status desa saya kini menjadi desa mandiri,” tuturnya. 

 

Senada dengan Kepala Desa Pulantani, Sekretaris Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Desa Pulantani Siti Rahmah mengatakan, usaha dia dan para ibu rumah tangga di Desa Pulantani terus mengalami perkembangan. 

 

Selain dijual ke masyarakat Kalimantan Selatan secara regular KUBE yang diberi nama ‘Berkah Ilahi’ itu telah menjajaki kerjasama dengan salah satu perusahaan di Jakarta. Kata dia, salah satu kerjasamanya adalah memproduksi secara massal aksesoris berbahan purun

 

“Dalam kerja sama itu juga kami mendapatkan pesanan rutin untuk kelompok. Jadi kami tidak takut tidak bekerja karena pesanan itu semua sudah pasti,” ungkap Rahmah 

 

Ia menyebutkan, KUBE ‘Berkah Ilahi’ dikelola secara profesional sehingga mendapat respon positif oleh konsumen. Kini KUBE Berkah Ilahi Desa Pulantani mampu membayar ibu-ibu yang menjadi anggota KUBE tersebut. 

 

Dalam ingatan Rahmah, KUBE Berkah Ilahi mulai kebanjiran pesanan sejak 1 tahun yang lalu. Atas kerja keras anggota KUBE, kini mereka mampu meraup untung yang lumayan besar yakni Rp 15 juta dalam satu bulan untuk kelompok dan Rp 150 ribu sampai dengan RP 300 ribu per bulan untuk anggota kelompok. 

 

“Perkembangan KUBE kami diawali dari program DPG. Disitu kan ada pendampingnya, ada Fasdes. Fasdes DPG melihat potensi desa disini yang hampir semuanya penganyam, lalu kami dan Fasdes DPG banyak berdikusi sampai akhirnya kami memutuskan membentuk KUBE dan dikelola secara profesional,” tutur dia.  

 

Secara terpisah, Fasilitator Desa DPG Desa Pulantani Iwan Hermawan menjelaskan mulanya masyarakat usaha anyaman purun sendiri-sendiri. Mereka menjual hasil kerajinannya ke tengkulak dengan harga yang murah. Setelah dilakukan pendekatan secara intens, dia kemudian menggabungkan para pelaku usaha anyaman purun dan mengelompokannya di KUBE Berkah Ilahi Desa Pulantani. 

 

Selanjutnya, Iwan mengurus izin usaha KUBE Berkah Ilahi ke notaris dan Dinas Koperasi setempat. Upaya itu dilakukan agar kehadiran usaha masyarakat diakui sehingga ketika ada rencana mengembangkan usaha dapat segera direalisasikan sebab telah memiliki legalitas.  

 

Tidak hanya itu, kebiasaan menjual kepada tengkulak oleh masyarakat pelaku usaha anyaman purun tak lagi dilakukan. Iwan memasarkan hasil produksi anyaman purun ke konsumen langsung melalui jejaring yang ada. Setelah mulai berkembang, barulah Iwan mendorong ibu-ibu anggota KUBE untuk memasarkannya di media sosial dan masterplace. 

 

“Setelah saya banyak berdialog dan melihat potensi yang ada, Desa Pulantani punya Hulu dan Hilir terkait usaha. Artinya SDAnya ada SDMnya juga ada. Yang dibutuhkan adalah bagaimana meningkatkan keterampilan,” pungkasnya. 

 

Setelah itu, Iwan mengembangkan hasil kerajinan tangan KUBE Berkah Ilahi dari yang semula hanya memproduksi tikar dan bakul dikembangkan ke produksi tas, tempat pensil, sendal hotel dan lain sebagainya. 

 

“Selama ini kalau dibikin bakul harga jualnya Rp 1.700 tapi dibuat  tas bisa Rp 17 ribu, itu perbedaanya. Lalu produk tikar harganya Rp 3,500 namun tikar itu kami kembangkan motifnya sehingga harganya berubah menjadi Rp 45 ribu. Itu kan kenaikan signifikan,” ucapnya, 

 

Kini KUBE tersebut telah memiliki anggota 50 orang, sebelumnya hanya 19 orang. Setiap hari mereka mampu memproduksi tas tikar bakul dan aksesoris lain dengan jumlah lebih dari cukup.

 

Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Kendi Setiawan