Nasional HUT KE-77 RI

12 Tokoh NU Pejuang Kemerdekaan yang Jadi Pahlawan Nasional

Kam, 18 Agustus 2022 | 15:00 WIB

12 Tokoh NU Pejuang Kemerdekaan yang Jadi Pahlawan Nasional

Foto Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari. (Ilustrasi)

Jakarta, NU Online

Pada tahun ini tepatnya, Rabu, 17 Agustus 2022, bangsa Indonesia kemabli memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-77.  Kemerdekaan yang telah diraih jelang hampir se-abad tersebut tidak terlepas dari peran para ulama.  


Setidaknya, ada 12 tokoh pejuang Nahdlatul Ulama yang telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Mereka memiliki khidmah yang luar biasa dengan mencurahkan jiwa, raga dan perhatian untuk bangsa, agama dan warga sekitar. Dalam pandangan H Abdul Mun'im DZ, hal ini menunjukkan bahwa NU bukan pemain figuran dalam pembentukan negara ini, melainkan pemeran utama. 


Adapun 12 tokoh NU yang menjadi pahlawan nasional itu adalah sebagai berikut.


1.   KH M Hasyim Asy'ari

Ialah tokoh utama pendiri NU. Pendiri dan Pengasuh pertama Pesantren Tebuireng, Jombang tersebut merupakan satu-satunya penyandang gelar Rais Akbar NU hingga akhir hayatnya dan tidak pernah ada lagi hingga sekarang. Ayahanda KH Abdul Wahid Hasyim ini ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada tahun 17 November 1964 berkat jasanya yang berperan besar dalam pendidikan melalui NU dan melawan penjajah.


Sosok ulama ini telah melahirkan banyak jasa kepada negeri ini yang tidak terhingga dan salah satu di antara jasanya untuk negara ini adalah memutuskan NU untuk mengeluarkan Resolusi Jihad fi Sabilillah yang direkomendasikan untuk pemerintah RI yang baru berdiri. Fatwanya ini menggerakkan setiap orang dewasa yang berada dalam radius 90 km dari medan pertempuran melawan penjajah wajib berperang. Keduanya diputuskan menjadi pernyataan resmi organisasi NU pada 22 Oktober 1945. 


2.   KH Zainul Arifin  

KH Zainul Arifin, merupakan tokoh NU asal Barus, Sumatera Utara. Keturunan raja-raja Barus ini aktif di NU sejak muda melalui kader dakwah.Di antara jasanya adalah pada pembentukan pasukan semi militer Hizbullah. Kemudian menjadi panglimanya. Pernah menjadi perdana menteri Indonesia, Ketua DPR-GR. Selain itu, juga berjasa dalam menjadi anggota badan pekerja Komite Nasional Pusat. Pemerintah menetapkan dirinya sebagai pahlawan nasional pada 4 maret 1963. 


3.  KH Abdul Wahid Hasyim 

KH Abdul Wahid Hasyim adalah putra Hadratussyekh KH Hasyim As'yari. Ia tercatat sebagai salah seorang anggota Badan Penyidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Di Pesantren Tebuireng, dirinya mempelopori masuknya ilmu pengetahuan umum ke dunia pesantren dengan mendirikan Madrasah Nidzmiyah dengan ilmu umum 70 persen, sedangkan ilmu agama 30 persen. Ayah dari presiden keempat RI, KH Abdurrahmann Wahid ini ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada tanggal 17 November 1960. 


4.  KH Zainal Musthafa 

Ulama lainnya yang ditetapkan sebagai pahlawan nasional adalah KH Zainal Musthafa. Sang ulama ini merupakan tokoh NU dari Tasikmalaya, Jawa Barat dan pernah menjadi salah seorang Wakil Rais Syuriyah. Dirinya merupakan salah seorang kiai yang secara terang-terangan melawan para penjajah Belanda. Ketika Belanda lengser dan diganti Jepang, tetap menolak kehadiran mereka. Bersama para santrinya mengadakan perang dengan Jepang. Dan atas jasanya dianugerahi sebagai pahlawan nasional pada1972. 


5.  KH Idham Chalid 

Ulama ini tercatat pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri Indonesia pada Kabinet Ali Sastroamidjojo II dan Kabinet Djuanda. Juga sebagai Ketua MPR dan Ketua DPR. Sebelum aktif berpolitik dan duduk di kuris parlemen dan kementerian, Kiai Idham merupakan seorang pejuang kemerdekaan dari tanah kelahirannya di Kalimantan Selatan.


Selain sebagai politikus, adalah kiai yang pernah diamanahi sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) anttara tahun 1956 hingga 1984. Hingga saat ini, ia merupakan ketua paling lama di ormas bentukan para kiai ini. Atas jasanya, Kiai Idham ditetapkan sebagai pahlawan pada 8 November 2011. Kemudian pada 19 Desember 2016, Pemerintah mengabadikannya di pecahan uang kertas rupiah baru, pecahan Rp 5 ribu.


6. KH Abdul Wahab Chasbullah 

Ialah salah seorang pendiri NU. Sebelumnya, Kiai Wahab dikenal sebagai pendiri kelompok diskusi Tashwirul Afkar (pergolakan pemikiran), pendiri Madrasah Nahdlatul Wathan (kebangkitan negeri), pendiri Nahdlatut Tujjar (kebangkitan pedagang).


Sejak 1924, Kiai Wahab mengusulkan agar dibentuk perhimpunan ulama untuk melindungi kepentingan kaum tradisionalis yang bermazhab. Usulannya terwujud dengan mendirikan NU pada 1926 bersama kiai lain. Kiai yang pernah menjadi Pengasuh Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang tersebut juga salah seorang penggagas Majelis Islam A'la Indonesia atau MIAI. Ia dipilih oleh para kiai sebagai Rais 'Aam PBNU meneruskan KH Hasyim Asy’ari. Kiai yang wafat pada 29 Desember 1971 tersebut mendapatkan gelar pahlawan pada 8 November 2014. 


7. KH As'ad Syamsul Arifin  

KH As'ad Syamsul Arifin salah seorang kiai berperang melawan penjajah. Pengasuh Pesantren Salafiyah Syafiiyah, Sukorejo, Banyuputih, Situbondo tersebut menjadi pemimpin para pejuang di Situbondo, Jember maupun Bondowoso.


Di masa revolusi fisik, Kiai As'ad menjadi motor yang menggerakkan massa dalam pertempuran melawan penjajah pada 10 November 1945. Selepas kemerdekaan merupakan penggerak ekonomi-sosial masyarakat dengan menyerap aspirasi dari warga kemudian mendorong pemerintah daerah, menteri, maupun presiden guna mewujudkan pembangunan yang merata. Kiai As'ad juga berperan menjelaskan kedudukan Pancasila tidak akan mengganggu nilai-nilai keislaman. Atas jasa-jasanya, mendapat anugerah pahlawan pada 9 November 2016. 


8. KH Syam'un

KH Syam'un merupakan pengurus NU di Serang, Banten. Pernah hadir di Muktamar NU keempat di Semarang pada 1929, pada Muktamar NU kelima di Pekalongan 1930 dan pada Muktamar NU kesebelas di Banjarmasin pada 1936. KH Syam'un selain alim dalam keilmuan, menguasai tiga bahasa asing dan pernah mengajar di Arab Saudi pada masa mudanya, ketika kembali ke tanah air, bergabung dengan kelaskaran. Ia pernah menjadi perwira tentara sukarela Pembela Tanah Air (PETA). Juga pernah menjadi Komandan Batalyon berpangkat daidancho atau mayor tahun 1943.


Tahun 1944, Kiai Syam’un dilantik jadi Komandan Batalion PETA berpangkat mayor, memimpin 567-600 orang pasukan. Saat TKR dibentuk 5 Oktober 1945, pangkatnya naik jadi kolonel, Komandan Divisi l TKR dengan memimpin 10.000 orang pasukan.Tahun 1948, naik pangkat brigadir jenderal dan memimpin gerilya di wilayah Banten, sampai wafatnya tahun 1949, serta ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 8 November 2018. 


9. KH Masykur 

KH Masjkur adalah tokoh NU yang pernah menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Di antara kontribusinya adalah ikut terlibat merumuskan Pancasila sebagai dasar negara.KH Masjkur juga tercatat selaku pendiri Pembela Tanah Air (Peta) yang kemudian menjadi unsur laskar rakyat dan TNI di seluruh Jawa. 


10. H Andi Mappanyukki

H Andi Mappanyukki (Suku Bugis) Raja Bone, pendiri NU Sulawesi Selatan, berjuang melawan penjajah Belanda dan Jepang 1945-1949. Ia mendapatkan gelar Pahlawan Nasional RI berdasarkan SK Pres RI No 089 5 November 2004.


11. H Andi Djemma (Suku Luwu) 

Ia merupakan Raja Luwu. Pendiri NU Sulawesi Selatan ini berjuang melawan penjajah Belanda 1946-1948. Ia mendapatkan gelar Pahlawan Nasional RI berdasarkan SK Pres RI No. 073 6 November 2002.


12.  Usmar Ismail

Ia berasal dari suku Minang, adalah Muassis, pendiri Lembaga Seniman Budayawan Muslim Indonesia (Lesbumi) NU bersama H Djamaluddin Malik, dan Asrul sani pada tahun 1962-1970, Usmar Ismail pun mendapat amanah sebagai Ketua I PBNU 1964-1970 PBNU.


Dia dikenal sebagai seorang sutradara film, sastrawan, wartawan, dan pejuang Indonesia. Ia dianggap sebagai pelopor perfilman di Indonesia.


Selain itu, dikenal sebagai pelopor drama modern di Indonesia, dan juga Bapak Film Indonesia. Mendapatkan gelar Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden RI No 109 TK 5 November 2021.


Kontributor: Helmi Abu Bakar
Editor: Syakir NF