Nasional

2 Ketua Umum PBNU Alumni Pondok Pesantren Gontor

Sen, 12 September 2022 | 18:00 WIB

2 Ketua Umum PBNU Alumni Pondok Pesantren Gontor

Ilustrasi gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Jakarta. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online

Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) telah banyak melahirkan tokoh yang berkiprah di berbagai bidang. Di antara jutaan alumninya, ada dua sosok penting yang tercatat dalam sejarah sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), yaitu KH Idham Chalid dan KH Hasyim Muzadi sebagai alumni Pesantren Gontor.


KH Idham Chalid memimpin PBNU selama 28 tahun, yakni sejak tahun 1956 hingga tahun 1984. Kepiawaiannya dalam memimpin organisasi masyarakat (Ormas) Islam terbesar ini tidak lain berkat pengetahuan dan pengalamannya ketika belajar di Pondok Pesantren Gontor.


Kiai Idham menamatkan pendidikannya di pesantren yang didirikan oleh Kiai Sulayman Jamaluddin ini pada tahun 1942 (Ensiklopedia NU: 2014). Saat itu, kiai asal Amuntai, Kalimantan Selatan tersebut berhasil menyelesaikan studinya di Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyah (KMI). Sebagaimana dilansir dari situsweb resmi Gontor, KMI merupakan sebuah program yang baru didirikan pada 19 Desember 1936.


Kelulusannya dari program tersebut mengukuhkan sosoknya sebagai seorang guru agama. Karenanya, setelah lulus, ia mengabdi di almamaternya sebagai guru pada tahun 1943-1944. Bahkan, disebutkan dalam Ensiklopedia NU, Kiai Idham yang saat itu masih berusia 23 tahun sudah diberi amanah menjadi Ketua Umum Badan Wakaf Pondok Modern Gontor.


Namun, tak selang berapa lama, Kiai Idham memilih untuk pulang kampung. Di sana, ia kembali meniti karir sebagai seorang yang berjuang untuk masyarakat. Ia terpilih sebagai Ketua Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi) cabang Amuntai pada tahun 1944 dan menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Sementara (DPRS) mewakili Masyumi pada tahun 1950.


Di situlah, ia mulai dekat dengan sosok KH Abdul Wachid Hasyim, bahkan menjadi sekretaris pribadinya, saat ayah dari KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu menjabat sebagai Menteri Agama.


Kiai Idham pun melesat dalam kepengurusan PBNU, mulai dari Ketua Lembaga Pendidikan Ma’arif, pimpinan Gerakan Pemuda Ansor, Sekretaris Umum PBNU. Puncaknya, ia terpilih sebagai Ketua Umum PBNU pada tahun 1956 saat Muktamar di Medan, Sumatra Utara.


KH Hasyim Muzadi

Dua dasawarsa selepas Kiai Idham menamatkan studinya di Pondok Pesantren Gontor (1962), ada pula sosok yang menyelesaikan pendidikannya di almamater yang sama dan kelak mengikuti jejaknya memimpin PBNU. Tokoh itulah yang dikenal sebagai KH Hasyim Muzadi.


Sebagai seorang yang haus akan ilmu, Pendiri Pondok Pesantren Al-Hikam di Depok, Jawa Barat dan Malang, Jawa Timur itu tidak hanya mencukupkan diri dengan apa yang didapatnya dari Ponorogo. Ia meneruskan pengembaraan keilmuannya di Pondok Pesantren Al-Anwar Lasem, Rembang, Jawa Tengah; Pondok Pesantren Al-Fadholi Senori dan Pondok Pesantren Tanggir yang terletak di kota kelahirannya, yaitu Tuban, Jawa Timur.


Pengetahuannya dari pesantren-pesantren tersebut dilengkapi dengan pengalamannya berorganisasi dari level paling bawah. Ia memulai karirnya di NU sebagai Ketua Pimpinan Anak Cabang GP Ansor Bululawang, Malang (1965), Ketua Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam (PMII) Malang (1966), Ketua Pimpinan Cabang GP Ansor Malang (1967-1971), Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Malang (1971-1973), hingga Ketua PCNU Malang (1973-1977).


Setelah mencapai puncak di tingkat cabang, karirnya terus melesat dengan menduduki jabatan di tingkat wilayah sebagai Ketua Pimpinan Wilayah GP Ansor (1983-1987), Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tiimur (1987-1988), Wakil Ketua PWNU Jawa Timur (1988-1992), hingga terpilih menjadi Ketua PWNU Jawa Timur (1992-1999).


Setelah itu, pada Muktamar ke-30 NU di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, KH Hasyim Muzadi menerima amanah sebagai Ketua Umum PBNU. Saat itu, Kiai Hasyim berusia 55 tahun.


Pewarta: Syakir NF

Editor: Fathoni Ahmad