Nasional

3 Alasan Belanda Sulit Akui Kemerdekaan Indonesia

Sab, 17 Juni 2023 | 21:00 WIB

3 Alasan Belanda Sulit Akui Kemerdekaan Indonesia

Indonesia memproklamasikan kemerdekaan 17 Agustus 1945. (Foto: Dok Arsip Nasional)

Jakarta, NU Online 
Baru-baru ini, Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 setelah hampir 78 tahun merdeka. Bagi negeri yang pernah menjajah itu, sulit untuk mengakui kemerdekaan negara bekas koloninya.


Sejarawan Johan Wahyudi menyampaikan bahwa ada 3 sebab Belanda sulit mengakui kemerdekaan Indonesia. Hal ini disampaikan kepada NU Online pada Sabtu (17/6/2023).


Adapun 3 sebab Belanda sulit mengakui kemerdekaan Indonesia adalah:

  1. Indonesia dalam hal ini lumbung ekonomi Belanda. Negara tersebut mendapat keuntungan dari pengelolaan koloninya
  2. Hindia Belanda pada tahun 1942-1945 berada di bawah tekanan Jepang. Belanda datang mengambil panggung dengan diplomasi dari NICA ingin menertibkan kembali Indonesia. Melalui kehadirannya, dia 'ingin menyelamatkan' bangsa terjajah
  3. Fungsi yang tidak bisa diabaikan adalah adanya kedekatan perasaan, saling membutuhkan. Ada usaha dari Belanda untuk memodernisasi Indonesia yang dijadikan alasan bagi mereka untuk kembali menduduki Indonesia.


"Tiga alasan itu membuat Belanda sulit sekali mengakui kemerdekaan Indonesia. Dia masih berada dalam bayang-bayang Belanda harus menjadi tuan dari Indonesia," kata dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.


Meskipun tidak secara terang-terangan, Belanda masih menginginkan dominasi itu tetap berada di tangannya.


"Bayang-bayang Belanda mempunyai hasrat besar dominasi meskipun tidak ditampilkan secara vulgar," lanjutnya. 


Johan menyampaikan bahwa Belanda merasa membantu Indonesia menjadi negara merdeka. "Saya kira wajar mereka tidak ikhlas Indonesia merdeka karena merasa mereka bangsa yang membantu Indonesia sampai merdeka," katanya.


Sebelumnya, Johan juga menegaskan bahwa Indonesia lebih besar dari sekadar pengakuan Belanda. Pengakuan kemerdekaan dari Belanda perlu disikapi dengan positif.


"Jangan jadikan Belanda ini sebagai faktor penentu bahwa Indonesia martabatnya besar karena diakui Belanda itu tidak," katanya.


"Tapi martabat Indonesia besar karena sudah melawan sudah berkorban sudah berani bertumpah darah untuk memperjuangkan tanah airnya," pungkas peraih gelar doktor dari Fakultas Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta itu.


Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan