Internasional

Berbagai Manuskrip Ulama Nusantara yang Dipamerkan di Universitas Vrije Amsterdam Belanda

Ahad, 5 Juni 2022 | 17:15 WIB

Berbagai Manuskrip Ulama Nusantara yang Dipamerkan di Universitas Vrije Amsterdam Belanda

Sejumlah manuskrip Ulama Nusantara dipamerkan dalam pameran bertajuk The Traversing of Islam Nusantara in the Netherlands di Universitas Vrije Amsterdam, Belanda pada tanggal 3-14 Juni 2022. (Foto: istimewa)

Jakarta, NU Online

Alif.id dan Nahdlatut Turots bekerjasama dengan PCINU Belanda, KBRI Belanda, Djarum Foundation dan Vrije Universitait of Amsterdam menggelar pameran bertajuk The Traversing of Islam Nusantara in the Netherlands di Universitas Vrije Amsterdam, Belanda pada tanggal 3-14 Juni 2022. Pameran yang dibuka pada 2 Juni 2022 tersebut merupakan kegiatan pendukung pada 3rd Biennial International Conference: Reimagining Religion and Values in Time of (Societal) Crisis.


Dalam pameran tersebut, Alif.id dan Nahdlatut Turots berkontribusi memamerkan beberapa materi berupa fragmen manuskrip-manuskrip tua ulama Nusantara yang berasal dari abad ke-19 dan awal abad ke-20 M dan tersimpan di Perpustakaan Pesantren al-Akhyar Tambakagung, Bangkalan, Madura, Jawa Timur dan Pesantren Tawangsari, Sidoarjo, Jawa Timur. Koleksi tersebut dikurasi oleh filolog santri A Ginanjar Sya’ban.


Di antara fragmen manuskrip tersebut adalah khat kaligrafi yang ditulis oleh Syaikhona KH Muhammad Kholil bin Abdul Lathif dari Bangkalan, Madura (w. 1925), yang dikenal dengan nama Syaikhona Kholil Bangkalan, salah satu tokoh sentral yang sangat menentukan dalam sejarah perkembangan agama Islam di Hindia Belanda, khususnya di wilayah Sunda-Jawa-Madura pada peralihan abad ke-19 dan 20 M. Syaikhona Kholil Bangkalan juga tercatat sebagai mahaguru para ulama pendiri Nahdlatul Ulama seperti KH Hasyim Asy’ari, KH Abdul Wahhab Chasbullah, KH Bisyri Syansuri, dan KH Ma’shum Lasem.


Fragmen manuskrip lainnya adalah catatan Syaikh Abdul Mannan Dipomenggolo Tremas, Pacitan, Jawa Timur (w. 1282 Hijri/1865 Masehi). Abdul Mannan Dipomenggolo adalah kakek dari Syaikh Mahfuzh Tremas (w. 1920), atau Muhammad Mahfuzh bin ‘Abdullah bin ‘Abd al-Mannan al-Tarmasi al-Jawi al-Makki, seorang ulama besar Nusantara yang mengajar di Masjidil Haram dan menulis sejumlah karya penting.


Catatan tersebut berisi keterangan yang menjelaskan posisi pengambilan pendapat ulama Syafi’iyyah ketika didapati perbedaan di antara mereka. Paragraf pertama ditulis dalam Bahasa Arab, sementara paragraf kedua dalam Bahasa Jawa aksara Arab (Pegon). Abdul Mannan Dipomenggolo juga mengutip pendapat gurunya, yaitu Syaikh Muhammad Umar Syatha yang menjabat sebagai mufti Syafi’iyyah di Makkah. 


Selain itu, terdapat juga fragmen manuskrip berisi ungkapan salam dan doa dari KH Ismail Tambakagung kepada Syaikhona Kholil Bangkalan yang tak lain adalah gurunya. Dalam manuskrip tersebut juga, didapati kutipan pernyataan dari Syaikhona Kholil Bangkalan yang berisi pentingnya beragama secara moderat dan proporsional, yaitu seimbangnya ilmu syari’at dan hakikat.


Terdapat pula fragmen manuskrip berisi sertifikat haji yang diberikan oleh mufti Syafi’iyyah di Makkah, Sayyid Ahmad Zainî Dahlân (w. 1886) kepada KH Sholeh Tambakagung Bangkalan (Madura), dengan titimangsa 1285 Hijri (1868 Masehi). Terdapat pula manuskrip sertifikat ziarah Masjid Nabawi di Madinah yang diberikan oleh ulama Syafi’iyyah di Masjid Nabawi di Madinah, Syaikh Khalîl Tâyib kepada KH Sholeh Tambakagung dengan titimangsa yang sama.


Fragmen manuskrip lainnya yang dipamerkan adalah Doa Agar Dijauhkan dari Wabah yang terdapat dalam manuskrip kitab Habl al-Mukhtashar yang ditulis oleh Muhammad Abdul Hadi Madura. Ijazah doa tersebut didapatkan dari Syaikh Abdul Ghafur di Makkah, yang kemudian diriwayatkan oleh Kiyai Haji Muhammad Thayyib al-Din Pertapan, Madura.


Selain itu, terdapat pula fragmen halaman akhir dari manuskrip kitab Habl al-Mukhtashar dalam ilmu Ballaghah, yang ditulis oleh Muhammad Abdul Hadi Madura pada tahun 1278 Hijri (1861 Masehi).


Fragmen lainnya adalah naskah kitab cetak tua kategori cetak huruf baris (tipograf) karya Syaikh Nawawi Banten (w. 1897 M) berjudul Tuhfah al-Ikhwân fî Syarh Manzhûmah Sya’b al-Îmân. Kitab tersebut dicetak oleh al-Mathba’ah al-Wahbiyyah di Kairo, Mesir, pada tahun 1296 H (1879 M) dan termasuk salah satu karya ulama Nusantara yang awal-awal dicetak di Timur Tengah pada pertengahan abad ke-19 M.


Selain itu, terdapat pula fragmen naskah kitab cetak tua kategori cetak batu (litograf) karya KH. Muhammad Shiddiq Jember, berjudul Fath al-Rahmân fî Tajwîd al-Qur'an. Kitab tersebut dicetak oleh Percetakan al-Karimi yang berbasis di Bombai, India, tahun 1328 Hijri (1910 Masehi).


Pameran ini juga menampilkan fragmen kitab Sullam al-Taufîq milik KH Hasan Bisri bin Ali Tawangsari Sidoarjo, yang terdapat terjemah interlinear (makna gandul) yang ia riwayatkan dari KH Abdul Karim (1856-1954), pendiri Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur yang juga murid dari Syaikhona Kholil Bangkalan. Terdapat titimangsa selesainya mengaji kitab tersebut kepada KH Abdul Karim Lirboyo pada Malam Sabtu, tanggal 24 Dzulqa’dah tahun 1934. 


Keterangan tersebut ditulis oleh KH Hasan Bisri, putra dari KHR Ali bin Abdul Wahhab Tawangsari. Sementara KH. Abdul Wahhab Tawangsari adalah ayah dari Nyai Nafisah, yang juga ibu dari KH Abdul Wahhab Hasbullah Jombang (w. 1971), salah satu tokoh pendiri NU.

 

Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan