Nasional RISET DIKTIS

3 Tahap Pembelajaran Karakter Berbasis Nilai Sufistik di MTs Al-Qodiri 1 dan Nuris 1 Jember

Ahad, 27 Oktober 2019 | 12:30 WIB

3 Tahap Pembelajaran Karakter Berbasis Nilai Sufistik di MTs Al-Qodiri 1 dan Nuris 1 Jember

Siswa MTs Al-Qodiri Jember pada suatu kegiatan bersama (Foto: FB MTs 1 Al-Qodiri Jember)

Pelaksanaan pembelajaran pendidikan karakter berbasis nilai-nilai sufistik merupakan inti dari kegiatan di lembaga pendidikan. Ahmad Rosidi, mahasiswa STAI Al-Qodiri Jember dalam penelitiannya berjudul Konstruksi Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-nilai Sufistik di Islamic Boarding School: Studi Multikasus di MTs Al-Qodiri I dan Nuris 1 Jember mengutip Nana Sudjana, dalam Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Rineka Cipta, 2009), menjelaskan bahwa implementasi pembelajaran memiliki berbagai tahapan. Tahapan-tahapan tersebut adalah prapembelajaran, inti pembelajaran, pelaksanaan penilaian dan follow up
 
Pertama, Prapembelajaran. Tahap ini dilakukan pada saat awal melakukan proses pembelajaran seperti pendidik melakukan presensi, memberikan pertanyaan kepada peserta didik yang berkaitan dengan pembentukan karakter, dan menjelaskan atau menghubungkan pembahasan nilai karakter sebelumnya dengan pembahasan nilai-nilai lain yang akan dipelajari dalam materi pelajaran; meluangkan waktu kepada peserta didik untuk mengutarakan pertanyaan tentang nilai-nilai dalam materi mata pelajaran yang tidak atau belum dipahami dan dilaksanakan; menjelaskan kembali nilai-nilai yang ada di dalam materi mata pelajaran yang lain secara singkat.
 
Kedua, Inti Pembelajaran. Tahap ini merupakan tahap pusat kegiatan pembelajaran dalam membentuk karakter yang berbasis nilai-nilai sufistik. Kegiatan ini antara lain, memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang nilai-nilai sufistik yang ada di dalam KI, KD, Indikator, tujuan pembelajaran yang harus dikuasai dan dibiasakan dalam kehidupan; menyebutkan dan menerangkan tentang nilai-nilai karakter yang ada dalam materi pelajaran yang akan dibahas; membahas tentang pengamalan dan pembiasaan nilai-nilai karakter yang sudah dituliskan; penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan tentang nilaik-nilai karakter yang harus dimiliki dan dibiasakan; menyimpulkan hasil pemahaman dan pembiasaan nilai dari semua pokok materi pelajaran.

Ketiga, Pelaksanaan Penilaian dan Follow up. Kegiatan ini diharapkan untuk mengetahui keberhasilan tahap inti pembelajaran. Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu penilaian observasi seperti menggunakan buku karakter, penilaian diri sendiri, penilaian antar teman, dan sebagainya.
Pelaksanaan pembelajaran pendidikan karakter berbasis nilai-nilai sufistik di Madrasah Tsanawiyah Islamic Boarding School (MTs IBS) berjalan secara maksimal, maka lembaga MTs tersebut harus dilakukan di berbagai tempat, menggunakan berbagai metode, media dan evaluasi pembelajaran. Pelaksanaannya dilakukan di sekolah (kelas dan luar kelas), di pesantren, dan di masyarakat.
 
Adapun metode pembelajaran yang dapat digunakan antara lain adalah metode keteladanan, pengarahan dan bimbingan, pembiasaan dan pelatihan, dan penciptaan lingkungan dan penugasan. Sementara media yang dapat digunakan adalah buku template yang berisi nilai-nilai sufistik dan diletakkan di depan kelas dan kantor. Sedangkan evaluasi yang digunakan adalah berbentuk observasi dan cheklist dengan menggunakan buku saku jujur. Untuk dalam raport, penilaian dengan menggunakan huruf seperti A (sangat baik), B (Baik), dan C (Kurang Baik).
 
Di dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan karakter berbasis nilai-nilai sufistik guru sebagai faktor utama yang terpenting dalam membentuk karakter peserta didik, serta mengawali untuk memberi contoh atau sikap yang baik kepada peserta didiknya. Karena dalam bahasa jawa guru memiliki pengertian digugu dan ditiru. Artinya, guru adalah manusia yang memiliki kualitas dalam hal ilmu pengetahuan, moral, cinta, dan ketaatan pada agama. Jadi, gerak geriknya guru akan selalu dipantau oleh setiap orang termasuk peserta didiknya. Tingkah laku guru akan menjadi teladan bagi peserta didiknya dan masyarakat. Teladan seorang guru merupakan perilaku atau akhlak seorang guru yang memberikan cerminan atau contoh yang baik pada peserta didiknya. 
 
Adapun salah satu contoh teladan yang ditunjukkan sehari-hari oleh guru adalah selalu memakai pakaian yang sopan dan rapi, bertutur kata yang baik dan lembut pada saat mengajar ataupun diluar mengajar, memberi nasihat pada peserta didiknya setelah memberi materi sudah selesai, berbicara atau berbincang-bincang dengan tutur kata yang sopan antara guru dengan pegawai yang lain, dan semua warga sekolah ini selalu mengikuti apel pagi seperti halnya yang dilakukan peserta didik siswi di lembaga MTs IBS.
 
Selain keteladanan, pesantren juga mengoptimalkan pembudayaan pelaksanaan pendidikan karakter berbasi nilai-nilai sufistik, di antaranya apel pagi dengan membaca tawassul, surat al-fatihah, surat al-waqiah, dan doa, komunikatif atau bersahabat dengan membiasakan menyapa apabila bertemu dengan tamu, disiplin dengan tidak merokok di area sekolah; melakukan upacara setiap hari senin, peduli lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya dan menata sepatu yang tidak rapi ketika kita mengetahui, dan setiap hari kemerdekaan tanggal 17 agustus diadakan lomba pidato yang bertema kebangsaan dan cinta tanah air Indonesia. 
 
Semua peserta didik MTs IBS wajib mengikuti ekstrakulikuler kecuali kelas IX yang sudah semester II tidak boleh mengikuti ekstrakulikuler atau kegiatan lain karena agar terfokus pada ujian nasional. Beberapa kegiatan ekstrakulikuler di sekolah ini diupayakan juga untuk membentuk karakter peserta didik dengan potensi yang mereka bisa atau senangi yaitu berupa kegiatan pramuka, PBB, tartilul Qur’an, tilawatil Qur’an, hadrah Shalawat Nabi, bola voly, sepak bola, English Club, pertanian, Computer Club, dan lain sebagainya. 
 
Ada pula kegiatan wajib dilakukan tapi tidak masuk ekstrakulikuler yaitu wajib berjamaah lima waktu dengan pengasuh pesantren, setiap hari Jumat melaksanakan roan (kerja bakti) bersama. Nilai-nilai karakter yang didapat melalui kegiatan ekstarkulikuler dan kegitan wajib tersebut adalah nilai religius yakni beriman dan bertakwa kepada Allah Swt, bersikap sopan, istiqomah, taat pada guru, cinta pada tanah air, disiplin, kreatif, peduli lingkungan, tanggung jawab, gemar membaca, dan toleransi.

Budaya sekolah di MTs IBS merupakan kebiasaan yang dilakukan setiap hari oleh semua warga yang berada dilingkungan sekolah baik dengan suasana dan sikap yang baik dan buruk. Adanya kebiasaan yang buruk harus diubah menjadi yang lebih baik dengan upaya membentuk karakter peserta didik yang baik. Nilai-nilai karakter seperti karater religius, jujur, keramahan, toleransi, kerja keras dan lain sebagainya harus banyak dilaksanakan dan dikembangkan dalam budaya sekolah. 
 
Dalam penelitian yang dilakukan berkat dukungan bantuan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Dit PTKI) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) Kementerian Agama RI tahun anggaran 2018, diungkapkan bahwa nilai-nilai karakter tersebut tidak hanya dilaksanakan oleh peserta didik, tetapi juga harus dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi. Dengan demikian, integrasi nilai-nilai karakter dalam budaya sekolah merupakan suatu kebiasaan terpuji yang dilakukan oleh semua elemen yang ada di lembaga MTs IBS.
 
Untuk membentuk karakter peserta didik yang baik, kegiatan pembelajaran di kelas dirancang dan disusun oleh pendidik termasuk metode membiasakan dan mempraktikkan nilai-nilai karakter, sehingga nilai-nilai karakter menjadi budaya dalam kelas. Nilai-nilai karakter yang membudaya di kelas, antara lain nilai kerja keras dalam mendapatkan nilai terbaik ketika ulangan dan ujian semester, jujur dalam berbicara kepada siapa pun, komunikatif atau bersahabat dengan membiasakan menyapa apabila bertemu, dan menghormati ketika teman berpendapat.

Penulis: Husni Sahal
Editor: Kendi Setiawan