Nasional

Ahli Gizi: Pencegahan Stunting Harus Dimulai sejak Calon Ibu Berusia Remaja

Kam, 1 Juli 2021 | 03:15 WIB

Ahli Gizi: Pencegahan Stunting Harus Dimulai sejak Calon Ibu Berusia Remaja

Ilustrasi: persiapan pencegahan stunting dimulai sejak remaja atau pra nikah dengan memeriksakan kesehatannya khususnya cek apakah memiliki anemia atau tidak.

Jakarta, NU Online
Persoalan stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak balita sehingga memiliki tubuh terlalu pendek dibandingkan anak seusianya, masih menjadi tantangan besar yang dihadapi bangsa ini utamanya di tengah pandemi Covid-19 yang belum reda.


Berdasarkan Global Nutrition Report pada 2018 menunjukkan prevalensi stunting Indonesia dari 132 negara berada pada peringkat ke-108. Sedangkan di kawasan Asia Tenggara prevalensi stunting Indonesia tertinggi ke dua setelah Kamboja. Oleh karena itu orang tua berperan penting dalam pencegahan stunting. 

 

Ahli Gizi RSUD Kraton Pekalongan, Zidna Akmala Dewi kepada NU Online, Rabu (30/6) mengatakan peran orang tua agar anak terhindar dari stunting harus dimulai sejak dini, bahkan ketika calon ibu masih remaja.
 

Zidna menjelaskan bahwa stunting merupakan masalah kesehatan yang terjadi pada anak balita disebabkan kurang gizi sejak dalam masa kehamilan hingga bayi usia 2 tahun atau biasa disebut 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK).

 

"Stunting terjadi hanya pada masa balita karena memang pengukurannya hanya pada saat balita. Jadi balita yang kurvanya kurang dari -2 SD dan -3 SD dikatakan sudah stunting. Kurang dari -2 SD masuk dalam kategori pendek dan kalau -3 SD itu masuk dalam kategori sangat pendek," tukasnya.


Menurut Zidna, persiapan pencegahan dimulai sejak remaja atau pra nikah dengan memeriksakan kesehatannya khususnya cek apakah memiliki anemia atau tidak. Jika memang anemia, upayakan untuk mengonsumsi pil tambah darah dan untuk mencukupi kebutuhan gizinya konsumsi makanan yang bergizi dan seimbang.


"Hindari melakukan diet ketat, rajin olahraga lebih diutamakan, mencegah kondisi kurang gizi ataupun obesitas dilakukan sebelum pra nikah," pesannya.


Lebih jauh ia menerangkan, jika sudah masuk dalam masa kehamilan harus menjaga pola makan sesuai kebutuhan ibu dan janin agar terpenuhi kebutuhan gizinya, rajin memeriksakan kehamilan, menjaga kondisi lingkungan agar senantiasa bersih dan tidak mudah terkena penyakit infeksi serta konsultasikan dengan dokter apabila ada masalah kesehatan lain.


"Setelah melahirkan dan menyusui usahakan untuk memberikan asi eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan dan memilih makanan yang bergizi untuk anak yang sudah mulai MPASI agar terjaga imunnya untuk pertumbuhan dan perkembangan anak," terang alumni Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu.


Dijelaskan Zidna bahwa pengobatan stunting tidak ada karena ketika anak sudah stunting tidak bisa dikembalikan status gizinya maka dari itu perlu upaya untuk melakukan pencegahan sejak dini.

 

Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Kendi Setiawan