Nasional

Ahmad Tohari: "Eling", Kata Kunci Masuki Ruh Pancasila

Sel, 31 Mei 2016 | 22:01 WIB

Jakarta, NU Online
Budayawan Ahmad Tohari (Kang Tohari) menilai saat ini banyak elemen masyarakat Indonesia, termasuk para pemimpinnya, menginginkan Pancasila ditegakkan kembali. Tetapi, tantangan sekarang ialah pola kehidupan yang sudah sangat sekuler. Sedangkan Pancasila tidak bisa dikatakan sekuler, karena salah satu sila dalam Pancasila (sila pertama) mencantumkan “Ketuhanan yang Maha Esa”. Demikian dikatakan penulis novel Ronggeng Dukuh Paruk itu dalam wawancara dengan NU Online, Selasa (31/5).

Indonesia, lanjut Kang Tohari, sekarang menganut sebuah sistem kehidupan dan falsaah yang berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa, tetapi di dalam situasi yang sangat sekuler meterialistik. Menurutnya, ini adalah suatu hal yang sangat kontradiktif. Realita yang kita alami sehari-hari adalah bahwa Pancasila sudah tergeser ke belakang atau ke samping. 

“Saya sendiri menilai Pancasila merupakan pencapaian tertinggi kebudayaan Indonesia. Tetapi, Pancasila sudah tergeser dari batin masyarakat,” kata Kang Tohari.

Ia mencontohkan banyak pelajar yang saat diminta menyebutkan sila-sila dalam Pancasila, sudah tidak bisa lagi. Itu merupakan gejala terpinggirkannya Pancasila dari batin masyarakat Indonesia. Hal yang sangat memprihatinkan, kata Kang Tohari, masyarakat tidak menyadari atmosfer saat ini yang sangat materialistis dan sangat sekuler, bukanlah ruang yang baik untuk Pancasila. 

Kenyataan saat ini kita sudah hidup dalam suatu sistm ekonomi yang mengutamakan akumulasi modal dan keuntungan. Aspek-aspek kemanusiaan, keadilan, apalagi Ketuhanan, tidak ada di dalam sistem ekonomi yang berlaku sekarang. Dan sistem ini sudah sangat menguasia kita dari tingkat atas sampai ke dasar.

“Entah mau bagaimana cara kita menegakkan kembali Pancasila,” tutur Kang Tohari dengan nada getir.

Disinggung banyaknya pihak yang mengatakan akan melakukan upaya memperkuat Pancasila,  Kang Tohari mengatakan kesangsiannya. “Saya ragu, karena banyak orang mengaku pecinta dan pembela Pancasila, tetapi mereka juga tidak tahu bagaimana cara untuk masuk ke dalam ruh Pancasila,” ungkap Kang Tohari.

Menurutnya kunci untuk memasuki nilai-nilai atau ruh Pancasila adalah dengan eling (mengingat dan menyadari sungguh-sungguh, red)  tentang eksistensi, peran dan fungsinya. Kang Tohari mencontohkan, misalnya seorang suami yang eling, ia tahu harus bekerja memenuhi kebutuhan keluarga, setia kepada keluarga, tahu perkembangan anak-anaknya, dan mampu meletakkan keberadaan keluarganya di tengah-tengah masyarakat.

“Kalau saya sebagai orang Islam yang eling, ya tentu harus melaksanakan seluruh inti keluhuran agama Islam. Bukan hanya menjalankan syariatnya saja, tatapi juga membumikannya ke dalam perilaku. Sebagai orang Islam tentu menjalankan perilaku dengan akhlakul karimah.

Demikian juga bila saya seorang pegawai atau pejabat yang eling, saya harus sadar bahwa jabatan adalah pemberian rakyat. Saya adalah pelayan rakyat, dan akan saya kembalikan gaji yang saya terima dengan pelayanan sebaik-baiknya kepada rakyat. Saya harus jujur, dan menjaga komitmen,” lanjut Kang Tohari.

Celakanya, kata Kang Tohari, sekarang ini sangat sedikit pejabat yang eling seperti itu. Banyak pejabat yang berpikir bahwa jabatan adalah alat kekuasaan mereka, bukan sebagai amanat dari rakyat untuk kesejahteraan rakyat. (Kendi Setiawan/Fathoni)