Nasional

Ahmad Tohari: Koruptor itu Maling, Musuh Utama Indonesia

Jum, 19 Mei 2023 | 11:00 WIB

Ahmad Tohari: Koruptor itu Maling, Musuh Utama Indonesia

Budayawan Ahmad Tohari saat menerima rombongan pegiat Puisi Melawan Korupsi di kediamannya Desa Tinggar Jaya, Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (18/5/2023). (Foto: istimewa)

Banyumas, NU Online
Budayawan asal Banyumas Jawa Tengah, Ahmad Tohari mengatakan musuh utama Indonesia bukan senjata yang canggih, tetapi hati yang jahat. Hati yang jahat itu menyebabkan pemiliknya menjadi orang yang tak tahu malu, sehingga berperilaku sangat hina yaitu korupsi.


Hal itu disampaikan Ahmad Tohari saat menerima rombongan gerakan Puisi Menolak Korupsi (PMK), di kediamannya Desa Tinggarjaya, Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (18/5/2023).

 

Tohari bahkan menegaskan bahwa saking jahatnya para koruptor, agar disebut saja sebagai maling. "Mulai sekarang sebut saja koruptor itu maling. Ini penting agar lebih menusuk," katanya yang turut mengomentari adanya menteri makan uang rakyat hingga Rp8 triliun.


Karena itu, Tohari berharap agar gerakan melawan maling uang rakyat ini bisa dilaksanakan lebih masif. Tujuannya agar bisa menjadi kesadaran dan gebrakan secara nasional.


Dia mengingatkan agar masyarakat merasa malu dan berterima kasih kepada rakyat kecil yang menjadi penyumbang pajak dan lainnya kepada negara. Masyarakat sering lupa dengan petani bahwa karena petanilah masyarakat dapat menikmati nikmatnya nasi dari beras.


"Kita itu sering lupa dengan petani, karena dari merekalah kita menikmati nikmatnya nasi dari kerja keras, jerih dan payah hingga darah mereka," tuturnya.


Sementara pejabat hingga wakil rakyat adalahpelayan rakyat maka harus menghormati rakyat.


Berjamaah melawan korupsi
Kehadiran rombongan PMK hari itu adalah upaya untuk terus menggaungkan Gerakan Puisi Menolak Korupsi (PMK). Gerakan ini dilakukan oleh para penyair seluruh Nusantara sebagai bagian gerakan moral menyelamatkan bangsa dan negara.


"Korupsi berjamaah harus dilawan bersama-sama," kata ​​​pegiat  gerakan PMK, Heru Mugiarso.


"Korupsi berjamaah, menolaknya pun berjamaah. Jadi para penyair sastrawan harus menulis pun bersama agar lebih massif dan terdengar gaungnya," jelasnya.


Heru menyatakan korban dari korupsi adalah rakyat kecil. Untuk itulah suara puisi harus terus digaungkan untuk mendorong dan membangkitkan kesadaran masyarakat terhadap budaya.

 

"Puisi kami juga senafas dengan prosa-prosa karangan Ahmad Tohari seperti Orang-Orang Proyek dan lainnya. Makanya kami berharap Ahmad Tohari bisa menjadi dermaga kami ketika lelah melakukan perjalanan sastra ini sehingga semangat kami untuk bergerak terus tumbuh," jelas Heru.


Kehadiran rombongan PMK terdiri dari puluhan penyair berbagai daerah seperti Palu, Bali, Jakarta, dan wilayah Jawa.


Editor: Kendi Setiawan