Nasional

Ajakan Ketua Lesbumi PBNU: Seni Hadrah untuk Peradaban Dunia

Sab, 7 Januari 2023 | 18:30 WIB

Ajakan Ketua Lesbumi PBNU: Seni Hadrah untuk Peradaban Dunia

Para santri menampilkan hadrah pada Harlah ke-98 NU di Masjid Istiqlal Jakarta, Sabtu (27/2/2021) malam. (Foto: NU Online/Suwitno)

Surabaya, NU Online

Ketua Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi) PBNU, Jadul Maula menyebut , nilai-nilai dari seni hadrah yang banyak ditemui di pelosok nusantara, utamanya di masyarakat NU dan pesantren harus dikonseptualisasikan menjadi perangkat nilai kosmopolitan dan universal yang bisa diterima masyarakat dunia.  


"Nilai spiritualitas dan orientasi kehidupan yang lebih jauh ke depan yang ada dalam nilai hadrah, patut ditampilkan menjadi nilai alternatif bagi peradaban global," katanya dalam Bincang Pagi Jurnal9 Pagi Akhir Pekan TV9 Nusantara, Sabtu (7/1/2023)

.
Jadul mengungkapkan bahwa saat ini peradaban dunia, lanjutnya, masif didominasi nilai-nilai profan yang masih mengedepankan material, rasionalitas, dan teknologi. Sehingga nilai luhur universal dan kosmopolitan yang terkandung dalam Tradisi Islam Nusantara seperti hadrah bisa digali dan disusun menjadi perangkat nilai untuk ikut membangun peradaban dunia dengan mengangkatnya ke pentas peradaban global.


"Kalau saat ini, PBNU lagi getol mengangkat tema peradaban termasuk melalui Muktamar Fiqih Peradaban, maka saya terpikir memulainya juga dari seni tradisi, yakni dari Hadrah ke Peradaban', Minal Hadlrah Ilal Hadlarah," tegas Pengasuh Pesantren Kaliopak Yogyakarta ini.


Terlebih pada faktanya, perangkat nilai pada seni hadrah selama ini sudah digunakan oleh para kiai dan bu nyai sebagai perangkat nilai spiritualitas di tengah masyarakat.


Jadul mencontohkan tradisi lalaran nazam alfiyah di pesantren-pesantren yang dipadukan dengan hadrah tidak boleh hanya berhenti di aspek grammar, ilmu nahwu, atau tata bahasa arab semata, namun harus dimaknai dan dirumuskan sebagai seperangkat nilai kehidupan yang bisa ditawarkan pada dunia.


Selain Ketua Lesbumi, dalam acara bertema 'Seni Tradisi Islam Nusantara dan Peradaban Dunia' juga menghadirkan Raedu Basha (Penyair, Dewan Kurator Muktamar Sastra), dan Ayung Notonegoro (Panitia Festival Tradisi Islam Nusantara - FTIN 2023).


Diskusi ini digelar dalam rangka menyongsong Festival Tradisi Islam Nusantara (FTIN 2023) di Banyuwangi yang bakal digelar oleh PBNU pada 9-10 Januari mendatang. FTIN 2023 merupakan bagian kegiatan menuju Puncak Peringatan Resepsi 1 Abad NU di Gelora Delta, Sidoarjo, Jawa Timur pada 7 Februari 2023 mendatang.


Dalam Festival Tradisi Islam Nusantara atau FTIN 2023 akan digelar Focus Group Discussion (FGD) menggali tradisi Islam Nusantara sebagai nilai penting peradaban dunia. Festival juga akan menampilkan pagelaran kolosal budaya Islami Nusantara, dari berbagai lokus kebudayaan dan rasa, termasuk lalaran Nadzam Alfiyah Kolosal, kreasi Hadrah Nusantara hingga Konser Shalawat Habib Syekh bin Abdul Qodir Assegaf.


Dalam festival ini, PBNU akan memberikan apresiasi kepada pencipta Shalawat Badar yang sudah mendunia, KH Ali Manshur penulis syair shalawat ini di Banyuwangi pada tahun 1962.


Editor: Muhammad Faizin