Nasional KONGRES II ALIMAT

Alimat Wujudkan Kesetaraan dan Perlindungan Keluarga Indonesia

Jum, 18 Desember 2015 | 11:01 WIB

Bekasi, NU Online
Sekretaris Jenderal Alimat Hj Maria Ulfah Anshor mengatakan, keberadaan gerakan Alimat sebagai respon atas maraknya kekerasan terhadap perempuan. Kekerasan yang terjadi akibat relasi yang timpang antara lelaki dan perempuan dalam keluarga Indonesia ini disebabkan banyak hal.<>

"Antara lain yang signifikan adalah tatanan hukum keluarga dan konstruksi budaya masyarakat yang masih belum menempatkan lelaki dan perempuan secara adil dan setara. Inilah yang kemudian memicu lahirnya Alimat," ujar Maria kepada NU Online di Ruang Sanggabuana 3, Hotel Santika Premiere, Jl Harapan Indah Boulevard No. 10-12 Medan Satria, Bekasi Jawa Barat, Rabu (16/12) lalu.

Kongres Alimat yang kedua bertajuk 'Mewujudkan Keluarga Muslim yang Berkeadilan dan Bermartabat' ini, lanjutnya, sebenarnya bermula dari tingginya kekerasan dalam keluarga. "Lalu, solusi dari kami lebih pada penguatan di pemikiran. Sekaligus memberikan alternatif termasuk argumentasinya baik yang bersumber dari agama maupun dari kebijakan atau teks yang lain," kata Maria.

Menurut Maria, Alimat sesuai namanya yang berasal dari Bahasa Arab yang berarti perempuan yang pandai, tentunya tidak hanya dalam urusan agama semata. "Yang namanya ulama itu bukan hanya ahli agama. Jadi, Alimat ini mempertemukan antara ahli agama dengan ahli-ahli disiplin ilmu yang lain. Nah, itu termasuk bagian perspektif dalam melakukan telaah apa yang akan dihasilkan Alimat. Ini setidaknya menjadi pengikat gerakan ini," paparnya.

Disinggung tentang hal yang membedakan antara Alimat dengan Fatayat, Muslimat, Nasyiatul Aisyiah dan lain-lain, mantan Ketua Umum PP Fatayat NU ini menegaskan bahwa mereka adalah ormas yang terikat dengan keanggotaan, rumusan organisasi. "Kalau di Alimat cair. Karena gerakan itu tidak terikat kepada satu lembaga. Kebersamaanlah yang kita bangun di sini," tegasnya.

Maria menilai, basis pemahaman dan gerakan ormas terlihat kurang komprehensif. Sementara di Alimat ini ada aksi dan refleksi, selain penguatan wacana itu sendiri. "Di sini ada individu, ada institusi.  Apapun latar belakangnya, selama satu visi, kita bisa bekerja sama," tandasnya.

Anggota KPAI periode 2014-2017 ini menegaskan, Alimat bukan organisasi masyarakat, namun lebih kepada gerakan. "Kami bukan ormas, tapi gerakan. Jadi, siapapun bisa bergabung sejauh visinya sama dan memiliki kepedulian yang sama. Terutama untuk isu-isu terkait keadilan perempuan dalam keluarga," tegas Maria.

Dalam lima tahun setelah lahirnya Alimat pada 2009, Maria bersama pengurus lainnya telah menggelar seminar dan lokakarya terkait dengan penguatan perempuan. "Kami juga telah melokakaryakan sebuah buku panduan untuk keadilan dalam keluarga. Kami menggelarnya bersama PEKKA, mitra Alimat yang cukup progresif," ungkap Maria.

Hadir sebagai narasumber, KH Husein Muhammad dan seorang utusan dari Organisasi Perempuan Malaysia. Selain beberapa mitra Alimat, para tokoh gerakan gender seperti Helmi Ali dan MM Billah tampak hadir dalam kegiatan tersebut. Mitra Alimat antara lain Rahima, Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), PEKKA (Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga), Fahmina Istitute, Fatayat NU, Nasyiatul Aisyiyah, Aisyiyah, dan KPI (Koalisi Perempuan Indonesia). (Musthofa Asrori/Fathoni)

Foto: Sekjen Alimat Hj Maria Ulfah Anshor berbicara pada seminar jelang Kongres II Alimat di  Hotel Santika, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (16/12).