Nasional

Atasi Stres Dampak Covid-19 dengan Dialog Diri Sendiri

Rab, 9 Desember 2020 | 23:30 WIB

Atasi Stres Dampak Covid-19 dengan Dialog Diri Sendiri

Self talk atau berdialog dengan diri sendiri yang dilakukan oleh para remaja akan melakukan pembiasaan untuk melatih cara pandang, sehingga mereka mengutamakan pikiran mereka yang positif daripada negatif.

Jakarta, NU Online
Mungkin banyak yang mengabaikan bahwa perkembangan Covid-19 berdampak juga kepada keadaan mental seseorang. Adanya virus Corona membuat kondisi mental para remaja, misalnya, semakin diuji. Tidak sedikit dari para remaja menjadi stres.

 

Sherien Sekar Dwi Ananda dan Nurliana Cipta Apsari dari Program Studi Sarjana (S-1) Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP Unpad, dalam penelitiannya berjudul Mengatasi Stres pada Remaja dengan Selft Talk menyebutkan langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi stres pada remaja salah satunya dengan menerapkan teknik self talk.

 

Menurut para peneliti dalam jurnal yang dihasilkannya, penerapan teknik self talk atau berdialog dengan diri sendiri yang dilakukan oleh para remaja akan melakukan pembiasaan untuk melatih cara pandang, sehingga mereka mengutamakan pikiran mereka yang positif daripada negatif.

 

Peneliti mengungkapkan kondisi psikologis atau mental yang sehat adalah kondisi seorang individu hidup dalam kesejahteraan, mampu mengenal potensi dirinya, mampu menghadapi tekanan sehari-hari, dan mampu berkontribusi di lingkungan sosialnya.

 

"Seorang anak adalah makhluk yang rentan terhadap berbagai gangguan psikologis, karena mereka belum bisa menghadapi segala sesuatunya dengan mudah. Ada kalanya seorang anak selalu berpikiran atau berprasangka negatif terhadap suatu hal yang membuat dia tertekan kejiwaannya," tulis peneliti dalam laporannya.

 

Selain itu, perubahan karena Covid-19 membuat mereka tidak bisa menahan diri untuk terus berpikiran irasional dan menjadi stres. Mereka mudah menangis, marah, berperilaku tidak seperti biasanya, dan lebih sering mengurung di kamar untuk melampiaskan kebosanannya. Mereka mudah mengkhawatirkan sesuatu hal, tidak tenang saat melakukan sesuatu dan terus berpikir bahwa akan ada peristiwa buruk yang terjadi di sekitarnya, mengalami gangguan tidur, hilangnya rasa percaya diri, cepat lelah dan tidak tertarik lagi untuk melakukan hal yang disukainya.

 

"Mereka merasa bahwa dengan diberlakukannya peraturan pemerintah yang sudah ada, semakin membuat dirinya menjadi orang yang lebih mudah menyerah dan menyalahkan keadaan. Remaja menjadi lebih sering berpikiran negatif dan jika kondisi mentalnya terus menerus seperti itu, ditakutkan remaja tersebut nantinya bisa melakukan hal-hal yang tidak diinginkan," lanjut peneliti.

 

Self talk merupakan salah satu teknik yang bertujuan untuk membantu mengubah pikiran-pikiran negatif yang muncul dalam diri seseorang menjadi pikiran-pikiran positif. Self talk adalah suatu cara untuk bisa 'berdialog dengan diri sendiri' dengan ucapan atau kata-kata yang terlintas dalam benak individu, bisa bersifat negatif maupun positif. 

 

Self talk negatif akan mempengaruhi seseorang menjadi diri yang pesimis, tidak percaya diri, dan sifat lainnya yang tidak mengubahnya menjadi pribadi yang baik. Kata-kata yang termasuk self talk negatif misalnya, "Aku bodoh", "Aku tidak bisa melakukan ini", "Aku takut", dan seterusnya.

 

Sedangkan, self talk positif, lanjut peneliti adalah perkataan dalam diri seseorang yang bisa membantunya untuk tenang saat menghadapi suatu keadaan. Perkataan tersebut akan meningkatkan kepercayaan dirinya sehingga tidak akan memperburuk situasi.

 

Bentuk pernyataannya misalnya, "Aku bisa", "Aku harus semangat", "Aku berani", dan kata-kata penyemangat lainnya yang bisa mendukung kondisi mentalnya tetap stabil.

 

"Adanya tindakan pencegahan dan penyembuhan bagi kondisi mental, khususnya remaja sangat penting dan dibutuhkan untuk menghindari hal buruk agar tidak terjadi lagi," tegas peneliti.

 

Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Fathoni Ahmad