Nasional

Bagaimana Hukum Shalat Mengenakan Pakaian Bergambar? Begini Penjelasan Gus Ibad

Sel, 28 Maret 2023 | 14:00 WIB

Bagaimana Hukum Shalat Mengenakan Pakaian Bergambar? Begini Penjelasan Gus Ibad

Ilustrasi shalat berjamaah. (Foto: NU Online/Suwitno).

Jakarta, NU Online
Pengasuh Pesantren Nasruddin Malang, Jawa Timur KH Ibadurrohman (Gus Ibad) menjawab pertanyaan di masyarakat tentang hukum shalat memakai pakaian yang bergambar. Menurutnya pada poinnya pakaian yang digunakan di dalam shalat selama itu menutup aurat dan suci maka bisa kita gunakan untuk shalat.

 

Persoalannya shalat itu bukan hanya tentang syarat dan rukun. Tetapi shalat juga memiliki dimensi batin yang dikenal dengan khusuk. Demikian penting peran khusyuk di dalam shalat, para ulama menganjurkan agar semua yang berpotensi untuk mengganggu kekhusyukkan seseorang di dalam shalat agar bisa dihindari.

 

“Berkaitan dengan pertanyaan tadi (bagaimana shalat menggunakan pakaian bergambar?) maka pakaian yang kita kenakan meskipun itu suci meskipun itu menutup aurat tapi sekira pakaian itu bisa mengganggu kekhusyukan kita maka sebaiknya dihindari, apalagi kalau pakaian itu bisa mengganggu kekhusyukan orang lain,” terangnya dalam tayangan video Hukum Shalat Memakai Pakaian Bergambar yang ditayangkan facebook NU Online, diakses Selasa (28/3/2023).

 

Gus Ibad mencontohkan ketika shalat Jumat di masjid kemudian ada orang di depan kita yang memakai kaos bermerk tertentu, bisa saja kita yang shalat di belakangnya membaca tulisan-tulisan yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan shalat. Atau bisa juga pakaian kita sendiri justru mengganggu jamaah lainnya.

 

“Pakaian-pakaian yang seperti ini sebaiknya dihindari atau tidak digunakan tidak dipakai ketika kita melaksanakan shalat,” imbuhnya.

 

Gus Ibad meneruskan bahwa para ulama menyatakan makruh jika seorang Muslim mengenakan pakaian yang dapat mengganggu kekhusyukkan dirinya dan jamaah lain.

 

Ia lalu mengisahkan suatu riwayat Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam yang pernah menerima hadiah berupa pakaian yang bergaris.

 

“Bukan bergambar tapi hanya bergaris. Pakaian ini diterima oleh Rasulullah kemudian digunakan di dalam shalat. Setelah Rasulullah shalat menggunakan pakaian ini beliau meminta supaya pakaian ini dikembalikan kepada orang yang memberi hadiah,” tuturnya.

 

“Rasulullah menyampaikan bahwa pakaian ini berpotensi untuk mengganggu shalat beliau,” sambung Gus Ibad.

 

Tips membangun kekhusyukan shalat
Ustadz Ahmad Dirgahayu Hidayat, Alumnus Ma’had Aly Situbondo, dan pendiri Komunitas Lingkar Ngaji Lesehan Lombok dalam artikel Ingin Shalat Khusyuk, Begini Caranya, mengungkapkan cara shalat khusyuk paling mudah yang diajarkan oleh gurunya yakni KH Hariri bin Abdul Adhim Situbondo.

 

KH Hariri bin Abdul Adhim mengajarkan cara shalat khusyuk paling mudah, yaitu dengan mengembalikan kepada Allah segala yang dirasakan, dilihat, dan didengarnya saat shalat.

 

“Sebut saja ketika orang shalat melihat segerombolan semut, atau mendengar suara ayam, kicauan burung, dan semisalnya, maka ia segera berupaya untuk mengembalikan semua yang didengar dan dilihatnya kepada Allah. Segerombolan semut itu termasuk hamba Allah yang tengah bergotong royong, mencari nafkah, dan menjalani tugasnya sebagai hamba. Demikian pula suara ayam dan kicauan burung. Allah dengan kuasa-Nya telah menciptakan suara khas dan bahasa komunikasi bagi masing-masing makhluk. Bahkan, mungkin saja mereka tengah fokus berzikir kepada Tuhannya,” ungkap Ustadz Dirgahayu.

 

Dengan cara seperti itu, secara tidak langsung orang yang sedang shalat dan menemukan berbagai hal tadi diantar untuk mengakui keagungan Allah sebagai penguasa alam semesta, sehingga setiap rukuk dan sujud akan melahirkan rasa rendah (at-tadzallul) yang amat dalam. Juga, takbir demi takbir dalam setiap gerakan dapat menambah kesadaran bahwa kita hanya sebutir debu atau bahkan lebih kecil.

 

“Inilah cara khusyuk paling mudah yang diajarkan Kiai Hariri,” tulis Ustadz Dirgahayu.

 

Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Aiz Luthfi