Nasional

Bangun Peradaban Bermartabat, Perempuan Perlu Sinergikan Gerakan

Rab, 26 Oktober 2022 | 15:30 WIB

Bangun Peradaban Bermartabat, Perempuan Perlu Sinergikan Gerakan

Para bu nyai nusantara menggelar webinar jelang Silatnas Bu Nyai Nusantara 3, Rabu (26/10/2022). (Foto: Tangkapan layar Zoom Meeting)

Jakarta, NU Online
Perempuan selalu diidentikkan sebagai kaum pasif. Namun, perlu diketahui bahwa perempuan menempati posisi paling mulia dan tinggi derajatnya. Berbeda dengan kedudukan perempuan di masa jahiliyyah. Dalam sendi kehidupan, butuh peran perempuan tangguh sebagaimana awal peradaban yang dipelopori oleh Sayyidah Hawa.


Pengasuh Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta, Nyai Hj Ida Fatimah Zainal, mengatakan hal tersebut dalam webinar Pra Silatnas Bu Nyai Nusantara 3, yang disiarkan melalui Zoom Meeting, Selasa (26/10/2022).


“Dalam rangka membangun peradaban bermartabat, perlu peran perempuan agar dapat bersinergi melakukan pergerakan baik kolaborasi lintas sektor antarperempuan maupun antar organisasi perempuan,” ujarnya.


Nyai Ida Fatimah menuturkan bahwa penting bagi perempuan dan organisasi perempuan untuk saling bahu-membahu dan bekerja sama seperti halnya kedua tangan.


“Keberadaan organisasi perempuan dari ranting hingga nasional harus menjadi amunisi dan kekuatan baru dalam memperjuangkan hak-hak perempuan, menghilangkan diskriminasi, dan mewujudkan kehidupan masyarakat yang adil bagi laki-laki dan perempuan,” tandasnya.


Nyai Ida menyoroti peran bu nyai yang sangat luar biasa dalam mengantarkan anak-anak santri menuju keberhasilan dan kesuksesan hidup. Bu nyai berperan dalam menyiapkan SDM berkualitas dan mampu berdaya saing, sehingga bu nyai memiliki banyak peran.


“Indonesia memiliki pejuang-pejuang perempuan yang memajukan pendidikan dan memperjuangkan kesetaraan hak, seperti Hj Rasuna Said, Tjut Nyak Dien, Nyai Khairiyah Hasyim, dan masih banyak yang lain,” ungkapnya.


Menurut Nyai Ida, perempuan harus bangkit bersama di masyarakat sehingga tidak hanya menjasi insan yang taat kepada Allah saja. Akan tetapi, juga membawa perubahan dan menjadi inisiator amal saleh bagi orang-orang yang berada di sekitar lingkungan mereka.


“Oleh karena itu, perempuan harus berpendidikan yang tinggi, berilmu yang luas, akidah yang kokoh, berakhlakul karimah sehingga dapat mengarungi kehidupan dengan mandiri dan siap menjadi pendamping bagi suami,” tegasnya.


“Perempuan juga harus menjadi pendidik yang hebat untuk anak-anaknya, mampu berjuang di masyarakat dan tetap kuat bertahan. Perempuan yang kuat tidak lahir begitu saja. Namun, lahir berkat tempaan dan tantangan hidup,” pungkas Nyai Ida.


Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori