Nasional

Benarkah Stres Bikin Kurus? Ini Penjelasan Ahli

Sen, 14 Februari 2022 | 07:30 WIB

Benarkah Stres Bikin Kurus? Ini Penjelasan Ahli

Ilustrasi orang stres sukanya menyendiri.

Jakarta, NU Online
Stres merupakan respons tubuh terhadap suatu hal yang dipersepsikan sebagai tekanan. Dampak stres bukan hanya memengaruhi kondisi mental, melainkan juga berpengaruh terhadap fisik. Stres diketahui dapat berdampak langsung pada perubahan berat badan. Benarkah stres dapat menyebabkan berat badan turun drastis?


“Iya, bisa juga stres memicu penurunan berat badan,” terang Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Rumah Sakit YASRI, Citra Fitri Agustina, saat dihubungi NU Online, Ahad (13/2/2022).


Stres dan cemas berlebihan, kata dr Citra, akan mengganggu metabolisme tubuh dan kebiasaan makan seseorang. Stres dan cemas yang tidak dikelola dengan baik, dapat membuat seseorang tidak berselera makan, bersedih, dan malas beraktivitas.
 


Selain pada kasus menyebabkan penurunan berat badan, Sekretaris Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) Periode 2015-2021 ini menjelaskan bahwa pada beberapa kasus lainnya stres bahkan berpotensi membuat obesitas.


Hal ini, menurut dr Citra, lantaran kelenjar adrenal melepaskan hormon kortisol. Hormon stres ini dapat meningkatkan nafsu makan seseorang.


“Kalau tegang, tidur berkurang dan tekanan darah bisa naik. Saking khawatirnya, seseorang bisa makan segala macam, jadi obesitas. Ada juga yang jika cemas meningkat justru timbul keluhan seperti sakit kepala, sakit perut, dan sebagainya,” kata Dokter lulusan Universitas Indonesia itu.


Segera ditangani
Terpisah, Ketua Program Studi Psikologi Universitas Nahdlatul Ulama (Unusia), Elmy Bonafita Zahro, juga menyatakan hal serupa. Stres akan memengaruhi pola makan seseorang. Jelasnya, stres harus segera ditangani lantaran dapat menurunkan imunitas tubuh dan membuat tubuh rentan terserang penyakit.


Ia menambahkan, stres terbagi menjadi dua jenis yakni eustress dan distress. Eustress merupakan stres yg berdampak positif membuat kita bekerja lebih keras untuk mengurangi ketegangan akibat stres. Sedangkan distress adalah stres yang berdampak negatif karena menghambat produktivitas.


“Untuk yang distress, biasanya diikuti gangguan kecemasan dan depresi. Nah, gejalanya dirasakan oleh fisik. Misalnya, jadi insomnia atau hipersomnia, tidak nafsu makan, atau malah makan berlebih. Yang jelas, stres pasti menurunkan imunitas tubuh dan lebih mudah terserang penyakit karena badan tidak fit,” ungkap Elmy.


Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Musthofa Asrori