Nasional

Cara Mencegah Anak Kecanduan Gadget

Ahad, 22 Mei 2022 | 23:30 WIB

Cara Mencegah Anak Kecanduan Gadget

Ilustrasi anak bermain gadget.

Jakarta, NU Online
Fenomena kelompok usia anak yang mahir menggunakan gadget atau gawai, salah satunya telepon pintar, bukanlah hal asing. Seiring pesatnya teknologi, fenomena tersebut sering dijumpai di masyarakat.


Tak hanya untuk kebutuhan akademik semata, mereka juga menggunakan gawai untuk bermain game online. Hal tersebut kerap menghantui prasangka orang tua lantaran penggunaan gawai yang masif dapat memberikan efek negatif.


Dosen Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Widya Rahmawati Al-Nur, menjelaskan bahwa penggunaan gawai secara terus-menerus dan tidak terukur dapat menimbulkan efek samping, salah satunya kecanduan. 


Hal ini dapat mengganggu kinerja tubuhnya. Pada tahap lebih lanjut, Widya mengatakan adiksi yang terus berkembang itu bahkan harus segera diatasi dengan melakukan terapi.


“Kalau sudah parah, sampai harus terapi, maka memang harus melewati terapi ketat,” terang Widya dalam keterangan tertulis yang diterima NU Online, Ahad (22/5/2022).


Widya mengajak orang tua untuk melakukan tindakan preventif atau pencegahan terkait penggunaan gawai oleh anak-anak. Pertama, ortu diimbau dapat membedakan penggunaan gawai untuk kegiatan penting dan kurang penting. Prioritaskan penggunaan gawai untuk penunjang pembelajaran.


“Usia anak diperbolehkan untuk memainkan gadget sendiri juga harus dipahami betul, melihat berbagai aspek,” ujar dosen kelahiran Cilacap, 21 Maret 1994 itu.


Kedua, membatasi durasi penggunaan gawai. Widya menambahkan, kendati dibatasi, orang tua juga diminta untuk tidak menaruh kecurigaan berlebih pada anak saat menggunakan gawai.


“Generasi Z akan lebih familiar dengan internet dan gadget. Pasti kemampuan mereka memainkan gadget jauh lebih maju dari generasi milenial,” terang magister lulusan Universitas Islam Negeri Profesor KH Saifuddin Zuhri (UIN Saizu) Purwokerto itu.


Lebih lanjut, Widya mengungkapkan bahwa ketakutan orang tua yang berlebih dinilai berpotensi menghambat kecerdasan anak terhadap perkembangan teknologi.


“Hal itu juga menjadi bumerang untuk perkembangan kecerdasan anaknya terkait informasi dan teknologi,” jabar anggota Perkumpulan Dosen Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PD PGMI) Indonesia tersebut.


Ketiga, memahami fase perkembangan dan pertumbuhan anak. Ia menilai, orang tua juga harus memahami fase perkembangan anak dengan baik dalam upaya pengendalian anak terhadap gawai.


“Pemahaman ini harus khatam dipahami oleh kedua orang tua (ayah dan ibu). Bukan hanya salah satunya atau saling melempar tanggung jawab,” tandas Widya.


Ortu memberi contoh
Melansir Halodoc, sedikitnya terdapat lima cara untuk menghindari kecanduan anak terhadap gawai. Pertama, memberi contoh kepada anak. Orang tua sebagai role model pertama yang anak miliki membuat mereka selalu mengikuti yang dilakukan orang tuanya.


Untuk itu, orang tua diharapkan bisa memberikan contoh beraktivitas bebas gadget atau minimal batasi penggunaan gadget saat sedang bersama anak.


Kedua, membatasi pengunaan gadget harian. Orang tua bisa membuat kesepakatan dengan anak terkait waktu penggunaan gawai. Anak diberi kesempatan memilih waktu yang ia sukai. Hal ini dapat memberinya rasa keterlibatan dalam membuat keputusan.


Ketiga, melibatkan anak dalam aktivitas sosial. Orang tua diharapkan dapat mendorong anak untuk berkegiatan di luar rumah. Misalnya piknik, bermain permainan tradisional di luar ruangan, atau membaca.


Hal tersebut dapat menjalin ikatan  kuat dengan anak sekaligus melatih anak untuk bertanggung jawab.


Keempat, menghindari penggunaan gadget sebagai pengalih. Alih-alih langsung menyodorkan gawai saat anak menangis, atau orang tua sedang melakukan aktivitas rumah tangga.


Akan jauh lebih baik apabila anak disuguhi permainan seperti boneka dan puzzle. Hal tersebut guna mencegah kecanduaan anak terhadap gadget.


Kelima, memantau konten. Orang tua dapat mastikan konten yang dikonsumsi anak sesuai untuk usianya. Kesempatan ini juga dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan anak tentang nilai dan moral.


Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Musthofa Asrori