Nasional MUNAS-KONBES NU 2019

Cerita Jokowi Diwasiati Istri Presiden Afganistan

Rab, 27 Februari 2019 | 12:45 WIB

Cerita Jokowi Diwasiati Istri Presiden Afganistan

Presiden Joko Widodo saat memasuki arena Munas dan Konbes NU.

Kota Banjar, NU Online
Selalu ada yang mengejutkan di setiap kehadiran Presiden Joko Widodo. Tak hanya tindakannya yang sering tiba-tiba, atau mendadak berbelok ketika sedang kunjungan kerja atau blusukan demi mengecek kondisi rakyat. Dia juga sering spontan mengungkapkan sesuatu ketika berpidato resmi.

Seperti yang dilakukan ketika memberi sambutan resmi pada pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo, Kota Banjar, Jawa Barat, Rabu, (27/2). 

Awalnya Jokowi membaca teks pidato. Ketika sampai tengah hal inti, yaitu menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih atas peran NU menjaga republik, Jokowi mendadak menutup naskah pidato yang ada di meja podium di hadapannya.

Ia menatap lurus ke arah hadirin. Memandangi satu demi satu para kiai NU yang ada. Lalu melihat ke arah jauh, kepada ribuan hadirin yang duduk, berdiri, maupun yang lesehan di karpet karena tidak mendapatkan kursi.
 
Sejenak menyapukan pandangan ke seantero ruang pembukaan Munas dan Konbes, Jokowi lantas berkata lirih penuh emosi. Dia bercerita tentang kunjungan istri Presiden Afganistan, Rula Ghani, akhir 2017 lalu.  

Jokowi mengaku diwasiati oleh ibu negara Afganistan yang terkenal sebagai pejuang perdamaian tersebut. Jokowi berusaha mengendalikan perasaannya ketika menceritakan wasiat yang dia terima.

"Bapak, ibu hadirin yang saya muliakan. Para kiai, para ulama yang saya hormati. Saya terngiang-ngiang wasiat dari Ibu Rula Ghani, istri Presiden Afganistan. Dia mewanti-wanti saya agar menjaga negari kita tercinta  ini. Negara Indonesia yang besar ini. Jangan sampai terjadi konflik seperti di Afganistan yang empat puluh tahun lebih tidak bisa berdamai," tutur mantan Gubernur DKI Jakarta ini penuh penghayatan.

Dia mengutip ucapan dari Rula Ghani tersebut. Yakni, Afganistan pada tahun 1970-an adalah negara yang aman dan damai. Punya cadangan emas dan minyak bumi salah satu terbesar di dunia. Namun semua kedamaian dan  kekayaan itu sirna setelah dua suku berperang.

"Di Afganistan hanya ada 7 suku. Lalu dua suku berperang, negeri itu porak poranda. Masing-masing suku membawa sekutu asing. Sehingga sampai sekarang tidak bisa berdamai. Sudah empat puluh tahun tidak bisa dipertemukan untuk menghentikan konflik," ucap mantan Wali Kota Solo ini mengulang cerita Rula Ghani.

Lebih lanjut dia mengatakan, Indonesia jauh lebih besar dari Afghanistan. Jumlah sukunya ada 714. Maka, harus benar-benar dijaga jangan sampai bertikai. Bila ada perselisihan harus segera diselesaikan. Bila ada upaya memecah belah bangsa, harus segera dipadamkan.
 
"Dari kenyataan di Afganistan kita tahu, bila sudah terjadi konflik, sangat susah damaianya. Maka kita harus mencegah pertikaian. Kita harus menjaga negara ini jangan sampai terjadi  perpecahan," urai Jokowi sepenuh energi dan  disambut gemuruh tepuk tangan hadirin.
 
Lebih lanjut dia ungkapkan, konflik di Afganistan maupun di manapun di dunia, selalu yang paling dirugikan adalah perempuan dan anak-anak. Para perempuan Afganistan, lanjutnya, sangat menderita. Tidak bisa berpergian ke mana-mana.
 
Mereka dan dibatasi hak-haknya dan sering dilecehkan. Kaum ibu selalu dilanda ketakutan dan  penderitaan fisik maupun batin. Demikian pula, anak-anak tidak bisa sekolah, hingga kesempatan bermain.
 
"Bu Rula Ghani bilang kepada saya. Dulu ia bisa menikmati keamanan dan kenyamanan sebagai warga negara. Bisa nyopir mobil di jalan-jalan kota. Kini, naik sepeda di kompleks perumahan pun tidak bisa. Anak-anak juga tidak bisa sekolah. Mereka sangat menderia," tandasnya. 

Rula Ghani adalah ibu negara dan istri dari Presiden Afganistan, Ashraf Ghani. Pada 2015, Rula Ghani masuk Majalah Time sebagai 100 tokoh paling berpengaruh di dunia. (Ichwan/Ibnu Nawawi)