Nasional RAKERNAS LDNU

Contoh Gus Baha, LDNU Didorong Punya Media Tampilkan Pengajian Pesantren

Kam, 27 Oktober 2022 | 13:00 WIB

Contoh Gus Baha, LDNU Didorong Punya Media Tampilkan Pengajian Pesantren

Ketua PBNU KH Ahmad Fahrurrozi (Gus Fahrur) berbicara dalam Seminar Internasional Moderasi Beragama di sela Rakernas LD PBNU di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, Rabu (26/10/2022). (Foto: NU Online/Aru)

Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Fahrurrozi atau Gus Fahrur mendorong Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) agar punya media bagus untuk bisa menampilkan berbagai pengajian di pesantren.


Ia mencontohkan keberhasilan Tim Media Santri Gayeng yang mampu mengorbitkan seorang ulama muda dari Rembang, Jawa Tengah, yakni KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha). Salah seorang Rais Syuriyah PBNU itu kini menjadi populer dan pengajian-pengajiannya tersebar masif di media sosial.


“LDNU harus punya media bagus. Contoh Gus Baha, kiai kampung yang bisa jadi dai internasional. Santri Gayeng itu awalnya tim media Gus Yasin (Wagub Jateng), akhirnya mengorbitkan Gus Baha. Jadi Gus Baha menjadi mendunia karena media,” ungkap Gus Fahrur.


Pemaparan itu disampaikan Gus Fahrur dalam Seminar Internasional Moderasi Beragama di sela Rapat Kerja Nasional (Rakernas) LD PBNU di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, Rabu (26/10/2022) kemarin.


Ia menyebut, 92 persen atau sebagian besar orang Indonesia saat ini selalu memegang ponsel selama lebih dari delapan jam per hari. Bahkan, menurut Gus Fahrur, sebelum dan saat bangun tidur pun, orang Indonesia pasti akan melihat ponsel.


Hal itu menunjukkan bahwa medsos memiliki kekuatan sangat besar. Bahkan, para kiai yang menempuh pendidikan keagamaan di pesantren selama bertahun-tahun pun akan kalah dengan ustadz yang muncul di medsos tanpa pengetahuan agama yang mumpuni. Mereka bahkan tidak bisa berbahasa Arab dan hanya mengandalkan popularitas semata karena terampil menciptakan konten-konten kreatif.


“Pengajian tiap hari di pondok mulai harus disiarkan. Akan banyak orang yang mau melihat atau menonton kalau kita rajin (membuat konten). LD PBNU harus bikin gebrakan. Harus jadi pemimpin jangan jadi penumpang terus, karena konten-konten banyak yang bisa dibikin,” ungkap Gus Fahrur.


Dakwah tak hanya pidato
Pengasuh Pesantren Annur 1 Bululawang, Malang, Jawa Timur itu menegaskan bahwa dakwah tidak hanya pidato. Menurut Gus Fahrur, banyak dai yang selalu mengira dakwah itu hanya sebatas ceramah di mimbar.


Padahal yang dimaksud dakwah itu adalah mengajak dengan perilaku, kebijaksanaan, dan teladan yang baik sebagaimana termaktub dalam Surat An-Nahl ayat 125.


“Semua kita harus bisa tawashaubil haq (memberikan nasihat kebenaran) dan tawashaubis-shabri (nasihat kesabaran). Masing-masing kita berkewajiban amar ma'ruf nahi munkar,” ungkap Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (Wasekjen MUI) Pusat itu.


Ia mengatakan, banyak orang pidato tapi tidak meninggalkan bekas. Berbeda dengan para kiai di pesantren yang selalu mengedepankan teladan sebelum berbicara. Bahkan, para kiai selalu berbicara dengan tulus dari hati sehingga orang lain bisa cepat paham.


Menurut Gus Fahrur, para kiai pesantren selalu mendahulukan perbuatan baik sebelum memberikan pelajaran keagamaan kepada santri- santrinya. Inilah yang membuat kiai-kiai itu sangat dihormati dan menjadi rujukan masyarakat dalam bertindak.


“Orang mau melahirkan, minta air didoakan sama kiai. Anak lahir, minta nama sama kiai. Mau nikah, minta tanggal sama kiai. Jadi, kiai itu belum ngaji saja sudah jadi rujukan orang,” tutur Gus Fahrur.


Untuk diketahui, Seminar Moderasi Beragama ini terselenggara berkat kerja sama antara LD PBNU dengan Balai Litbang Agama (BLA) Jakarta. Pada sesi ini, selain Gus Fahrur, hadir pula sebagai narasumber seminar yaitu Kepala BLA Jakarta H Samidi Khalim dan Menag RI 2014-2019 H Lukman Hakim Saifuddin. 


Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Musthofa Asrori