Nasional

Deretan Problem Rakyat Paling Mendesak Diselesaikan, Teratas soal Harga Kebutuhan Pokok

Kam, 8 September 2022 | 13:45 WIB

Deretan Problem Rakyat Paling Mendesak Diselesaikan, Teratas soal Harga Kebutuhan Pokok

Ilustrasi pasar tradisional dan perekonomian rakyat. (Foto: NU Online/Suwitno)

 Jakarta, NU Online

Lembaga Survei Nasional (LSI) merilis survei tentang kondisi ekonomi dan peta politik menjelang 2024. Survei ini dilakukan pada 13-21 Agustus 2022 dan resmi dirilis pada 4 September 2022. 


Dalam survei ini, LSI meminta kepada responden untuk menjawab beberapa pertanyaan atau menanggapi pernyataan mengenai kondisi ekonomi, politik, dan demokrasi di Indonesia. LSI juga menyodorkan pertanyaan tentang masalah-masalah rakyat apa saja yang secara mendesak harus diselesaikan oleh pemimpin nasional lima tahun ke depan.


Mengendalikan harga-harga kebutuhan pokok menjadi masalah nomor 1 paling mendesak yang harus diselesaikan dengan 32 persen. Disusul masalah menciptakan lapangan kerja/mengurangi pengangguran (19,1 persen), mengurangi kemiskinan (13,1 persen), pemberantasan korupsi (7,4 persen), memajukan sektor pertanian (4,3 persen). 


Kemudian ada masalah keamanan/ketertiban (3,5 persen), mendorong pertumbuhan UMKM (2,8 persen), pemerataan pendapatan (1,9 persen), memperkuat kualitas pendidikan dan memperkuat nilai tukar rupiah terhadap mata uang luar negeri (1,6 persen), memberantas tindakan-tindakan yang bertentangan dengan moral dan kemudahan mendapatkan modal usaha (1,3 persen). 


Masalah mendesak lainnya adalah soal melindungi alam Indonesia dari kehancuran akibat kegiatan usaha dan utang luar negeri (1,2 persen), penanganan wabah virus Covid-19 (0,9 persen).


Lalu sebanyak 0,3 persen responden memilih masalah mendesak yang harus diselesaikan adalah ujaran kebencian (hate speech) berbau SARA, mencegah barang-barang dan pekerja dari luar negeri, dan meningkatkan kewibawaan pemerintah. 


Masalah mendesak seperti kebebasan berpendapat serta mengurangi impor barang dan tenaga kerja sebanyak 0,2 persen. Responden yang menjawab masalah-masalah di luar masalah yang telah disebutkan terdapat 3,9 persen. Sementara responden yang tidak menjawab atau menjawab tidak tahu sebanyak 0,9 persen. 


LSI juga membuat tabulasi mengenai kondisi ekonomi, kondisi politik, dan kinerja demokrasi. Hasilnya, kondisi ekonomi dan politik nasional kebanyakan dinilai sedang. Sementara itu, sebagian besar warga menjawab cukup/sangat puas terhadap jalannya demokrasi di Indonesia. 


Kondisi ekonomi berdasarkan temuan survei LSI sebanyak 46 persen menjawab sedang, sangat baik (1,1 persen), baik (25,1 persen), buruk (23,7 persen), sangat buruk (3,2 persen), dan responden mengaku tidak tahu atau tidak menjawab sebanyak 0,9 persen. 


Sementara kondisi politik di Indonesia, responden menjawab sedang sebanyak 41,9 persen. Lalu responden yang menjawab baik sebanyak 30,8 persen, sangat baik (1,3 persen), buruk (14,8 persen), sangat buruk (2,9 persen), dan responden tidak tahu atau tidak menjawab sebanyak 8,3 persen. 


Kemudian dalam pertanyaan mengenai kinerja demokrasi saat ini, sebagian besar menjawab cukup puas (71,5 persen). Disusul oleh jawaban kurang puas (16,9 persen), sangat puas (6,2 persen), tidak puas sama sekali (1,9 persen), dan responden tidak tahu atau tidak menjawab sebanyak 3,6 persen.


Sebagai informasi, populasi survei LSI ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.


Dari populasi itu dipilih secara random (multistage random sampling) 1220 responden. Margin of error dari ukuran sampel tersebut sebesar +/- 2.9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen (dengan asumsi simple random sampling).


Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20 persen dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti.


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad