Nasional NU EXPO

Di NU Expo, BI Pamerkan Komoditas Pangan Penyumbang Inflasi

Rab, 21 Desember 2016 | 22:41 WIB

Surabaya, NU Online
Perbankan nasional ikut meramaikan perhelatan NU Expo di JX Internasional Surabaya, Rabu-Sabtu (21/24). Bank Indonesia (BI) adalah salah satu yang ikut memamerkan produk sebagai program dalam memberikan kontribusi untuk penguatan ekonomi rakyat.

Bank Indonesia selama ini telah melakukan program ketahanan pangan yang turut memberikan dampak inflsi yang cukup besar dalam perekonomian nasional. Mereka mewujudkan program tersebut melalui 5 produk pokok yang dibidik yaitu, bawang merah, bawang putih, peternakan atau daging, cabai merah, dan padi.

“Kami menyebutnya klaster. Lima klaster tersebut merupakan penyumbang inflasi terbesar. Makanya kami berupaya menekan inflasi melalui berbagai macam program pendampingan untuk komunitas petani di seluruh provinsi,” ujar Asisten Direktur di Departemen Pengembangan BI, Hamdani, Rabu (21/12).

Pria yang bertugas menjaga stan BI itu menerangkan, klaster yang dikembangkan di seluruh provinsi itu menyesuaikan dengan kondisi dan potensi ekonomi masyarakat di daerah tersebut. Namun, menurut Hamdani, lima klaster pokok di atas harus ada.

“Kami juga menggandeng komunitas pesantren selama ini sebagai salah satu elemen dengan potensi ekonomi yang tinggi,” jelas Hamdani yang menjelaskan bahwa ke depan, pihaknya juga akan lebih intens berkoordinasi dengan para pengurus NU di berbagai daerah untuk mengembangkan ketahanan pangan nasional.

Klaster-kalster tersebut dikembangkan melalui berbagai upaya. Pertama, klaster bawang putih dikembangkan melalui pembibitan bawang putih di lahan potensial untuk mengurangi ketergantungan impor.

Kedua, klaster sapi dikembangkan melalui tekonologi pakan ternak dengan rumput alfafa untuk meningkatkan kualitas hewan ternak/sapi. Ketiga, klaster bawang merah dikembangkan melalui penerapan peningkatan kapasitas usaha petani lewat pengembangan di sisi hilir.

Keempat, klaster cabai merah dikembangkan melalui teknologi penanaman di lahan marginal serta mekanisme pasar lelang yang terbuka, sehingga meningkatkan daya tawar petani.

Terakhir kelima, klaster padi dikembangkan lewat adaptasi metode baru (Hazton) pada produksi padi berupa jumlah inovasi benih yang ditanam. (Fathoni)