Nasional

Dindin Lazuardin, Santri Pengusaha Properti dari Subang

Rab, 12 Oktober 2022 | 20:00 WIB

Dindin Lazuardin, Santri Pengusaha Properti dari Subang

Dindin Lazuardin di lokasi proyek bangunan pabrik. (foto: dok pribadi)

Subang, NU Online
Santri tidak hanya bisa menjadi ustadz atau kiai. Santri juga bisa menjadi pengusaha di berbagai bidang. Hal ini dibuktikan oleh Dindin Lazuardin, seorang lulusan pesantren yang terhitung sukses menggeluti bisnis properti.


Dindin mengatakan bahwa ia mulai merintis usaha dari nol sejak tahun 2008. Saat itu ia dipercaya seseorang untuk mengambil satu unit mobil dengan sistem pembayaran kredit. Mobil tersebut kemudian direntalkan. Seiring berjalannya waktu, bisnis Dindin meningkat hingga punya 18 unit mobil.


"Sekarang tinggal 8 unit, semuanya direntalkan ke pabrik dan perusahaan. Jadi tidak untuk umum lagi," ungkap Dindin saat ditemui di kantornya yang berlokasi di Kelurahan Sukamelang, Subang, Rabu (12/10/2022).


Alumni Pesantren Miftahul Ulum Subang ini menambahkan, pada tahun 2018 ia mulai melebarkan sayap usahanya ke bisnis properti, menjadi developer dan kontraktor bangunan.


"Sekarang ada 2 perusahaan, satu perusahaan untuk perumahan bersubsidi, satu lagi untuk borongan bangunan seperti bangun pabrik, gedung, jembatan dan sebagainya," ujar pria kelahiran 1987 ini.


Saat ini, ia sudah mempunyai 3 perumahaan dan masih terus membangun di sejumlah titik. Dari usahanya tersebut, ia memiliki omzet puluhan miliar dan mempekerjakan ratusan orang.


"Karyawan tetap ada 15 orang, kalau untuk proyek-proyek bangunan sekitar 200an orang," Kata Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Subang 2016-2019 itu.


Dindin mengaku bahwa ilmu dan pengalaman yang diperoleh selama mondok sangat ia rasakan manfaatnya untuk kehidupan. Misalnya saat di pondok ia banyak berinteraksi dengan berbagai santri yang masing-masing punya karakter berbeda.


"Karakter-karakter orang seperti itu juga saya temui saat merintis dan menjalankan usaha, sehingga sudah paham bagaimana cara berkomunikasi dan berinteraksi dengan mereka," tambah santri yang pernah mondok selama 6 tahun itu.


Selain itu, kata dia, saat mondok ada kegiatan belajar berpidato yang menuntut keahlian dalam retorika. Hal itu ia rasakan manfaatnya ketika berdiplomasi bisnis dengan sejumlah pihak.


"Sebenarnya santri itu adalah manusia unggul karena dibekali ilmunya, mentalnya. Jadi santri itu punya kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual," paparnya.


Bagi Dindin, dakwah itu tidak melulu harus lewat mimbar dan forum pengajian. Ada lahan dakwah yang masih belum banyak tergarap yaitu dakwah melalui ekonomi. Untuk itu, ia merekrut sejumlah karyawan dari kalangan preman.


"Setelah mereka gabung, minimal dalam satu hari ada satu shalat yang dilaksanakan dan lambat laun mereka meninggalkan miras," ujarnya.


Sampai hari ini Dindin masih merasa sebagai santri karena masih sering ikut pengajian kiainya. "Kami ada kumpulan alumni pesantren. Sebulan sekali kami mengadakan pengajian yang ngisinya pak kiai," ungkap Ketua Himpunan Santri Alumni Miftahul Ulum (Hisam) itu.


Selain itu, ia juga mengaku sering sowan kepada kiainya yang diketahui adalah Wakil Rais PCNU dan Ketua MUI Kabupaten Subang, KH Abdul Manaf. "Pokoknya kalau ada apa-apa, baik suka maupun duka saya selalu sowan Kiai Manaf," katanya.


Tips sukses ala Dindin Lazuardin

Berdasarkan pengalamannya, Dindin membagikan beberapa tips untuk santri agar bisa sukses di bidang ekonomi. Menurutnya, dalam berbisnis jangan takut rugi atau bangkrut, karena sudah jadi hukum alam bahwa proses tersebut harus dilalui.


Dindin menambahkan, rugi dan bangkrut adalah bagian dari jatah yang harus diambil untuk calon orang sukses. Sebab kondisi tersebut bisa menjadi motivasi dan pelajaran untuk bangkit dan melangkah lebih maju.


"Pengusaha itu seperti naik roller coaster harus melewati dan merasakan dulu yang namanya rugi, bangkrut, ditagih orang. Saya sudah mengalami semuanya. Ini sebuah proses yang dilalui oleh semua orang sukses," jelasnya.


Ditegaskan Dindin, saat ini peluang menjadi pengusaha sangat terbuka lebar. Untuk modal ada perbankan, untuk marketing sudah banyak marketplace dan bisa dijual secara online.


"Jadi action saja dulu. Pokonya action, action, dan action," ucap Koordinator Wilayah HIPMI Purwakarta, Subang, Karawang itu.


Selain itu, ia juga mendorong para santri untuk bergabung dengan komunitas pengusaha, HIPMI misalnya. Tujuannya adalah agar bisa terbangun jejaring yang luas dan punya mentor bisnis. Diakuinya, bisnis properti yang saat ini ia geluti tidak lepas dari mentor yang ia temukan di HIPMI Subang.


"Harus membuka diri dengan para pengusaha agar feel-nya dapat, karena segala sesuatu itu harus ada gurunya. Dalam bisnis juga sama, harus ada guru atau mentornya agar tidak salah jalan," tambah Ketua Dewan Pembina HIPMI Subang tersebut.


Ditambahkan Dindin, hal yang tidak boleh dilupakan di semua situasi dan kondisi adalah doa. Diakuinya, selama ini ada 3 orang yang selalu diminta doa oleh Dindin, yaitu ibu, kiai, dan istrinya.


"Pokoknya setiap ada proyek baru saya selalu minta doa sama ibu, Kiai Manaf, dan istri," ucap ayah 4 anak ini.


Selain doa, sambung Dindin, zakat dan sedekah juga menjadi rutinitas yang harus dilakukan karena dalam harta kita ada hak orang lain. Jika harta diibaratkan ikan, maka tulangnya jangan sampai dimakan karena itu bukan hak kita, kalau dipaksakan dimakan nanti akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.


"Kita berbagi juga ke faqir, miskin, yatim, termasuk istri rutin berbagi di Jum'at berkah di masjid," pungkasnya.


Pewarta: Aiz Luthfi
Editor: Muhammad Faizin