Nasional

Dirjen Pendis: Ibu Paling Layak Terima Persembahan Syukur Wisudawan

Ahad, 17 September 2023 | 10:00 WIB

Dirjen Pendis: Ibu Paling Layak Terima Persembahan Syukur Wisudawan

Dirjen Pendis M Ali Ramdhani saat berpidato pada wisuda IIQ Jakarta, Sabtu (16/9/2023) kemarin. (Foto: Dok IIQ)

Tangerang Selatan, NU Online
Dirjen Pendidikan Islam Kemenag RI Prof M Ali Ramdhani mengatakan jikalau ditelusuri kehidupan manusia, maka orang yang paling layak memperoleh persembahan rasa syukur kita itu adalah para ibu. Sebab, merekalah yang selama ini memberi air kehidupan kepada seluruh anak manusia.


Hal tersebut dikatakan Dirjen Pendis pada wisuda tahunan Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta di Gedung Universitas Terbuka Convention Center (UTCC), Jalan Raya Pondok Cabe, Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan, Sabtu (16/9/2023).


"Dan air kehidupan yang sesungguhnya lahir dari seorang ibu. Betapa tidak, seorang ibu telah mempersembahkan lima air kehidupan bagi seorang anak dan tidak bisa digantikan oleh siapapun," kata Prof Ramdhani.


“Jadi, pada hari ini saya berharap Anda betul-betul mengucapkan terima kasih dan syukur Anda pada ibu anda. Sebab, kalaulah kita sesaat mempelajari tentang diri kita konon katanya dalam sebuah kaidah bunyinya sederhana: Man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa Rabbahu (Barangsiapa yang mengenal dirinya maka dia mengenal Tuhannya),” sambungnya.


Secara kontekstual, kata dia, bahwa pengenalan diri itu menjadi penting. Sebab, dari sisi faal tubuh kita itu terdiri dari air. Sebuah iklan air kemasan menyebut bahwa tubuh kita 80 persen terdiri dari air. Terkait lima air kehidupan bagi seorang anak dan tidak bisa digantikan oleh siapapun selain ibu adalah sebagai berikut.


Pertama, air ketuban. Air ketuban seorang ibu tidak bisa digantikan oleh siapapun dan itu adalah penyangga hidup kita. Kedua, setelah orang tua kita menyediakan air ketuban untuk memasok hidup, menjaga janin agar tumbuh dan berkembang seorang ibu mempersembahkan air darah bagi anaknya.


Ketiga, setelah lahir, ibu kita mempersembahkan air susu intisari dari makanan yang mereka makan. Keempat, menjaga dan mengawal tumbuh-kembang kita dengan air keringat.


“Bayangkan air ketuban, air darah, air susu, air keringat dan sampai pada hari ini ada jenis air kelima yang tidak bisa digantikan oleh siapapun, yaitu air mata ketika mengawal dan menjaga hidup kita. Tepuk tangan untuk ibu kita,” ajaknya disambut aplaus panjang hadirin.


Dalam kesempatan itu, Prof Ramdhani menyebut banyak mengenal orang hebat yang sangat menghormati ibunya. “Kalau pada hari ini yang saya kenal adalah Pak Lukman Hakim Saifuddin, beliau ada orang yang sangat saya hormati dan beliau adalah tokoh dari republik ini,” ungkapnya.


“Jadi, jika anda ingin terhormat maka hormatilah ibumu. Selesai itu,” tegas Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini.


Ia juga mengajak para hadirin yang sedang diliputi kebahagiaan karena bisa diwisuda untuk terus bersyukur. “Saya hanya ingin mengingatkan saja bahwa kebahagiaan yang kita terima pada hari ini harus diikuti oleh rasa syukur,” ujarnya.


“Dan bahwa syukur anda itu akan tertolak di langit manakala anda tidak mau bersyukur terhadap orang yang telah memberikan kontribusi atas keberhasilan Anda pada hari ini,” sambung Kang Dhani, sapaan akrabnya.


Dirjen Pendis berpesan agar para wisudawan terus belajar. Ia mengingatkan bahwa kita mempunyai doktrin pembelajaran sepanjang hayat. Artinya, tidak boleh berhenti belajar.


“Karena berhentinya proses belajar sesungguhnya hakikat kematian dari seorang manusia yang kemuliaannya tergantung dari cara dia memegang sebuah ilmu,” tuturnya.


Ia juga menyampaikan selamat atas Dies Natalis Ke-46 IIQ Jakarta. Ia merasa dalam suatu perspektif bahwa umur adalah sebuah deret bilangan yang menentukan eksistensi sebuah lembaga atau individu. Pada hari ini deret bilangan waktu itu menunjukkan bahwa IIQ merupakan sebuah lembaga yang konsisten di dalam pengembangan ilmu Al-Qur’an.


“Tepuk tangan buat IIQ kita. Sebab, IIQ Jakarta hari ini tidak sekadar mewujud sebagai menara gading yang indah serta wibawa dipandang. Tetapi, telah berwujud menjadi mercusuar yang mampu menerangi dunia di saat kegelapan dan mampu menunjukkan arah bagi para pencari peradaban,” tegas Kang Dhani.