Nasional

Dirjen Pendis Kemenag Ajak Masyarakat Libatkan Penyandang Disabilitas dalam Pembangunan Berkelanjutan

Rab, 6 Desember 2023 | 23:45 WIB

Dirjen Pendis Kemenag Ajak Masyarakat Libatkan Penyandang Disabilitas dalam Pembangunan Berkelanjutan

Dirjen Pendis Kemenag M Ali Ramdhani pada peringatan Hari Disabilitas Internasional dan Konsinyering pelaksanaan proyek REP MEQR di Hotel Horison Gand Serpong Tangerang Selatan, Banten, Senin (4/12/23). (Foto: Kemenag)

Tangerang Selatan, NU Online
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, M Ali Ramdhani menekankan satu tindakan lebih berarti dari seribu kata. Dia mengajak semua pihak bersatu dalam aksi bersama penyandang disabilitas untuk terlibat dalam pembangunan berkelanjutan dan memajukan bangsa.


"Pendidikan adalah untuk memuliakan manusia dan menjadi hak semua manusia. Maka ruang kelas perlu ada seperti ruang kemasyarakatan yang diisi dengan pluralitas," ujarnya pada peringatan Hari Disabilitas Internasional dan Konsinyering pelaksanaan proyek REP MEQR di Hotel Horison Gand Serpong Tangerang Selatan, Banten, Senin (4/12/23). 


"Aku, kamu, kita, setara," terang Ali Ramdani dalam akhir sambutannya.


Bunda Inklusif Kementerian Agama, Eny Retno Yaqut mengatakan Kementerian Agama bersama dunia sadar perlunya berkomitmen melaksanakan regulasi bukan karena kasihan tetapi prespektif hak. "Ini yang penting untuk dicatat. Pendidikan setara, pendidikan untuk semua itu hak bukan belas kasihan. Mari berjuang bersama agar pendidikan diterima oleh semua anak Indonesia," ajaknya. 


Eny Retno mengatakan pemberian akomodasi dan fasilitasi pendidikan yang setara dan untuk semua itu tidak hanya terkait dengan kewajiban Negara, tetapi itu juga perintah agama. "Pendidikan inklusif tidak ada satu pun yang tertinggal, siapa pun. Agar pendidikan mampu menjadi solusi untuk penyandang disabilitas, minoritas, dan lainnya, sehingga semua punya kesempatan," pungkas Eny.


Kegiatan tersebut juga menghadirkan bakat-bakat istimewa dari anak-anak berkebutuhan khusus yang ada di lembaga lembaga inklusi di Indonesia. Seperti kepiawaian mereka dalam membaca puisi, musikalisasi puisi,, menari dan penampilan lainnya. Peserta juga berkeliling melihat spot-spot berisidokumentasi, stand kerajinan yang ditampilkan dan difasilitasi Kemenag.


Sebelumnya pada sesi pembukaan ditayangkan juga dokumentasi yang berisi antara lain bahwa pendidikan Islam inklusif adalah cita-cita bersama. Disebutkan, ada 2,2 juta anak Indonesia lahir sebagai anak istimewa dan sekitar 82 ribu dari jumlah tersebut, belajar di lembaga pendidikan Islam. Dari sini pondok pesantren ataupun madrasah wajib menyediakan fasilitas untuk anak berkebutuhan khusus.


Banyak yang sudah diperjuangkan oleh Kementerian Agama mulai dari penerbitan Surat Keputusan (SK), petunjuk teknis (juknis), maupun pengadaan modul Inklusif. Penguatan SDM pendidikan inklusif sudah menyasar beberapa guru, kepala sekolah,  pembina, dan lainnya. Ruang belajar yang ramah, setara, dan saling berkolaborasi harus terus ditingkatkan. 


Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) bukanlah beban tetapi amanah yang mulia untuk meningkatkan potensi dan mewujudkan cita-cita bersama: Indonesia Inklusif. Pendidikan Islam untuk semua menjadi cita-cita bersama.

 

Kontributor: Mochammad Sinung Restendy