Nasional

Disunnahkan Puasa, Ini Alasan di Balik Penamaan Ayyamul Bidh

Ahad, 2 Juli 2023 | 20:30 WIB

Disunnahkan Puasa, Ini Alasan di Balik Penamaan Ayyamul Bidh

Alasan di Balik Penamaan Ayyamul Bidh. (Foto: Nu Online/Freepik)

Jakarta, NU Online

Umat Islam dianjurkan melaksanakan puasa sunnah pada setiap tanggal 13, 14, dan 15 bulan-bulan Hijriah. Hari-hari ini disebut dengan ayyamul bidh.


Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah saw dalam haditsnya yang dikutip KH Mahbub Ma'afi Ramdhan dalam artikelnya di NU Online berjudul Ini Asal-Usul Puasa Hari-Hari Putih (Ayyamul Bidh).
 

Dalam hadits tersebut, disebut siapa yang menjalankan puasa tiga hari ayyamul bidh, maka sama dengan puasa selama sebulan. Sementara jika dilakukan setiap bulan, maka sama dengan puasa selama setahun penuh.


“Sungguh, cukup bagimu berpuasa selama tiga hari dalam setiap bulan, sebab kamu akan menerima sepuluh kali lipat pada setiap kebaikan yang kaulakukan. Karena itu, maka puasa ayyamul bidh sama dengan berpuasa setahun penuh,” tulis Kiai Mahbub menerjemahkan hadits tersebut sebagaimana dikutip dari tulisannya pada Ahad (2/7/2023).


Menukil dari kitab Umdatul Qari`Syarhu Shahihil Bukhari, Kiai Mahbub menjelaskan bahwa sebab dinamai ayyamul bidh terkait dengan kisah Nabi Adam as ketika diturunkan ke muka bumi.


Saat itu, Nabi Adam AS diturunkan ke muka bumi seluruh tubuhnya terbakar oleh matahari sehingga menjadi hitam/gosong. Kemudian Allah memberikan wahyu kepadanya agar berpuasa selama tiga hari, yakni tanggal 13, 14, dan 15.


Nabi Adam pun menjalankan perintah tersebut. Manakala berpuasa pada hari pertama, sepertiga badannya menjadi putih. Di hari kedua puasa, dua pertiga tubuhnya pun memutih. Sementara setelah puasa hari ketiga, seluruh tubuhnya menjadi putih. Hal ini sebagaimana diriwayatkan Ibnu Abbas yang artinya: "Sebab dinamai ‘ayyamul bidh’ adalah riwayat Ibnu Abbas RA, dinamai ayyamul bidh karena ketika Nabi Adam AS diturunkan ke muka bumi, matahari membakarnya sehingga tubuhnya menjadi hitam. Allah swt kemudian mewahyukan kepadanya untuk berpuasa pada ayyamul bidh (hari-hari putih); ‘Berpuasalah engkau pada hari-hari putih (ayyamul bidh)’. Lantas Nabi Adam as pun melakukan puasa pada hari pertama, maka sepertiga anggota tubuhnya menjadi putih. Ketika beliau melakukan puasa pada hari kedua, sepertiga anggota yang lain menjadi putih. Dan pada hari ketiga, sisa sepertiga anggota badannya yang lain menjadi putih.”


Berbeda dengan pendapat di atas, ada pula pandangan yang menyebut penamaan ayyamul bidh disebabkan malam-malam pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulannya tersebut terang benderang disinari rembulan. 


Sebagaimana diketahui, tanggal 13, 14, dan 15 pada bulan Hijriah merupakan siklus bulan purnama. Hal ini mengingat penanggalan tahun Hijriah didasarkan perputaran bulan.


Oleh karena itu, rembulan selalu menyinari bumi sejak matahari terbenam sampai terbit kembali. Karenanya, pada hari-hari itu malam dan siang seluruhnya menjadi putih (terang).


Pewarta: Syakir NF
Editor: Muhammad Faizin